~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 52) ~

jembatan-barelang-img.jpg<br

"Hpku! Aduh, dimana ini hp?!
Oalaaa, ternyata di saku jaket toh! Hampir saja," Aku terkekeh sendiri. <== (episode 51 yang lalu).

"Hallo, oh kamu Jhon. Iya ini, aku dalam perjalanan pulang. Ada apa Jhon?" Si Jhon menelfonku. Dia bilang kalau malam ini tidak pulang ke rumah karena mau menginap di hotel bersama Yuli.
Aku mengerutkan kening, rupanya mereka kumat lagi.
Kupercepat langkah kakiku karena gerimis turun.

"Mas Zacky, dari mana saja?!" Seorang wanita memanggilku.

"Hei Nur, ini baru pulang main. Kamu lagi apa sendiri disitu?"

"Lagi menunggumu mas,"

"Menungguku?"

"Iya mas. Aku kangen sama kamu mas,"

"Ah bisa saja kamu Nur. Warungnya belum tutup? Bikinkan kopi dong," Dia cemberut. Anak pemilik warung makan itu masuk ke dalam, sebentar kemudian keluar dengan kopi yang mengepul.
Ingin aku tertawa melihat si Nur yang tampil menor di malam itu, dan entah siapa kemenorannya tersebut.

"Ini kopinya. Iiihhh.. Merokok lagi.. Merokok lagi,"

"Habisnya mulut terasa asam dan kepala pusing kalau nggak merokok," Kataku dan kembali menghisap rokok yang kucepit dengan jari.

"Itu rumahmu gelap gulita mas,"

"Oh ya, mas Febri tidak di rumah toh?"

"Kok tanya aku, mana aku tahu,"

"Ya sudah, aku pulang dulu Nur. Ini gelasnya aku bawa ke rumah, ya. Nanti aku kembalikan," Aku langsung melangkah pulang dengan gelas kopi di tangan.

"Aku ikut mas," Aku biarkan saja dia mengikutiku, toh dia juga pernah membuatku senang.
Hampir diriku tak dapat menjawab pertanyaan Nur setelah kami sampai di rumah. Cewek anak ibu pemilik warung makan itu mendesakku untuk menerima cintanya dengan sebenarnya.
Aku hanya bisa memandangnya kasihan. Aku sendiri masih belum mendapatkan cinta yang kucari, lha ini cewek malah terus seperti itu tiap kali kami bertemu.

"Maafkan aku Nur, jika apa yang kamu harapkan dariku belum terjawab dan memuaskan dirimu.
Aku tidak ingin menyakiti perasaanmu, tapi aku juga punya tujuan di pulau ini, yakni bekerja.
Aku mau fokus ke pekerjaan dulu deh Nur, dan belum mau berpacaran,"

"Ah kamu mas, membuat aku semakin bingung saja. Kemarin kamu bilang ya mau menjadikan diriku pacar kamu, lha sekarang berubah lagi.
Tahu ah!" Nur berdiri dan keluar dari rumah. Aku hanya bisa memandang tanpa dapat mencegahnya karena memang pikiranku lagi tertuju pada sosok Dewi, cewek yang aku nilai punya keistimewaan tersendiri di mataku.
Kuhempaskan tububku ke kasur tipis di lantai. Kutatap langit-langit rumah, wajah gadis pujaanku terus membayang di pelupuk mata ini.

Baru saja aku terlelap, phonsel butut pemberian Febri berbunyi. Dengan rasa malas ku angkat telfon itu, dari Yuli pacarnya si Jhon.
Ku toleh jam dinding, sudah pukul 10 malam.
Yuli mengajakku berbincang. Wanita itu terus menggodaku meskipun si Jhon berada bersamanya.
Yuli bilang kalau dirinya sangat menyukaiku dan akan memutuskan si Jhon. Berulang kali kata itu ia ucapkan kepadaku. Memang hal aneh buat diriku menghadapi semua ini. Cinta yang.kuharap belum di dapat, tapi godaan dari wanita lain selalu saja menghampiriku dan terkadang membuat hatiku bimbang dalam mengejar si Dewi.

Hampir satu jam aku mengobrol bersama Yuli. Dia menutup perbincangan dengan suara ciuman, dan itu hambar buatku mengingat aku tidak punya rasa apa-apa terhadapnya.
Tidak kusangka, Dewi yang kupikirkan juga mengirimkan SMS kepadaku, jadinya malam itu kami bergadang hingga larut malam.
Ada banyak yang ia sampaikan kepadaku, perihal dirinya pribadi, keluarganya, juga teman-temannya di tempat kerja.
Dewi bilang, sebenarnya dia merasa kasihan kepadaku karena ia tahu kalau cintaku kepadanya adalah tulus. Namun dia tidak bisa bertindak gegabah dengan menerimaku sementara hubungannya dengan Bagus masih berjalan walaupun lelaki itu katanya sedang dekat dengan wanita lain di kampungnya.
Dewi juga bilang, jika diriku sepertinya sangat pas dengan pria kriteria baik yang pernah bapaknya katakan, dan ciri-cirinya pria sepertiku. Aku tersenyum karena penjelasannya tadi, biar bagaimanapun aku merasa hanyalah pria biasa yang sangat jauh dari namanya sempurna. Masih banyak kekurangan yang ada pada diriku, kataku kepada Dewi.
Cewek incaranku itu juga bilang, dirinya sering terganggu dengan kebisingan di tempatnya tinggal. Sering sekali teman-temannya disana memutar musik di player ataupun tape recorder dengan suara keras. Meskipun sudah diperingatkan berulang kali oleh tetangga kamar, tapi anak-anak itu tak menggubrisnya. Mereka tak perduli dengan waktu malam, mereka tetap memutar musik kesukaannya dan seperti tak memperdulikan penghuni lain.
Apa yang Dewi katakan tadi sedikit banyak membuatku berfikir, bagaimana agar diriku bisa membuatnya senang dan betah berada disana.
Aku termenung setelah membalas SMS terakhirnya di malam itu.

(bersambung ke episode 53).

Temukan kejutanmu disini!

1 Response to "~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 52) ~"

  1. мαdυмσє вlσg23 Desember 2015 pukul 16.23

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/novel-cintaku-merintih-di-pulau-batam-e-24.xhtml

    BalasHapus