~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 53) ~

jembatan-barelang-img.jpg<br

Apa yang Dewi katakan tadi sedikit banyak membuatku berfikir, bagaimana agar diriku bisa membuatnya senang dan betah berada disana.
Aku termenung setelah membalas SMS terakhirnya di malam itu. <== (episode 52 yang lalu).

Hari itu aku libur kerja karena memang di kalender ada tanggal merah, begitu juga dengan Dewi, Lina dan yang lain, mereka juga libur tidak masuk kerja.
Pagi itu aku menghubungi Dewi untuk menanyakan kemanakah mereka akan mengisi hari libur tersebut.
"Hallo, Dewi. Kita jalan-jalan kemana nih di hari libur?"
"Eh mas Zacky. Nggak kemana-mana kok mas. Kita di dormitori aja. Kenapa mas?"
"Oh begitu. Nggak kenapa-kenapa sih. Eh, boleh kan jika aku ke tempatmu?"
"Oh boleh kok mas, silahkan. Kapan mau ke sininya?"
"Sekarang juga Wi," Pembicaraan kami akhiri. Saat itu juga aku hendak langsung ke tempat Dewi, tapi tak kusangka si Nur malah duluan ke tempatku dan mengajak jalan-jalan. Dengan berat mencari alasan tepat akhirnya aku bisa menghindar dari ajakan si Nur yang ngotot itu.
Selepas si Nur pulang ke warungnya, aku berjalan mengendap-ngendap melewati warung itu agar tidak tidak terlihat oleh cewek anak pemilik warung makan tempat kami ngutang, heheee.

Akhirnya aku sampai juga di pinggir jalan raya dan langsung naik ke angkutan umum yang banyak bersliweran dengan tujuan masing-masing.
Sejenak mataku nanar memandangi para penumpang satu persatu di dalam angkot dengan tujuan Muka Kuning. Ada banyak cewek di angkot itu yang sebagian besar menatap ke arahku.
"Ada apa dengan mereka, kok pada melototi diriku?" Gumamku lirih.
"Iiih, jorok sekali cowok ini, burungnya hampir kelihatan, hikhiikkks," Suara seorang cewek yang duduk di kursi depanku. Oleh karena saat itu cuma aku sendirian sebagai penumpang cowok di angkot itu, maka seketika aku berpikir bahwa diriku lah yang sedang ia bicarakan. Aku langsung tahu maksud pembicaraan cewek tersebut, tanganku menggagahi celana yang kukenakan, Astaghfirrullah.... ternyata resleting celana lupa aku tarik ke atas dan yang membuatku tercengang malu yaitu aku juga lupa mengenakan celana dalam.
Aku benar-benar malu di dalam angkot tersebut, dengan cekatan kutundukan wajah ke lantai angkot. Hahaaa, sunguh aku ingin tertawa atas keteledoran yang memalukan itu!

Cuaca langit tidak begitu panas dengan mendung tipis bergelayut disana. Aku turun dari mobil angkot dan selanjutnya meneruskan perjalanan dengan naik ojek. 15 menit kemudian aku sampai di tempatnya Dewi dan Lina.
"Hai Wi, Lin,"
"Eh mas Zacky, silahkan mas," Ucap mereka berdua.
Serelah dipersilahkan untuk duduk dan mereka menyajikan hidangan super ringan (air putih + kerupuk udang), kami pun berbincang-bincang ngalor ngidul tak tentu arah walaupun pada akhirnya yang kami bahas dalam perbincangan tadi tidak jauh dari tema hari libur yang kami nikmati.
"Kemana kita sekarang Wi, Lin?"
"Kemana ya mas? Habis kita juga bingung mau kemana, hikhiiks," Sahut Lina setelah mengunyah kerupuk, sementara Dewi hanya mengulum senyum.
"Yaaaachhhh, sayang dong kalau liburan ini kita cuma nongkrong di rumah, maksudku nggak jalan-jalan, begitu,"
"Ah lagak mu mas, seperti banyak duit aja mau jalan-jalan. Memang mas Zacky mau jalan kemana ngajak kita-kita?" Ceketuk Lina.
"Kita cukup disini saja lah mas. Kan tadi mas Zacky sudah jalan-jalan dengan naik angkot, ya kan? Heheee," Timpal Dewi dan membuatku terkekeh.

Hari itu aku memang berada di tempatnya Dewi hingga sore hari. Ada banyak hal yang kami perbincangkan, khususnya membahas kelangsungan keberadaan kami sebagai seorang buruh di Pulau Kalajengking itu.
Rupanya Lina tahu apa yang berkecamuk di hatiku dan Dewi. Cewek bernama Lina tersebut kemudian pamit ingin tidur siang dan meninggalkan kami berdua. Pada saat itu aku tak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali mencurahkan hasrat di hati kepada Dewi.
"Bagaimana Wi, apakah sudah ada kabar mengenai hubungan kalian?"
"Maksud kamu mas?"
"Bagaima kabarnya si Bagus, pacarmu itu?"
"Ehmmm, nggak ada mas. Dia tidak ngabari apa-apa kepadaku," Dewi menatapku sebentar, lalu menundukan wajah menghadap lantai, seakan ada yang ingin ia sembunyikan atau bahkan dibuang pikirannya.
"Nggak ada kabarnya, ya. Ehmmm, ya nggak apa-apa kok Wi, yang sabar saja menghadapinya.
"Iya mas. Ehmmm, mas Zacky sendiri bagaimana?"
"Maksud kamu Wi?"
"Makaudku, apa sudah ada cewek yang singgah di hati mas Zacky,"
"Nggak ada kok Wi, semua cewek pada berlalu dari tatapanku,"
"Ah masa mas?"
"Bener, mungkin cewek itu tak mau denganku yang jelek ini, hikhiiikks,"
"Ah kamu mas, bisa aja. Silahkan di minum, maaf... cuma air putih,"
"Iya Wi.
Wi, bagaimana denganku untukmu? Aku benar-benar mencintaimu, Wi,"
"Gombal ah mas,"
"Gombal mukiyo maksudmu? Nggak lah Wi, jika aku gombal dalam rasa cinta ini, tak mungkin aku mengejarmu Wi, sebab akan sia-sia saja aku memaksakan perasaan pada orang yang kucintai jikalau berawal dari modus, iya kan?"
Cewek hitam manis dengan rambut hitam lurus di dekatku itu terdiam. Sepertinya begitu dalam ia ingin menyelami kata-kata yang aku lontarkan tadi.

Matahari kian condong ke barat, sebentar lagi senja kan berpulang tergantikan oleh malam. Aku menggeser duduk dan sedikit merapat ke arah Dewi.
Dengan agak terbata meluncur dariku sebaris kata, bahwa aku siap melakukan apa saja untuknya.

"Wi, jika aku diperkenankan lagi untuk berkata, aku akan bilang kalau diri ini sangat menyayangimu, mencintai. Aku siap melakukan apa saja untuk kamu Wi, sweer,"
"Iya mas, aku tahu akan hal itu. Aku tahu kalau mas Zacky sangat menaruh perhatian kepadaku. Tapi mas, kiranya belum saatnya kalau diriku harus menjawabnya sekarang. Dibutuhkan waktu untuk menerimamu mengisi ruang hatiku ini mas,"
"Sampai kapankah Wi?"
"Nggak tahu mas, mungkin sampai diriku benar-benar sendiri dan membutuhkan kehadiranmu mas,"
Aku menatapnya dengan seksama. Aku bisa merasakan jikalau cewek di dekatku itu sedang mengalami dilema. Namun aku sendiri tak tahu harus berbuat apa untuk bisa membuatnya senang.
Rona senja sangat indah menggelayuti langit sebelah barat. Aku pamit kepada Dewi dan Lina untuk pulang ke rumah. Langkahku pun teriring oleh hati Dewi yang sebenarnya menerimaku. (*)

(bersambung ke episode 54).

2 Responses to "~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 53) ~"

  1. мαdυмσє вlσg17 Juli 2016 pukul 17.58

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/novel-cintaku-merintih-di-pulau-batam-e-25.xhtml

    BalasHapus
  2. blognya keren banget gan,. oh ya saya uda baca artikelnya keseluruhan dan isinya Bagus banget cuman harus diperhatikan penulisan aja hehehe maaf saya sok mengkritik. ☺ saya uda follow blog agan jangan lupa follow back ya, oh ya di blog saya ada bagi bagi ilmu cara untuk mendapatkan uang dari internet. ☺ mampir ke gubuk ane yok gan.. sekalian ikut belajar biar dapat rejeki dan bisa nyari duit lewat laptop atau smartphone. dari pada cuma main game... thanks gan buat artikelnya,. tetap semangat ngeblog ya gan

    BalasHapus