Derita Keluarga Shasa Dari Cengkeraman Tante Kampret.
"Cepat rapikan itu goblog!" Tante Kampret memukulkan majalah ke kepala Shasa. Perempuan yang sering dipanggil Tante Kampret oleh tukang ojek di pertigaan jalan tidak jauh dari rumah Tante itu memang sering bertindak kasar pada Shasa. Shasa sendiri adalah anak anggkatnya Tante Kampret yang dulu diambilnya dari seorang Ibu di sebuah perkampungan kumuh.
Saat itu Shasa masih bayi, kira-kira baru berumur 7 bulan ketika datang Tante Kampret ke rumah Bu Sarkiyem, orang tua kandung Shasa.
"Silahkan masuk Bu, silahkan," Suara Bu Sarkiyem yang melihat Tante Kampret datang kerumahnya. Dengan perasaan agak jijik, Tante Kampret pun masuk dan duduk di kursi tua yang mungkin sebentar lagi akan ambruk karena kaki-kakinya sudah pada di gerogoti rayap dan bubuk.
"Bagaimana Bu Sarkiyem? Jadi kan itu anaknya diberikan kepadaku," Kata Tante Kampret kemudian. Dengan berat hati Bu Sarkiyem mengangguk.
"I...iya Bu, jadi," Jawab Bu Sarkiyem yang lantas memandangi si kecil di dekatnya.
"Aku kira tidak jadi Bu. Kalau tidak jadi maka kamu akan aku laporkan ke Polisi.
Poniyem, ambil bayi itu kemudian kita pergi dari sini," Suara Tante Kampret dengan lantang.
"Iya sekarang kapan lagi. Cepat!" Tante Kampret berdiri dari duduknya. Bergegas Poniyem mengambil bayi mungil tersebut dan menggendongnya. Bu Sarkiyem dan suaminya tidak mampu berbuat apa-apa untuk mencegah Poniyem, karena memang semuanya sudah disepakati jauh-jauh hari saat bayi tersebut masih di dalam kandungan, bahwa kelak bayi yang Bu Sarkiyem kandung akan diberikan pada Tante Kampret guna melunasi hutang-hutangnya pada Tante Kampret yang jumlahnya menumpuk.
Tanpa mengucapkan kata pamit, Tante Kampret dan Poniyem langsung meninggalkan Bu Sarkiyem. Sementara itu Bu Sarkiyem langsung menitikkan air mata, dia menangis karena biar bagaimanapun dia tidak rela, tidak tega kalau anaknya yang baru berumur beberapa bulan itu diambil Tante Kampret yang dikenal oleh banyak orang sebagai seorang wanita temperamental.
Tante Kampret juga seorang rentenir pelit bin suka ngasih pailit ketimbang memberikan solusi untuk pemecahan kebutuhan ekonomi. Buktinya, orang-orang yang meminjam uang kepadanya kebanyakan malah semakin tenggelam dalam kubangan hutang dari pada terentasnya mereka dari kesulitan keuangan. Dan anehnya, situasi seperti itu malah sangat disukai oleh Tante Kampret karena bisa mengeruk keuntungan besar dan bisa bertinda apa saja pada mereka yang benar-benar teperosok dan bahkan terkubur di dalam kubangan tersebut.
Ternyata Tante Kampret juga seorang pengoordinasi pengemis di sekitaran wilayah tempat tinggalnya. Terbukti, setiap hari Tante Kampret selalu mendapat uang setoran dari para pengemis tersebut. Bahkan yang lebih parah lagi, sebuah rumah yang telah Tante Kampret sediakan buat para pengemis di bawah pimpinannya terdapat berpuluh anak kecil, laki-laki dan perempuan berusia antara 4-10 tahun.
"Shasa sini! Cepat pijiti Tante," Suara perempuan itu memanggil gadis kecil bernama Shasa. Bergegas Shasa datang dan langsung memijitinya, karena kalau terlalu lama datangnya, bisa-bisa dirinya dipukuli oleh Tante Kampret yang juga terkenal kejam oleh para pengemis dan seisi rumah tersebut.
"Hari ini kamu tidak boleh makan disini," Kata Tante Kampret. Shasa membelalak mendengar kata Tante Kampret barusan.
"Kenapa tidak boleh Tante? Kan uangnya sudah aku berikan semuanya ke Tante," Kata Shasa.
"Tidak boleh! Uang segitu tidak cukup untuk mengganti pot bunga yang tadi kamu pecahkan, tau kamu!" Shasa pun terdiam. Dia terus memijiti Tante Kampret hingga wanita itu tertidur.
Memang malang benar nasib Shasa. Dari kecil pisah dengan orang tuanya dan sampai sekarang pun tidak tau siapa orang tua kandungnya, eh malah di suruh mengemis oleh Tante Kampret. Parahnya semua uang yang di dapatnya harus diberikan pada Tante Kampret, sementara Shasa cuma mendapat makan 2x sehari. Itu pun porsi makannya tidak lebih besar dari nasi bungkus yang dibeli dari pedagang yang biasa menjajakannya di dalam terminal. Menu makannya pun sering dari beras raskin yang di masak dan lauknya paling banter cuma tempe dan tahu, dan itu diterima oleh semua orang yang berada dalam kendali Tante Kampret.
*
Pada suatu malam, dimana Tante Kampret tidak berada di rumah. Poniyem sang pembantu itu diam-diam mengamati Shasa yang lagi duduk di pojokan kamar.
"Kasihan kamu Shasa. Aku tidak tega melihatmu terus seperti itu. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkanmu, karena rumah ini di jaga oleh orang-orang bayaran Tante Kampret," Poniyem tampak menitikkan air mata karena melihat nasib Shasa.Sementara itu, jiwa Shasa bergejolak. Mendadak dia merasakan kerinduan pada yang namanya orang tua, meskipun dia sendiri tidak tau siapa orang tuanya.
"Ibu? Bapak? Orang tua?
Kata Tono itu.. Ibu itu adalah orang yang melahirkan dan yang menyusui kita waktu kecil.
Bapak itu adalah orang tua laki-laki yang menafkahi keluarga atau yang mencari uang buat makan kita.
Jadi orang tua itu adalah orang yang telah membesarkan kita. Lalu kemana orang tuaku? Siapa orang tuaku?" Shasa mencoba mengingat apa yang tadi siang dikatakan oleh Tono. Tono sendiri adalah anak SD yang sering berjualan koran di perempatan lampu merah seusai dia pulang sekolah.
Berulang kali Shasa menghafal kata-kata dari Tono hingga dia tertidur.
Seperti biasa, pagi itu Shasa berangkat guna mengemis tanpa terlebih dulu sarapan. Poniyem yang melihat Shasa, kembali menitikkan air mata. Poniyem menatap langkah Shasa dengan perasaan getir menyelubungi seluruh rongga dada.
"Shasa, suatu hari nanti aku akan mengeluarkanmu dari sini, mengembalikanmu pada orang tuamu, apapun yang akan terjadi padaku," Suara hati Poniyem. Poniyem kemudian menghapus air matanya, lantas melanjutkan tugas yang setiap hari dikerjakannya.
**
Seperti halnya kemarin, Shasa menengadahkan tangan pada setiap orang yang lewat, begitu juga saat ada kendaraan berhenti di lampu merah, maka dengan cekatan dia mendekat ke kendaran-kendaraan tersebut sembari mengharap belaskasihan dari si pengendara.
Dari seberang jalan, tampak seorang wanita memperhatikan Shasa. Wanita itu sebenarnya sering melewati tempat dimana Shasa mengemis, namun sejauh ini dia tidak pernah memperhatikan gadis kecil bernama Shasa tersebut.
Entah apa yang dirasakan oleh wanita itu, yang jelas dia merasakan kalau ada ikatan batin antara dirinya dengan gadis kecil berpakaian kumal itu, yang tidak lain adalah Shasa.
"Kenapa baru kali ini aku merasakan kalau bocah itu adalah anakku yang diambil oleh Tante Kampret? Padahal aku sudah sering melihatnya disini," Kemudian wanita itu yang tidak lain adalah Bu Sarkiyem, berjalan mendekati Shasa. Dalam benaknya, dia akan segera membawa pulang ke rumahnya kalau benar dia adalah anaknya.
"Awas Bu...!" Teriak Shasa ketika melihat ada mobil yang melaju cepat. Sontak saja Bu Sarkiyem kaget, lantas dengan cepat dia mundur kepinggir jalan.
"Hampir saja Ya Allah. Terima kasih nak, karena kamu meneriakiku," Ucap Bu Sarkiyem. Setelah dirasa jalan agak lengang, barulah Bu Sarkiyem mendekati Shasa.
"Ibu tidak apa-apa kan?" Tanyanya Shasa.
"Tidak apa-apa nak. Terima kasih ya, tadi kamu memperingatkan Ibu.
Kalau boleh Ibu tau, kamu tinggal dimana nak?" Bu Sarkiyem memandangi Shasa. Dia merasakan kalau memang ada sebuah kedekatan atas diri gadis kecil itu. Begitupun dengan diri Shasa, dia merasakan kalau ada kasih sayang dari wanita yang baru dikenalnya tersebut.
Bu Sarkiyem terperanjak dan hampir syok, saat Shasa bilang kalau dia tinggal di Jalan Galih Asem, di rumahnya wanita yang bernama Tante Kampret.
Bu Sarkiyem berkali-kali memperhatikan wajah Shasa yang hampir mirip dengan dirinya dan suami.
Bu Sarkiyem tidak dapat membendung air matanya lagi, ketika dia teringat 7 tahun yang silam, dimana anaknya yang masih kecil diambil Tante Kampret. 'Mungkin anakku sudah sebesaran kamu nak' kata Bu Sarkiyem dalam hati.
Seiringnya waktu berjalan, Tante Kampret tertimpa musibah, yakni dia ditangkap oleh pihak berwajib karena kasus Shabu. Dia terbukti membandari peredaran Shabu di wilayahnya. Tidak ayal lagi, Tante Kampret di gelandang dan di jebloskan ke penjara.
Melihat hal itu, Poniyem tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dia langsung membawa kabur Shasa dari rumah Tante Kampret, kebetulan semua penjaga rumah yang menjadi kaki tangan Tante Kampret juga di gelandang Polisi.
Poniyem langsung membawa Shasa ke rumah Bu Sarkiyem.
"Kamu, kamu kan pembantunya Tante Kampret?! Mau apa kesini," Kata Bu Sarkiyem.
"Maafkan aku Bu, karena dulu aku tidak berkutik oleh Tante Kampret itu. Sekarang aku kembalikan anakmu," Kata Poniyem pada Bu Sarkiyem setelah dia sampai di tempat orang tuanya Shasa.
"Maksudmu?
Bukankah kamu yang aku temui di perempatan lampu merah sana nak?" Kata Bu Sarkiyem dengan memandang tajam ke wajah Poniyem dan Shasa.
"Iya Bu. Ini adalah anakmu yang waktu kecil diambil oleh Tante Kampret.
Shasa, dia adalah Ibu kandungmu," Ujar Poniyem.
"Benarkah apa katamu Poniyem?!
Anakku.......!!!" Bu Sarkiyem meraih tubuh mungilnya Shasa. Gadis kecil itu dipeluknya dengan erat. Sedetik kemudian tangis pecah dari Bu Sarkiyem. Poniyem yang melihat kejadian itu pun tidak kuasa membendung air matanya. Sementara Shasa juga ikut menangis karena mendengar tangisan Bu Sarkiyem, terlebih dia juga melihat Poniyem menangis.
Akhirnya, Poniyem mohon diri pada Bu Sarkiyem. Poniyem pulang ke kampung halamannya dan tidak pernah lagi kembali ke rumah Tante Kampret.
Begitu juga dengan Bu Sarkiyem, beliau mengajak Shasa ke kampung halamannya dan tidak kembali ke kota.
Sekarang Shasa sudah tumbuh besar juga cerdas. Kini kebahagian tampak di wajah Shasa dan keluarganya.
Putus sudah rantai derita dari Tante Kampret yang membelenggu keluarganya Shasa. Sekian.
Cerita fiktif.
http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerita-derita-keluarga-shasa-dari-cengk.xhtml
BalasHapusWah poniyem nya cukup baik juga mau mengantarkan Shasa ke kedua orang tuanya? Hehe
BalasHapusCerita FTV nih, ijin comen dulu baru baca ckckck
BalasHapus@Ahmad Ariyadi,
BalasHapusBukan cerita FTV gan, karena saya berimajinasi sendiri. Ok.
@Atep Setiawan,
BalasHapusYa gan, pada dasarnya Poniyem juga manusia yang masih punya perasaan dan tidak ingin terus-terusan terkungkung dalam cengkeraman hal yang tidak baik.
ceritanya sangat menarik,kata katanya juga bagus
BalasHapusWah ceritanya panjang banget sob, ini gara2 si tante kampet :-D
BalasHapus@уadi,
BalasHapusHehee, iya gan, gara-gara Tante Kampret aku jadi ngelantur.
@ForLagu Team,
BalasHapusTerima kasih gan, semoga nanti kedepannya bisa saya pertahankan.
Ceritanya menarik gan, terus kembangin kemampuannya sob biar tambah manteb
BalasHapusCerita'y seru sob..
BalasHapusTante kamvvret sama poniyem. Nama tokohnya greget. Angkat ke cerita FTV aje gans.
BalasHapusMungkin juga emang udah takdir ya jika si Sasha ini harus mengakhiri semua penderitaanya dari si tante Kampret Rentenir dan akhirnya pun dia bisa merasakan kebahagiaan kembali untuk bersama berkumpul lagi dgn ibu kandungnya tuh brother..
BalasHapus@Arief Firmansyah,
BalasHapusIya mas. Takdir memang tidak bisa kita gagapi. Takdir sering kali membuat kita jatuh bangun, menangis juga tertawa.
@iyhie,
BalasHapusTerima kasih gan. Semoga bisa menghibur.
@Manman App Apk,
BalasHapusSaya belum tau cara menyodorkan naskah cerita ke pihak FTV. Dan rasanya cerita dari saya masih terlampau jelek untuk rumah produksi, hahaa.
@Alhusaini7lapan,
BalasHapusTerima kasih gan. Insya Allah gan.
Berbakat ente jadi penulis cerita bro.
BalasHapuscerita nya panjang juga ya sob, kalo saya gak puasa mungkin saya sedia kopi sama cemilan nih hehehe
BalasHapusdisini memapng kumpulang cerita
BalasHapusada ada aja tu si tante kamvret
BalasHapus@Iman Nurjaman,
BalasHapusHahahaa, iya itu Tante Kampret.
@Sugeng Sungkono,
BalasHapusMaksudnya gan?
@Kaito Gaiden,
BalasHapusHahaa, iya gan panjang. Dibuat panjang biar yang suka membaca jadi terpuaskan maksudnya.
@Riduan21,
BalasHapusSemoga saja bro. Terima kasih.
Assalamu'alaikum @Zacky, selamat malam, ehemp ceritanya unik nih hehe poniyem yg baik hati
BalasHapusbaca nya sambil minum kopi enak nih :D
BalasHapus@Edo Romadon,
BalasHapusIya gan, minum Kopi dan jangan lupa cemilannya, hehee.
@Atep Setiawan,
BalasHapusWa'alaikum musalaam. Selamat malam juga akang. Hehee, Poniyem.