~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 45) ~

jembatan-barelang-img.jpg<br

Aku lihat si Jhon muncul dari balik bangunan pabrik. Dia menghampiriku dan mengajak pulang. Klik Disini. <== (episode 44 yang lalu).

Aku langsung ndlosor ke lantai (tiduran) setelah sampai di rumah. Si Jhon tertawa kecil melihatku, lalu dia sendiri ikut mengambrukkan diri kelantai tersebut.

"Waduh Zack, aku lupa," Kata si Jhon tiba-tiba.

"Lupa apa Jhon?" Aku memandangnya tidak mengerti.

"Lupa kalau sore ini mau mengantar Yuli ke konter," Kemudian dia bangkit dan bergegas melepas baju seragamnya. Lalu berganti mengenakan kaos dan jaketnya. Aku hanya memandangi dia saja. Dalam batinku bertanya 'Apakah Yuli benar akan membelikan hp buatku? Ah tidak' aku melepas pakaianku dan mencantolkannya pada sebuah paku di dinding.

"Ok Zack, aku keluar sekarang. Kamu minta dibelikan apa? Bakso atau apa," Kata si Jhon sambil menaikkan resleting jaketnya.

"Apa saja Jhon, yang penting mengenyangkan, hehee," Si Jhon langsung tancap gas melaju dengan sepeda motornya. Aku sendiri lansung mandi karena gerah.

Sore itu, Dewi, Lina dan yang lain juga telah keluar dari pabrik. Seperti biasa, mereka menggunakan jasa angkutan TRANSKIB sebagai alat transportasi selain ojek.
Dewi duduk termenung di depan pesawat televisi yang belum dihidupkan, sementara punggungnya menempel pada dinding rumah tersebut.

"Ngapa melamun mbak?" Tanyanya Lina yang lantas duduk disamping Dewi.

"Eh kamu Lin. Tidak kok," Lantas Dewi seperti mengambil sesuatu dalam tas kecilnya.

"Ya sudah kalau tidak sedang melamun. Kita mau ngapain setelah ini mbak," Lina tampak mengeluarkan hpnya dari saku celana.

"Tidak tau Lin. Aku juga bingung mau ngapain. Apa ini?!" Dewi membuka sebuah sms di hp yang baru diambilnya dari dalam tas.

"Kenapa mbak," Lina melihat kearah layar hp milik Dewi.

"Masa sih, Bagus jalan sama cewek lain." Dewi tampak tidak percaya dengan sms yang dibukanya.

"Bagus pacarmu maksudnya mbak? Lalu siapa yang ngirim sms itu," Lina menerima hp yang Dewi sodorkan kepadanya.

"Iya Lin. Adikku yang ngirim sms," Dewi lantas terdiam.

"Kok adikmu tau kalau pacarmu jalan sama cewek lain mbak?" Lina mengembalikan hpnya Dewi.

"Aku menyuruh adikku untuk mengawasi Bagus selama aku disini," Kata Dewi.

"Lho, kenapa diawasi? Katamu Bagus adalah tipe cowok setia meski hubungan kalian lagi berjauhan," Lina mengernyitkan dahi.

"Iya Lin, tapi kan tidak harus seratus persen membiarkannya," Tampak ada raut kegundahan tersirat di wajah Dewi.

"Mbak ini gimana sih, aku jadi bingung. Ya sudah mbak, dilanjut nanti lagi, aku mau mandi dulu," Lina bangkit dari duduknya dan menuju ke kamarnya.

"Iya Lin," Kemudian Dewi memegangi kepalanya. Antara percaya tidak dengan kabar dari adaiknya tersebut. Dewi lantas menelpon adiknya yang berada di kampung.

"Wa'alaikumus saalam, mbak Dewi?" Suara dari adiknya Dewi.

"Iya dik. Kamu sedang apa? Bapak dan Ibu di rumah tidak," Kata Dewi.

"Aku lagi di tempat kawan. Tidak tau mbak. Bagaimana dengan mbak disana," Suara adiknya Dewi di ujung telpon.

"Aku baik-baik saja. Dik, benar tidak dengan smsmu tadi?!" Tanyanya cewek hitam manis bernama Dewi.

"Iya benar mbak, masa aku bohong," Jawab adiknya Dewi. Dewi terdiam sejenak sebelum melanjutkan perbincangan dengan adiknya.

"Emm, kamu tau tidak siapa nama cewek yang bersama Bagus? dia orang mana," Tanyanya Dewi.

"Aku belum tau mbak. Nanti aku cari tau siapa nama cewek itu dan orang mana," Kata adiknya lagi. Adik kakak itu terus berbincang, sampai pada akhirnya Dewi menutup percakapan karena pulsanya habis.

Dewi belum beranjak dari tempat duduknya. Dia masih tampak gundah gulana. Ingin dia menyalakan pesawat televisi di hadapannya. Namun hal itu diurungkannya, dia takut karena televisi itu bukan miliknya. Meskipun dia tinggal di tempat tesebut, namun dia tidak mau sembarangan menyentuh barang yang bukan miliknya, apalagi dia masih baru tinggal di tempat itu.

"Lho, kamu masih disini mbak? Sudah.. mandi dulu sana biar segar," Suara Lina yang sudah selesai mandi.

"Nanti saja Lin. Rasanya malas banget mau ngapa-ngapain," Kata Dewi.

"Ya jangan begitu mbak. Apa perlu aku mandikan, hikhiik," Lina terkikik, Dewi tersenyum kecut.

"Iya Lin, tapi...," Dewi kembali diam.

"Tapi kenapa mbak? Bukankah semua itu belum pasti?
Kalau Bagus berjalan bareng cewek lain, itu bukan berarti dia pacaran kan?" Ujar Lina.

"Misalnya benar dia pacaran?" Tanya Dewi pada Lina.

"Ya... apa boleh buat. Mbak pacaran juga sama cowok lain dong," Jawab Lina dengan enteng.

"Segitu mudahnya Lin?" Dewi tampak melongo.

"Ya bagaimana lagi, kalau mbak mau tetap setia ya tidak apa-apa," Mereka saling pandang. Dewi kemudian berdiri, pamit pada Lina kalau dirinya mau mandi.

(bersambung ke episode 46 Klik Disini).

Klik ini dong kang mas, diajeng!

1 Response to "~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 45) ~"

  1. мαdυмσє вlσg22 Juli 2015 pukul 09.20

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/novel-cintaku-merintih-di-pulau-batam-e-17.xhtml

    BalasHapus