~ Cerpen: Salimah Gadis Bandhot ~

Cerpen: Salimah Gadis Bandhot.

"Hei Salimah, hahahaa," Suara pemuda pada gadis yang duduk di bawah pohon Pepaya dipinggiran sawah. Gadis bernama Salimah pun menoleh.

"Apa kamu!" Kata Salimah dengan sedikit memelototkan mata.

"Apa kamu tidak malu? Kamu kan sudah perawan Salimah..," Ucap pemuda tadi yang nengkreng diatas sepeda motor.

"Malu? Kenapa memangnya," Salimah menatap pemuda itu dengan tajam, seperti ada rasa kesal pada pemuda tersebut.

"Ya malu dong. Kamu kan sudah perawan, tapi itu lho.. hahahaa," Kata pemuda itu yang lantas terbahak.

"Itu apaan! Biarin dong aku mau seperti apa. Memang penting buat kamu hah?! Sana pergi!" Sepertinya Salimah semakin marah. Bukannya pergi, pemuda itu malah semakin menjadi-jadi meledek Salimah.

"Terserah aku dong mau pergi, mau tidak. Memang ini tempatnya kamu?!
Kalau aku jadi kamu Salimah, aku tidak mau seperti itu. Harga diri jadi turun, tau tidak..?" Pemuda itu tetap ngoceh dengan sesekali menghisap rokoknya.

"Ya biarin, ngurus!
Emang pamrihmu apa sih? Kok tiap ketemu selalu meledek, menghina, menggurui. Biar saja aku mau apa, kenapa kamu yang repot? Sudah sana pergi, pergi, pergi... atau mau aku timpuk pakai ini!" Salimah mengambil bongkahan tanah keras dan hendak melemparkannya ke pemuda yang meledeknya.

"Huh, segitunya marah kamu Salimah. Ya sudah aku pergi, hahaa," Pemuda itu menyalakan motornya lantas pergi dari hadapan Salimah.

"Huh, dasar! Paijo jelek! Menghina, menghina dan menghina. Awas ya kamu!" Salimah menyeka wajahnya dengan ujung baju yang dia kenakan. Meski hari telah sore, namun udara terasa panas, hingga siapapun pasti akan berkeringat deras, seperti halnya Salimah.
Karena sudah sore banget, lagian dia sendiri ada acara, maka Salimah pulang dengan menggiring hewan ternaknya.
Salimah kembali menyeka wajahnya dari butiran-butiran keringat yang tampak masih mengalir hingga wajahnya pun terlihat mengkilap terkena cahaya matahari sore.
Dengan menggendong rumput yang tadi di carinya sembari menggembala, gadis bernama Salimah terus mengikuti langkah hewan ternaknya menuju kandang di belakang rumahnya. Kedua matanya sebentar memandang sebuah rumah besar yang berada di pinggir jalan yang dilaluinya, lantas dia bergumam 'Pasti enak sekali tinggal di rumah seperti itu'.
Tidak berapa lama Salimah sudah sampai di rumahnya. Dia segera mengandangkan hewan ternaknya, selanjutnya dia membersihkan diri dengan mandi.

"Apakah aku bisa punya rumah segedhe rumah miliknya pak Parjo? Pasti enak tinggal di rumah mewah seperti itu," Kembali Salimah berkhayal.
Salimah duduk dipinggiran tempat tidur sambil menyisir rambut basahnya karena habis keramas. Salimah tampak tersenyum-senyum di depan kaca lemari.

"Aku harus segera berangkat sebelum petang," Ucapnya. Dia bergegas beres-beres, lantas pergi kesebuah acara pernikahan seorang temannya. Dengan mengayuh sepeda tua milik bapaknya, gadis bernama Salimah tersebut datang ke pesta pernikahan.
Entahlah, sepanjang perjalanan ke pesta pernikahan tersebut, Salimah masih saja memikirkan enaknya kalau dirinya punya rumah besar dan mewah.
Salimah menyandarkan sepeda kayuhnya di dekat pinggir jalan, lantas dia masuk ke rumah yang lagi ada hajat pernikahan itu.

"Eh Salimah. Mari, silahkan," Kata seorang wanita setengah baya pada Salimah.

"Terima kasih bu," Jawabnya dengan tersenyum. Dia kemudian duduk di kursi tamu yang memang sudah disiapkan.

"Kok sendiri saja Salimah, tidak diantar pacarmu?" Tanya wanita setengah baya yang tidak lain adalah pemilik rumah yang lagi punya hajat. Salimah diam sebelum menjawab pertanyaan tadi.

"Anu bu, aku belum punya pacar," Kata Salimah.

"Oh belum toh? Ibu kira sudah. Cepat nyari pacar Salimah.. Biar cepat nyusul Widuri, hehee. Ya sudah, ibu tinggal sebentar ya. Ayo di cicipi itunya," Ibu itu pun berlalu dari Salimah

"Tidak usah dibilangin juga sudah nyari pacar bu! Tapi belum dapat-dapat," Kata gadis bernama Salimah. Setelah dirasanya cukup lama ditempat itu, Salimah kemudian pamit pada yang punya hajat. Dia pulang kembali dengan mengayuh sepedanya.

*

Salimah terus mengayuh sepeda tuanya menuju rumah. Sesekali dia menghindari lubang-lubang jalan meski tidak dalam. Tiba-tiba saja 'Gubrak!' sebuah sepeda motor yang melaju kencang menyenyenggol sepeda yang Salimah naiki.
Salimah tersungkur setelah sepedanya oleng. Dia mengaduh dalam keterjerembabannya. Orang yang menyenggolnya menoleh, berhenti dan bergegas menghampiri Salimah.

"Kamu tidak apa-apa mbak?" Tanyanya pada Salimah yang terduduk di jalan beraspal.

"Kenapa kamu menabrakku sih?!" Kata Salimah sambil memeriksa anggota tubuhnya.

"Maaf mbak, maaf. Apa mbak terluka? Mari saya obatkan kalau ada lukanya," Kata orang tersebut. Salimah diam, dia memandang orang tersebut sebelum menjawab pertanyaan tadi.

"Ini lihat! Aduh...," Kata Salimah yang lantas mengaduh. Tampak ada beberapa luka lecet di kulit tangan dan kakinya.

"I...iya mbak, maaf. Mari saya obatkan," Orang tersebut meraih lengan Salimah dan hendak membangunkan gadis tersebut.

"Apaan sih! Gak mau," Orang tersebut mengurungkannya. Dengan merintih, Salimah bangun sendiri. Mereka saling pandang, ada kekesalan pada diri Salimah, sementara rasa bersalah dan takut menghinggapi orang itu.

"Kalau tidak mau diobatkan, emmm ini saja. Terimalah mbak," Kata orang itu dengan menyodorkan uang 50.000,- pada Salimah.

"Tidak mau, permisi!" Salimah membangunkan sepedanya yang masih terlentang dijalan. Salimah kemudian hendak meninggalkan tempat tersebut, namun lelaki itu menahannya.

"Terimalah mbak. Saya merasa tidak enak, karena saya yang salah. Ayolah mbak, terima ini," Kembali kata orang itu.

"Tidak mau ya tidak mau!" Suara Salimah tambah sewot. Salimah kemudian naik keatas sepedanya dan mengayuhnya.

"Orang yang aneh. Siapa dia ya? Wajahnya cukup cantik, sepertinya dia wanita baik-baik, cocok kalau kujadikan istri," Orang tersebut menghidupkan mesin sepeda motornya, lantas membuntuti Salimah.
Salimah tampak menoleh kebelakang, lantas membuang muka ketus.

"Oh.. jadi ini rumahnya dia. Hemm, aku kesana saja deh," Orang itu memarkirkan sepeda motornya di pinggir Gang jalan depan rumahnya Salimah.

"Ich, mau apa dia. Kenapa dia kesini?! Ah biarlah," Salimah menyandarkan sepedanya ke pagar rumah.

"Permisi mbak, bolehkan saya kesini?" Kata orang itu.

"Mau apa kamu kesini!," Suara Salimah dengan ketusnya.

"Emmm, mau mengobatkan kamu," Orang itu tersenyum pada Salimah.

"Aku kan sudah bilang, tidak mau diobatkan. Dasar orang aneh," Kata Salimah.

"Iya tapi," Orang itu menunduk sebentar.

"Tapi apa! Sudahlah," Salimah hendak masuk kedalam rumah. Namun tiba-tiba Ibunya muncul dari balik pintu.

"Eh ada tamu, siapa dia Salimah?" Tanyanya Ibunya Salimah dengan suara tidak keras.

"Tidak tau Mak. Tanya saja pada dia," Salimah pun masuk kedalam rumah.

"Permisi Bu. Nama saya Suparman," Orang tadi memperkenalkan diri pada Ibunya Salimah.

"Suparman? Kamu orang mana dan ada keperluan apa?" Ibunya Salimah mempersilahkan duduk. Selanjutnya orang yang bernama Suparman itu menjelaskan siapa dirinya dan kenapa sampai di rumah tersebut pada Ibunya Salimah.

"Oh.. jadi begitu.., untung saja tidak terjadi apa-apa pada Salimah dan kamu nak," Kata Ibunya Salimah.

"Iya Bu. Maaf, kalau boleh tau, nama anaknya ibu tadi siapa?" Tanyanya Suparman.

"Dia namanya Salimah. Memangnya ada apa nak." Ibunya Salimah memandangi Suparman.

"Emm, tidak apa-apa Bu, hanya ingin tau saja," Setelah mereka berbincang-bincang cukup lama, Suparman pun pamit pulang. Suparman tersenyum, sementara Ibu tadi menggeleng pelan.

"Ada-ada saja. Orang kok aneh," Ibunya Salimah lantas masuk ke dalam rumah.

**

Seperti biasa, Salimah menjalankan rutinas kesehariannya. Memasak, mencuci baju, mencari rumput untuk hewan ternaknya, melepas kambing-kambingnya dari kandang dan menggembalakannya hingga membawa kembali pulang ke kandangnya.

"Hahahaa, hei Salimah, ngapain itu kambingmu, kawin ya..," Suara Paijo yang kembali datang dan meledek Salimah.

"Apa kamu! Kebiasaan!" Salimah mengambil tanah sekepal lantas melemparkannya kearah Paijo.

"Aduh Burungku! Ahhhh kamu Salimah!" Kata Paijo yang burungnya terkena lemparan tadi.

"Ahahahaa, rasakan olehmu Jo," Salimah tertawa.

"Hooooo malah tertawa kamu Salimah Bandhot!, " Suara Paijo sambil meringis-ringis dan mendekapi burungnya dengan telapak tangan.

"Coba bilang Bandhot lagi! Aku timpuk kamu," Salimah melotot.

"Memang kamu Bandhot, wueeek!" Paijo langsung menggeber sepeda motornya, pergi menjauh dari Salimah. Salimah memandang kepergian Paijo dengan kesal.

"Paijo kutu kupret! Kenapa kamu memanggilku dengan Salimah Bandhot sih?! Apa karena aku suka menggembala kambing?!
Aku kan suka kamu Jo....!" Salimah menyeka keringat di wajahnya.

Setelah cukup lama saling meledek, pada akhirnya Paijo mengutarakan isi hatinya pada Salimah.
Mula-mula Salimah menanggapinya dengan dingin, meskipun dia sendiri suka sama Paijo. Salimah melakukan hal itu karena dia tidak mau di cap wanita gampangan dalam menerima cinta.
Setelah menjalani masa pacaran, mereka pun akhirnya menikah. Kini Salimah Bandhot hidup bahagia bersama suaminya, Paijo. Sekian.

Klik ini dong kang mas, diajeng!

Related Posts :

5 Responses to "~ Cerpen: Salimah Gadis Bandhot ~"

  1. мαdυмσє вlσg15 Juli 2015 pukul 12.12

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerpen-salimah-gadis-bandhot.xhtml

    BalasHapus
  2. cerpen buatan sendiri ni sob?..

    BalasHapus
  3. kpn2 ane baca dh gan, lgi sibuk mau tadarusan nh

    BalasHapus
  4. мαdυмσє вlσg16 Juli 2015 pukul 12.54

    @Kaito Gaiden,
    Iya gan, cerpen bikinan sendiri.

    BalasHapus
  5. мαdυмσє вlσg16 Juli 2015 pukul 12.57

    @k0k0h,
    Ok gan, silahkan tadarusan dulu gan.

    BalasHapus