Cerpen Ketulusanmu Deswita

ketulusanmu-deswita.jpg

Kamu yang aku anggap kekanakan ternyata bisa bersikap dewasa dan hal itu telah berulang kali engkau tunjukkan kepadaku. Maafkan aku yang selama ini buta akan kedewasaan serta ketulusanmu Deswita. Tak seharusnya diriku menyepelekanmu hingga menelantarkan keikhlasan hatimu.
Jika saja diriku bisa mengulang kembali ke waktu lalu dan berbuat baik, pastinya kita tak seperti ini, engkau merana oleh keegoanku, sementara aku sendiri terbelenggu rindu yang kini tak bisa dipungkiri.
Kerinduanku kepadamu kini bukan tanpa alasan sebab diriku sadar betapa engkau sangat mencintaiku, tapi sayang... baru kutahu hal itu setelah diriku merasa kehilanganmu, engkau menjauh dariku karena mungkin kata-kataku yang keras menampar perasaanmu, dan hatimu terluka!

Vincent meletakkan penanya setelah membubuhkan tanda tangan di baris bawah. Lembar itu dilipatnya sedemikian rupa, lantas dimasukkannya ke dalam sebuah amplop warna putih.
Vincent menatap sebuah foto tergeletak di meja, dia tersenyum dengan sejuta harap bahwa Deswita akan memaafkan dan mau kembali kepadanya.
Selama ini Deswita sudah berbuat melebihi kehendak Vincent, tapi kerap pemuda itu menilai apa yang diberikan Deswita masih kurang hingga dirinya sering marah dan tak menerima.
Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat buat Deswita dalam bersabar bersama Vincent si arogan. Rasanya gadis itu ingin berteriak keras agar Vincent mau mendengar setiap saran darinya tapi lelaki itu seperti menutup telinga untuk semua saran dari Deswita. Mata hati Vincent baru terbuka setelah Deswita pergi darinya dan selang beberapa bulan kemudian kecelakaan yang hampir merenggut nyawa menimpa lelaki cakap tersebut.

"Tak usah lagi kamu perduli denganku, apa belum cukup kemarahanku tempo hari hah?!!!" Dengan muka memerah Vincent kembali membentak-bentak Deswita.

"Tapi Cent, aku...,"

"Ah sudahlah! Pemikiranmu itu kolot, tahu tidak?! Pemikiranmu itu kerdil Des! Nggak mungkin aku terjurumus dengan mereka.
Sudah Des, mendingan kamu memikirkan hal lain saja, nggak usah menggurui dan mengatur hidupku, bukankan selama ini apa yang kamu khawatirkan tidak terbukti dan kamu masih kekanak-kanakan untuk mengguruiku!" Ucap Vincent dengan nada keras. Lelaki itu membanting botol mineral ke tanah dan pergi begitu saja meninggalkan Deswita yang dengan sabar menghadapi sifat si Vincent.

Apa yang dilakukan Deswita kepada sang pacar adalah hal wajar demi kebaikan bersama. Namun Vincent menganggap semua saran Deswita malah sebagai halangan atas hobbinya.
Kegemaran Vincent adalah suka kebut-kebutan di jalan karena memang ia berkeinginan menjadi seorang pembalap layaknya Valentino Rossi. Hobbi Vincent itu sampai kini belum ada wadahnya lantaran dia sendiri masih ditolak di beberapa club pembinaan balap lantaran sepeda motornya tak layak. Tak mau menyerah dan hilang kesempatan, Vincent kemudian bergabung bersama teman-teman yang sering balap liar saat malam minggu di kawasan Kantor Walikota di daerahnya.
Bergabungnya Vincent sebagai pembalap amatiran itu sebenarnya bisa diterima oleh Deswita, tapi karena kemudian Vincent juga ikut-ikutan menenggak minuman keras bersama teman-temannya, memakai pil inex, memakai ganja dan tak jarang juga mengkonsumsi Sabu, akhirnya Deswita ikut prihatin dan memberikan teguran serta saran kepada pemuda tersebut. Oleh karena dirinya ingin kebebasan tanpa ada yang mengatur, lantas Vincent sering marah-marah saat Deswita megurnya. Pertengkaran sempat terjadi sampai tamparan keras Vincent mendarat di pipi Deswita.

Apa yang dilakukan Vincent sudah keterlaluan bagi Deswita. Gadis itu kemudian memutuskan untuk menjauh dari kehidupan Vincent. Dia tidak ingin lagi mencampuri urusan Vincent. Deswita memilih diam dan tak akan menemui kekasihnya tersebut. Begitu juga saat Vincent menghubungi Deswita dan mengajaknya ke arena balapan, cewek itu diam tak bergeming.

"Cent, sekarang aku nggak mau ikut campur dengan apa yang akan kamu lakukan karena diriku terlalu rendah buatmu. Silahkan kalau kamu mau balapan, aku nggak ikut," Jawab Deswita saat lelaki itu menemui dan mengakaknya ke arena balap liar. Mendengar Deswita berkata seperti itu, Vincent langsung pergi meninggalkannya. Sungguh wanita tersebut sebenarnya sangat menyayangi Vincent tapi dia tidak ingin memanjakan lelaki itu dengan dirinya mengikuti ajakan tadi. Deswita menatap langkah Vincent dengan terus berharap semoga sang kekasih bisa seperti dulu.

Di minggu berikutnya, hal buruk dialami Vincent. Malam itu dia bersama teman-temannya ngebut di arena balap liar demi memperebutkan gengsi siapa yang paling tangguh.
Baru beberapa putaran mereka beradu kecepatan motor tiba-tiba puluhan aparat datang merazia dan para pembalap amatir itu kocar-kacir menyelamatkan diri. Di situ lah kemudia Vincent ditabrak oleh pembalap lain hingga tubuhnya terseret beberapa puluh meter. Vincent mengalami luka sangat serius, dia patah tulang serius di kaki, tangan, juga pada tulang pinggul.
Pagi harinya kabar buruk itu sampai di telinga Deswita, ia bersedih atas kejadian yang menimpa Vincent. Tapi Deswita tak bisa berbuat apa-apa, dia sendiri sedang terbaring di ranjang karena sakit.
Vincent menatap langit-langit kamarnya sebentar. Diraihnya buku dan pena yang tergeletak di meja dekat tempatnya berbaring, lelaki itu menuliskan beberapa kalimat untuk Deswita. (*)

Baca juga cerpen Saat Kita Bersama.

?pub=lianghl@zackymadumoe&format_type=im

1 Response to "Cerpen Ketulusanmu Deswita"

  1. мαdυмσє вlσg7 April 2016 pukul 13.06

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerpen-ketulusanmu-deswita.xhtml

    BalasHapus