Cerpen Saat Kita Bersama

saat-kita-bersama.jpg

Ada banyak kisah saat kita bersama, sedih dan senang kerap mewarnai rajutan cinta berdua. Itu dulu saat semua masih saling berdekat dan terasa indah, tapi kini rasa senang tlah sirna tak tersisa, pergi entah kemana oleh karena keangkuhanku yang ternyata menelantarkan hatimu.
Rasa penyesalanku tiada habisnya dalam mengharap dirimu kembali untuk bersama agar ceria kembali kurasakan.

Masih kuingat tatkala engkau luruh menyandarkan kepala di dadaku. Kamu berkata jika hari ini aku teramat sedih karena permasalahan tidak kunjung reda.
Kamu mengangkat kepala saat tanganku lembut membelai rambut hitam mu nan panjang sepinggang. Berlahan tangan kananmu mengusap buliran bening yang luruh jatuh ke pipi, aku sedih melihat itu.

"Zack, ternyata kamu jahat!"

"Aku jahat? Maksudmu?!"

"Kamu telah menyalah gunakan kepercayaan yang kuberikan selama ini. Kamu telah tega melukai perasaanku dengan bermain api sama Vita. Kamu jahat Zack!!!"

Kedekatanku dengan Vita ternyata telah membuat Nini Pelet pacarku naik pitam. Dia begitu geram atas apa yang kulakukan meski sebetulnya diriku tak ada perasaan apa-apa terhadap Vita.
Jika dipikir, tak etis rasanya Nini Pelet seperti itu toh apa yang aku lakukan juga demi kebaikannya juga. Kan aku mendekati Vita itu biar nanti Nini Pelet bisa dengan mudah masuk di Perguruan Tinggi favorit yang bapaknya Vita menjadi Rektor disana.
Sebenarnya nggak apa-apa juga jika aku tak mendekati Vita dan bapaknya, tapi mau bagaimana lagi mengingat nilai DANEM si Nini Pelet sangatlah rendah dan dia ngotot ingin kuliah di tempat tersebut. Namun sayang, diriku belum sempat menjelaskan hal itu eh... Nini Pelet malah merajuk tak karuan.

Denting piano terdengar dari kamar sebelah, biasa kalau kakakku sudah pulang dari kuliahnya dia akan bermain piano walau hanya satu lagu.
Entah kenapa, dentingan piano tersebut mampu membuat jiwaku luruh dalam kesedihan teramat sangat. Kebetulan lagu yang kakakku mainkan sama persis dengan gejolak hati yang kini kurasakan.
Jemari kakakku terus menari pada not not piano tinggalan ibu, sekarang ibu telah wafat. Kedua mataku tiba-tiba berkaca-kaca karena sebuah kerinduan entah kepada siapa.
Lirih nama ibu ku ucapkan di ujung bibir yang mulai mengering. Kuseka mata yang tergenang air bening hendak mengalir ke pipi.
Aku mendongak dengan punggung bersandar pada tepi kursi tua di kamar, kerinduan itu semakin kuat hendak membawa jiwaku mengembara.

"Kamu sudah makan Zack?" Tanyanya kakak setelah mendorong pintu kamarku.

"Belum kak, kakak sendiri sudah makan?"

"Belum juga. Kenapa denganmu Zack, kok matamu sembab?" Kakak duduk di sampingku. Diperhatikannya diriku yang memang tak bisa menyembunyikan kesedihan atas apa yang kurasa.

"Nggak apa-apa kok kak,"

"Beneran nggak ada apa-apa?
Bagaimana kabar pacarmu Zack?" Sejenak aku terdiam oleh pertanyaan itu.

"Ehmmm baik, tapi lagi ada masalah nih kak,"

"Ada masalah? Masalah apa Zack?" Kuceritakan semua sama kakakku, eh... kakak malah tertawa terbahak. Kata kakak, Nini Pelet itu masih kekanak-kanakan untuk sebuah cinta walaupun secara umur dia sudah dewasa. Begitu juga denganku yang dibilangnya masih ingusan untuk memikirkan kasih sayang dan kesetiaan. Kecemburuan Nini Pelet terhadap Vita sangat beralasan dan harus dimaklumi karena dia menganggap cinta kepada seseorang itu harus totalitas kepadanya dan tidak boleh dibagi sama yang lain. Begitu juga denganku yang dinilainya terlalu cengeng untuk sebuah cinta. Tak seharusnya aku bersedih jika hanya dijauhi oleh Nini Pelet yang tengah dibakar api cemburu. Namun kemudian kami saling terdiam waktu kubilang kangen sama ibu. Kakak hampir tak bisa berkata-kata. Selama ini kakak juga sangat kangen dengan sosok ibu yang begitu menyayangi kami.
Saat kita bersama di sisi ibu, ada banyak kehangatan yang beliau curahkan pada kami. Ada banyak petuah yang ibu sematkan kepada kami, hingga kami selalu berhati-hati dalam menjalani hidup di dunia ini dan harus bisa memilah mana yang terbaik buat kami.
Kakak menepuk pundakku sembari berkata bahwasanya kita harus bersikap dewasa dalam semua tindakan, lantas kakak berlalu meninggalkan diriku di kamar untuk melanjutkan mimpi bersama Nini Pelet kekasih hati yang juga tengah merana. (*)

Baca juga cerpen Waria Jatuh Dari Sepeda.

?pub=lianghl@zackymadumoe&format_type=im

1 Response to "Cerpen Saat Kita Bersama"

  1. мαdυмσє вlσg5 April 2016 pukul 09.24

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerpen-saat-kita-bersama.xhtml

    BalasHapus