Cerpen Sentuhan Satriatama

sentuhan satriatama

Sentuhanmu sangat terkesan hingga diriku selalu merindukan hal itu
Kini engkau tak lagi ada di dekatku karena dirimu pergi ke tanah orang dengan seribu impian bergelayut di benak
Aku akan selalu menjaganya hingga engkau datang kembali menemuiku
Dan kita menyatu dalam ikatan cinta Sat.

Sederet kata sering menjadikan Widuri termenung. Gadis itu betapa ingin selalu di dekat Satriatama, lelaki yang telah membuat hatinya luluh.
Berlahan ia sentuh sepucuk surat tergeletak di atas meja. Tiga hari lalu surat tersebut diberikannya oleh Satriatama kepada Widuri yang baru dikenal sebulan belakangan.
Widuri memandangi surat yang kini dipegangnya, seulas senyum mengembang manis bersama lesung pipit bertengger di sudut pipi.

"Kapan kamu akan berangkat ke Riau?" Tanyanya Widuri dengan degup jantung semakin mengencang. Gadis tersebut sebenarnya nggak rela jika harus ditinggalkan Satriatama secepat itu mengingat perkenalan mereka belumlah lama, sementara itu di hati Widuri sudah mulai tumbuh rasa sayang kepada lelaki cakap berperawakan sedikit gempal tersebut.

"Tiga hari lagi kok Wi. Kenapa Wi? Ehmmm, aku harap kamu bisa menjaga diri dengan baik, ya," Ucap Satriatama yang memandang tajam wajah Widuri. Kata-kata lelaki di dekat gadis tersebut seakan menyiratkan sebuah kekhawatiran terhadap Widuri.

"Tiga hari lagi? Ehmmm.. iya Sat, aku bisa menjaga diri kok. Begitu juga denganmu Sat, jaga diri baik-baik, ya," Gadis itu kemudian menunduk karena tak mampu menatap sorot mata Satriatama yang berbinar tajam menghujam. Wajah lelaki itu adem memancarkan keteduhan dan akan membuat hati bergetar karena rona wajah penuh keimanan. Widuri terus melamun hingga tepukan Satriatama di pundaknya mengagetkan gadis berparas manis tersebut.
Satriatama beranjak dari tempat duduk untuk kemudian pamit pulang karena di rumah sudah ditunggu sang bunda yang tadi menelfon dirinya.

Wajah Widuri berlahan memancarkan kesedihan dengan sorot mata meredup. Gadis manis berambut sepinggang itu merasa bersedih karena sebentar lagi akan ditinggal Satriatama merantau dan dengan demikian sulit buatnya untuk bertemu pemuda cakap nan pintar itu, padahal dirinya sangat betah mendengar wejangan-wejangan Satriatama yang suaranya halus dan mengena sasaran. Sering Widuri bergetar tatkala Satriatama mengupas tuntas tentang agama karena memang pemuda tersebut lulusan dari sebuah Pesanteren ternama di tanah.
Begitu lugasnya tutur kata Satriatama dengan nada suara lembut membelai jiwa Widuri. Apa yang diterangkan pemuda tersebut mampu meluluhkan kekerasan hati gadis itu, maklum... sebelum kenal dengan Satriatama, Widuri adalah gadis sedikit nakal dengan omongannya yang ceplas-ceplos tak beraturan dan kerap membuat lelaki bungkam.

Malam telah larut, Widuri yang biasanya sudah terlelap selepas adzan Isya', di malam itu dia tampak gelisah tak bisa tidur. Tubuh sintalnya berkali-kali berguling dengan mendekap bantal. Wajahnya menghadap ke atas, beberapa kali matanya menghitung noda bekas tetesan air hujan di langit-langit kamar. Dia melenguh pelan, lirih suara di ujung bibir menyebut nama Satriatama yang nanti pagi rencananya mau berangkat ke perantauan bersama seorang teman pria.
Widuri menggigit bibirnya yang merekah, matanya terpejam dalam, sesuatu sedang mengajaknya untuk bermain di dunia hayalan.

"Kenapa kamu harus merantau ke tempat jauh sih Sat?" Pertanyaan dari lubuk hatinya, Widuri semakin erat memeluk bantal guling dengan sesekali menoleh kesebuah foto di atas meja. Dia bangkit, diraihnya foto Satriatama yang diterimanya seminggu lalu. Gadis itu tak memalingkan pandangan dari kaca figura, kemudian ia tersentak kaget karena suara ayahnya yang baru pulang dari ronda malam.


Kedua mata Widuri tampak memerah, wajahnya kusut karena semalaman tak bisa tidur. Baru saja dia turun dari tempat tidur, phonselnya berdering.
Di pagi itu Satriatama menelfone Widuri, pemuda itu menyempatkan diri untuk berbicara kepada gadis manis tersebut sembari menyisipkan kata-kata petuah merasuk kedalam sanubari Widuri. Satriatama mengatakan, dirinya ingin bertemu dengan Widuri sebelum ia benar-benar berangkat, Widuri pun mengiyakannya karena memang dirinya sangat mengharapkan pertemuan itu.

Sinar mentari hangat menyapa kulit mereka berdua dan seisi makhluk di bumi. Widuri tersenyum menatap kegagahan Satriatama yang berdiri di hadapannya. Berlahan mereka duduk di bangku teras rumah milik gadis itu, setelah sebentar berbincang, Satriatama mengeluarkan sesuatu dari balik jaket hitamnya. Setangkai bunga Anggrek terbungkus plastik bening ia sodorkan ke Widuri, gadis itu terdiam dalam heran. Seulas senyum Satriatama meluncur menerobos pintu hati gadis berkulit hitam manis di dekatnya.

"Aku hanya bisa menitipkan bunga Anggrek ini kepadamu. Aku yakin kamu bisa menyimpan dan merawatnya, Widuri,"

"Maksudnya Sat?"

"Terkadang diri sukar untuk mengungkapkan isi hati kepada orang yang disukai. Aku menitipkan cintaku bersama bunga ini kepadamu, Widuri." Ucap Satriatama. Widuri menatap wajah pemuda itu dengan seksama dan ia mendapati jika lelaki tersebut berkata jujur atas isi hatinya.
Sebelum Satriatama beranjak, ia kembali melempar senyum menggetarkan gerbang cintanya Widuri. Gadis itu kan selalu rindu oleh sentuhan penuh makna dari seorang Satriatama. (*)

Baca juga cerpen Ketulusanmu Deswita.

?pub=lianghl@zackymadumoe&format_type=im

1 Response to "Cerpen Sentuhan Satriatama"

  1. мαdυмσє вlσg14 April 2016 pukul 15.38

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerpen-sentuhan-satriatama.xhtml

    BalasHapus