"Kita jadi ke Stasiun Walikukun kan Joy?"
"Ke Stasiun Walikukun, mau apa Roy?!" Joy mengernyitkan dahi tak mengerti dengan pertanyaan Roy, begitu juga dengan Roy yang mengerutkan kening karena dia merasa kalau Joy yang kemarin mengajaknya ke Stasiun Walikukun, makanya pemuda itu bangunnya pagi-pagi tidak seperti di hari biasanya, eh malah Joy seperti lupa dengan pembicaraan kemarin sore.
"Kamu lupa apa.., kan katanya mau menjemput mas Rudi?"
"Menjemput mas Rudi? Astaghfirullah, aku lupa Roy! Jam berapa ini, aduh hampir telat. Sebentar ya Roy," Joy gelagapan, bergegas dia berlari ke kamar mandi. Selesai dari kamar mandi dan menyemprotkan parfum, Joy langsung menarik lengannya Roy, selanjutnya meluncur ke Stasiun Walikukun.
"Untung kamu mengingatkan aku Roy kalau tidak... bisa-bisa aku dibanting oleh mas Rudi, hikhikhiiiks," Joy cekikian sembari mengemudikan mobil Avanza milik bapaknya, begitu juga dengan Roy. Dua saudara sepupu tadi terus melaju dengan kencang menuju Stasiun Walikukun.
Sinar matahari sudah terasa menyengat di kulit kedua pemuda yang baru saja turun dari mobil Avanza, mereka adalah Joy dan Roy.
Mereka menjemput Rudi yang akan datang dari Jakarta. Kedatangan Rudi sendiri ke daerah Ngawi yakni dalam menghadiri acara pernikahan anak dari Om-nya.
Sebenarnya Rudi malas untuk datang ke acara pernikahan tersebut tapi karena kedua orang tuanya tidak bisa datang lantaran sedang di luar pulau, maka undangan itu sepenuhnya di serahkan kepada Rudi dan dia harus datang, bisa nggak bisa, tukas bapaknya Rudi waktu itu.
"Itukah dia Joy?"
"Entahlah Roy, aku juga lupa dengan wajah mas Rudi yang sekarang. Sebentar," Joy menekan layar smartphone-nya, sebuah nomer ia coba hubungi, tapi lama tak diangkat oleh si pemilik nomer. Sementara itu orang yang ditunjuk Roy tampak celingukan seperti sedang mencari seseorang.
"Kemana ini Joy yang katanya mau menjemputku? Nomer siapa ini?" Lelaki itu menyalakan Phonsel yang dirogohnya dari saku celana, lantas mencoba menghubungi nomer yang tadi masuk.
"Mas Rudi, di mana kamu sekarang?" Tanyanya Joy.
"Kamu siapa kok kenal aku?"
"Aku Joy lho mas. Maaf, aku tidak ngasih tahu sebelumnya kalau nomerku sudah ganti. Kamu benar mas Rudi anaknya pak dhe Wawan kan?"
"Yapz, oh... kamu tho Joy. Aku disini, duduk di dekat ehmmm rumah makan Selera Kita," Ucap Rudi dengan menoleh papan nama di rumah makan tidak jauh darinya duduk.
"Dimana itu rumah makan Selera Kita? Oh ok, aku tahu. Yuk Roy, kita ke sana," Wanita bernama Joy yang berpenampilan tomboy itu menarik kaos si Roy, mengajaknya menemui Rudi.
Hampir 5 tahun Roy tidak ketemu Rudi. Pertemuan di Stasiun Walikukun membuat keduanya pangling. Lama Joy menatap Rudi, begitu juga dengan pemuda berpenampilan necis di hadapan gadis tomboy itu, dia bengong laksana terhipnotis oleh kecantikan Joy. Namun bepgitu Rudi tak lantas jatuh cinta terhadap gadis di hadapannya karena dia anak dari saudara bapaknya.
"Woy! Ngapain bengong Roy. Yuk ah kita cabut. Yuk mas Rudi," Ajak Joy dan langsung membalikkan badan. Mereka meninggalkan Stasiun Walikukun menuju rumah Joy di Ngrambe.
Mereka tampak akrab dengan saling membanyol dalam kendaraan tersebut, sesekali jari Joy menusuk pinggangnya Roy karena lelaki yang duduk di sebelah gadis tomboy itu meledek tiada habisnya.
"Stop Joy, kita mampir di pasar Templek dulu. Ada yang mau kubeli," Kata Roy.
"Tumben kamu mau belanja di pasar Templek Roy, hikhiiiks," Joy menghentikan mobil di depan pasar Templek. Roy keluar dan langsung ke pasar tersebut untuk berbelanja sesuai pesanan ibunya sebelum dia berangkat menemani Joy menjemput Rudi.
Lima belas menit Roy di dalam pasar, sementara itu Rudi dan Roy terlihat sangat senang karena bisa bertemu lagi setelah lima tahun saling ngumpet karena kesibukan masing-masing dan juga jarak yang jauh. Jika mereka berkomunikasi pun itu kadang-kadang saja lewat sms dan telfon.
"Bagaimana kabar keluarga kamu mas Rudi? Lama aku tidak ketemu bu dhe. Oh iya, sekarang mas Rudi sudah kuliah kan, dimana?"
"Kabar ibu dan bapak baik-baik saja. Beliau berdua lagi di luar pulau.
Iya Joy, aku kuliah di UI, kamu sendiri?"
"Oh lagi pada di luar pulau. Aku kuliah di Jogja kok mas, di UGM.
Hebat dong mas Rudi keterima di UI. Eh itu Roy sudah kembali," Mobil Avanza itu kembali berjalan setelah Roy masuk ke dalamnya. Mereka terus berbincang hingga sampai di rumah Joy.
Kedatangan Rudi disambut gembira oleh keluarganya Joy karena memang mereka juga kangen terhadap Rudi.
"Jadi ibu dan bapakmu tidak bisa datang dan mewakilkan kepadamu tho Rud? Yo wis..., ora opo-opo. Yo kono ngasuh ndisik. Joy..., antar Rudi ke kamarnya," Kata ibunya Joy.
Kesibukan terlihat di rumah orang tuanya Joy karena akan ada acara pernikahan yang berlangsung di tempat tersebut. Kakaknya Joy hari itu akan bersanding di pelaminan bersama gadis pilihannya.
Rudi tampak sibuk bersama Roy dan yang lain dalam mempersiapkan acara tersebut. Dalam kesibukan itu mata Rudi terus memperhatikan seorang wanita yang sedari tadi hilir mudik di dekatnya. Wanita yang dimaksud Rudi adalah Silvi yang masih kerabat dengan keluarganya Joy.
"Siapa cewek itu? Sepertinya aku belum pernah mengenal dia.
Tampaknya dia gadis baik dan pintar, hemmm," Gumam Rudi disela kesibukan menata kursi untuk para tamu.
Tiba-tiba, "Aduh! Ma.. maaf ya mas," Cewek yang sedari tadi Rudi perhatikan secara nggak sengaja menabraknya. Cewek tadi tersipu, Rudi sendiri tersenyum.
"Tidak apa-apa kok mbak, ehmmm...,"
"Cie cieeeee, hayo... lagi pada ngapain nih? Kenapa dengan kamu Vi?
Oh iya mas Rudi, perkenalkan dia namanya Silvi," Cerocos Joy. Silvi jadi salah tingkah saat Joy mulai menggodanya. Rudi dan Silvi pun berkenalan.
Petang sebentar lagi temaram bergantikan malam. Rudi duduk sendiri di sudut tenda tempat para tamu undangan nantinya. Pemuda itu kini tengah dilanda sebuah rasa, rasa yang tak mungkin di ungkapkannya sedini ini. Ya, Rudi tak bisa menampik jika sosok Silvi yang baru dikenalnya telah mampu membuat hatinya berdesir setelah sekian lama ia menguncinya dari suguhan cewek-cewek di kampus tempatnya kuliah.
Di tempat lain yang tak jauh dari Rudi yang termenung, Silvi berulang kali melongokkan kepala dari balik pintu rumah itu. Silvi memperhatikan Rudi yang tengah sendirian. Gadis bernama Silvi itu pun tak dapat membohongi diri jika ia merasakan ada desir kuat menyeruak ke ruang hati yang kini sedang sepi. Ya, Silvi menaruh hati kepada Rudi cowok yang baru dikenalnya.
Apa yang terjadi pada Rudi dan Silvi rupanya bisa ditangkap dengan tepat oleh Joy. Cewek tomboy itu tahu jika dua anak manusia tersebut sedang dalam sebuah rasa, yakni rasa saling suka.
Joy menghampiri Silvi untuk kemudian mengajaknya duduk menemani Rudi. Melihat orang yang disukainya datang bersama Joy, Rudi cepat-cepat langsung merubah mimik wajahnya.
"Halaaaaa, gaya kamu mas. Biasa aja lagi...! Joy tahu kok apa yang ada di hati kalian berdua. Joy setuju kalau mas Rudi jadi pacarnya Silvi," Ucapan Joy tadi membuat Rudi dan Silvi terhenyak, kemudian saling terdiam. Sebentar kemudian cubitan kecil dari Silvi mendarat di lemgan Joy yang tentu gadis ytomboy itu mengaduh. Kedua cewek itu terkikik bersama, Rudi hanya tersenyum memandangi mereka berdua.
Acara pernikahan di rumahnya Joy sudah selesai. Di hari berikutnya Joy mengajak Rudi, Silvi, serta Roy ke tempat wisata guna melepas penat dari acara pernikahan tersebut. Mobil yang mereka naiki melaju kencang menuju tempat wisata Air Terjun Pengantin di daerah Ngawi. Setibanya di tempat wisata itu Joy langsung memarkirkan mobilnya, Joy mengajak ketiga orang tadi bermain air di air terjun Pengantin nan indah.
Keempat orang itu larut dalam kegembiraan di bawah luncuran air terjun yang mengalir deras nan bening. Tampak sesekali Joy tersenyum melihat kedekatan Silvi dan Rudi.
"Aduh!" Silvi terpeleset di sebongkah batu yang dipijak, tubuhnya hampir saja terpelanting jatuh, dengan cekatan Rudi menyambar tubuh sintal di dekatnya. Mereka saling beradu pandang, sebentar Silvi menundukkan wajahnya, Rudi terdiam. Joy dan Roy tak tinggal diam melihat kedua orang itu, mereka bertepuk tangan ringan menyemangati Silvi dan Rudi. Mengetahui ada yang memperhatikan, Rudi langsung menarik tangannya dari tubuh Silvi, Joy malah terkekeh oleh tingkah Rudi.
Berawal di tempat wisata Air Terjun Pengantin itu kemudian Rudi dan Silvi mulai merajut rasa. Mereka berdua saling mengungkapkan rasa suka dan menginginkan tak saling berpaling dari cinta yang telah ada.
Seminggu Rudi di Ngawi. Ingin dia selalu berada di sisi Silvi, tapi karena dirinya harus segera masuk kuliah, mau tak mau ia harus meninggalkan Ngawi dan kekasihnya untuk sementara.
Langkah kaki Rudi pun teriring tatapan mata sedih si juwita. (*)
Baca juga cerpen Bersama Kakek di Minggu Pagi.
http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerpen-seminggu-cintaku-di-ngawi.xhtml
BalasHapusBaru seminggu jadian tapi harus pergi karna masuk kuliah lagi, sedih juga sih tapi mau bagaimana lagi, top bangret cerpennya
BalasHapusTak dinyana jika Rudi menemukan cintanya di Ngawi setelah dia menutup hati dari banyak cewek. Itulah cinta yang penuh teka-teki dan makna.
BalasHapusKasihan juga itu Silvi yang harus menunda cinta kasihnya pada Rudi karena harus cepat balik ke Jakarta demi kuliahnya. Cerpen Seminggu Cintaku di Ngawi memang sip bro.
Kasihan mereka yang baru seminggu bertemu terus berpisah karena Rudi mesti masuk kuliah.
BalasHapus