Cinta Terajut Menjelang Bulan Puasa

Cinta Terajut Menjelang Bulan Puasa
Cinta Terajut Menjelang Bulan Puasa

Dia terisak dengan kedua tangannya mengucek kain taplak meja. Andini teramat sedih karena Jaka telah tega mendustai dan meninggalkan dirinya. Reihan yang duduk di hadapan Andini pun tak tega melihat kesedihan gadis manis yang telah beberapa kali berbuat kebaikan pada cowok berkacamata minus itu.

Matahari baru saja bergelincir ke barat. Andini tampak bersungut dengan kedua mata sebab. Gadis itu langsung masuk ke dalam kamar dan melemparkan tas sekolah ke atas tempat tidur. Tubuhnya langsung ditubrukan ke kasur dan bantal yang acak-acakan karena pagi tadi ia tidak sempat membereskannya dan langsung berangkat ke sekolahan lantaran takut telat masuk kelas.
Sebentar Andini memejamkan mata dalam, kesedihan bercampur emosi telah mengaduk perasaannya oleh karena perbuatan Jaka yang dinilainya tidak adil.
Andini mengusap kelopak mata, beberapa bulir air mata tak bisa ia bendung dan akhirnya menetes ke pipi. Dia meratap dengan suara tangis tertahan. Diremasnya sudut bantal guling, gerahamnya tampak menonjol karena geram.
"Jaka! Sungguh tega kamu mencampakan diriku, setelah engkau dapatkan itu!" Suara batinnya bergolak hendak memecahkan dada. Air matanya kian deras, kejadian bersama Jaka sebulan lalu melintas lagi di pelupuk mata dan pikiran Andini. Gadis ini tidak pernah menyangka jika Jaka yang sangat ia sayangi nyatanya telah tega berbuat dusta dan meninggalkan Andini begitu saja.
Perbuatan yang tak seharusnya mereka lakukan itu pun terjadi. Jaka dengan segala rayuannya telah berhasil membuat Andini luluh untuk menyerahkan kegadisan yang selama itu dijaganya dengan segenap jiwa. Ya, Andini telah diperdayai mulut manis si Jaka. Pemuda yang sebulan menjadi kekasih Andini tersebut telah merusak segalanya, merusak masa depan gadis manis yang sebenarnya sangat pintar dan santun dalam keseharian. Setelah Jaka mendapatkan kegadisan Andini, pemuda itu pun berlalu dengan meninggalkan luka menganga di hati Andini.

Tok tok tok tok, "Assalamu'alaikum. Permisi..., Andini ada?"
"Ada, silahkan masuk nak.
Andini, ini lho ada nak Reihan," Jawab ibunya Andini yang lantas mempersilahkan seorang pemuda berkacamata minus. Dia Reihan, teman satu sekolahan dengan Andini.
"Kamu Reihan, ada apa?"
"Iya Andini. Nggak ada apa-apa kok, cuma main saja.
Ehmmm, ada apa denganmu An?" Reihan memperhatikan Andini dengan seksama. Terlihat oleh remaja itu kalau Andini habis menangis.
"Nggak kok Rei," Dengan cepat disapunya sisa air mata yang mulai mengering.
"Yang benar, kamu habis menangis, ya?
Ada masalah apa hingga membuatmu menangis, An? Nggak biasanya kamu menangis, ya kan?"
Andini terdiam dengan sorot mata sedih menatap ke Reihan. Sementara itu Reihan merasakan jika memang ada sesuatu permasalahan cukup berat yang sedang temannya itu alami. Pemuda itu pun mengira-ngira permasalahan apa yang tengah dihadapi Andini. Selama ini, dilihatnya kalau Andini tak punya masalah pelik yang membuatnya sampai menangis.
Sebagai teman yang sudah lama bersama, Reihan mencoba menanyakan permasalahan yang Andini hadapi, siapa tahu dirinya bisa memberi masukan dan meringankan permasalahan tersebut, tapi Andini menggelengkan kepala, sepertinya gadis itu tak ingin membagi cerita pilu kepada teman baiknya.
"Bener nih kamu nggak mau ceritakan masalahmu? Ya sudah, tidak apa-apa, mungkin kamu kuat untuk menyimpan masalahmu itu," Ucap Reihan. Pemuda berkacamata minus itu diam dengan tetap memandangi Andini lebih dalam.

Suasana ruang tamu itu hening beberapa saat. Andini dan Reihan saling terdiam diantara suara hati mereka. Andini kemudian membuka suaranya yang jelas membikin Reihan kaget.
"Rei, Jaka telah melakukan hal yang kamu khawatirkan kepadaku,"
"Maksudmu An?"
"Jaka telah menodaiku dan sekarang dia meninggalkan aku senaknya,"
"Apa An?!!! Jaka melakukan itu kepadamu?! Kurang ajar itu orang!" Reihan mengepalkan tangannya. Reihan tak rela jika Andini mengalami hal serupa dengan Dewi, Nur Aini, Lisa, Santi, Sukma, yang kesemua cewek tersebut juga temannya Reihan.
Rasanya Reihan ingin menonjok wajah Jaka yang sudah berulang kali melakukan perbuatan tercela kepada sebagian temannya.
Sebagai seorang pemuda baik, Reihan sering memberikan nasehat kepada gadis-gadis yang ia kenal dan kemudian dekat dengan Jaka. Namun apa hendak dikata, nasehat Reihan sering dianggapnya angin lalu oleh mereka, seperti halnya Andini yang tak percaya saat dikasih tahu agar berhati-hati sama Jaka. Di mata cewek-cewek itu, Jaka adalah remaja baik dan pintar selain memang cakap dari segi penampilan, Jaka sendiri juga mempunyai bentuk wajah sangat tampan dengan bodi jangkung berotot. Oleh karena itu kemudian banyak cewek yang tergila sama Jaka, ditambah memang Jaka pandai merayu.
Penampilan cakap pada diri Jaka tak lantas membuat Reihan percaya begitu saja. Remaja berkacamata minus tersebut sangat tahu betul akan kelakuan Jaka yang senang main perempuan di lokalisasi juga suka mabuk-mabukan. Reihan faham sekali dengan kehidupan Jaka karena memang tempat tinggal mereka berdekatan. Jika Jaka sering berbuat hal seperti itu memang pantas, Jaka sendiri adalah seorang pemuda pengangguran yang kebingungan dalam hidupnya.

"Rei, maafkan aku yang tidak mendengar nasehatmu waktu itu," Andini langsung menundukan wajah ke lantai rumah. Ia tak sanggup menatap kepolosan wajah Reihan. Bagaimanapun kini Andini merasa bersalah karena tak memperhatikan omongan pemuda itu, bahkan cewek tersebut terkesan menyepelekan nasehat Reihan.
Sekarang Andini benar-benar merasa tak punya harga diri lagi lantaran kesuciannya telah terkoyak oleh omongan manis si Jaka.
Kedua remaja satu sekolahan beda kelas itu saling pandang. Reihan menatap Andini dengan tajam dari balik kaca matanya. Andini sendiri beberapa kali menundukan wajahnya karena sangat merasa bersalah dan tak lagi pantas menjadi teman Reihan yang teramat baik.

Jarum jam terus berputar meniti waktu menuju sore hari. Setelah perbincangan mereka tersendat oleh perasaan masing-masing, Reihan kemudian memberanikan diri untuk mengungkapkan sesuatu yang selama ini disimpannya kepada Andini. Pemuda itu mengatakan jika dirinya sangat sayang dan mencintai Andini. Tentu saja cewek itu kaget dengan apa yang barusan di dengarnya dari mulut santun Reihan. Ia tidak menyangka kalau Reihan bakal mengatakan hal itu, sebuah ungkapan yang sebenarnya sudah Andini nantikan dari cowok bernama Reihan.

"An, kalau boleh aku katakan. Sudah lama aku menyimpan perasaan kepadamu An. Aku sangat sayang dan mencintaimu An,"
"Apa Rei?! Maksudmu, kamu suka kepadaku? Suka yang bagaimana maksudnya Rei?," Nafas Andini serasa berhenti di tengah tenggorokan mendengar ucapan Reihan. Gadis manis itu menatap mata Reihan dengan tajam, seakan ingin tahu kebenaran kata-kata pemuda itu tadi.
"Iya An, aku mencintaimu. Sudah sejak lama aku menyimpan perasaan ini di lemari hatiku dan kini aku keluarkan agar laramu terselimuti benih cinta ini An," Reihan menundukan pandangan setelah mengucapkan kalimat seperti itu.
"Tapi Rei, aku kan... sudah ternoda oleh Jaka,"
"Itu bukan masalah buatku An. Hati adalah segalanya untuk sebuah cinta hakiki.
Aku berharap, kamu akan menerima perasaanku ini An. Biarlah dukamu bersama Jaka akan terhapuskan dengan cinta kita. Bagaimana An?"
Andini terdiam. Dalam barinnya sebenarnya ia bisa menerima kehadiran Reihan di hatinya karena memang dia sendiri sudah menaruh rasa cinta kepada cowok tersebut sejak keduanya masih di bangku kelas satu.
Apa yang Andini rasakan terhadap Reihan kini tak mampu dibendungnya lagi. Gadis tersebut mengangguk pelan dengan bibir bergetar mengatakan 'Ya'.
Rasa senang bukan kepalang terpancar dari kedua bola mata Reihan. Pemuda tanggung tersebut sangat terharu dengan diterima cintanya oleh Andini. Keduanya saling tertunduk malu, tersenyum menghadap lantai.

Rasa perih karena luka yang Jaka sayatkan berangsur mulai menghilang dari kehidupan Andini. Gadis manis berlesung pipit itu kini kembali ceria bersama cintanya Reihan yang tulus dan akan selalu terpatri hingga nanti.
Kedua anak muda yang telah sumringah itu berlahan saling meraih tangan. Keduanya saling sentuh hingga desir sangat kuat menjalar ke sanubari. Reihan tersenyum, Andini pun membalasnya dengan senyuman manis membelai jiwanya Reihan. Keduanya tertawa kecil dan larut dalam nyanyian cinta mereka.
"Besuk kamu puasa kan An? Kan nanti malam sudah mulai tarawih, ya kan?"
"Iya Rei, puasa." Sahutnya Andini dengan tegas. Mereka tersenyum. Cinta mereka berdua terajut menjelang bulan puasa yang beberapa jam lagi kan hadir. (*)

Baca juga, Winda Perawan Semut.

1 Response to "Cinta Terajut Menjelang Bulan Puasa"

  1. мαdυмσє вlσg29 Mei 2016 pukul 12.29

    Cinta Terajut Menjelang Bulan Puasa.
    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cinta-terajut-menjelang-bulan-puasa.xhtml

    BalasHapus