Winda Perawan Semut

winda-perawan-semut.jpg
Winda Perawan Semut

Dia berjalan berputar sebelum akhirnya mendekat dan menempel kepadaku. Bahkan ia menggigit bagian tubuhku seperti seekor semut menggigit roti.

Dia namanya Winda, pelajar kelas dua di sebuah SMA. Tatapannya sedikit liar memperhatikanku yang sedang sibuk membenahi peralatan tulis di sebuah toko tempatku bekerja.
Aku dan Winda telah hampir sebulan ini saling memperhatikan. Maklum, toko alat tulis tempatku bekerja itu tidak jauh dari sekolahan dimana Winda menuntut ilmu. Hampir tiap hari cewek berambut hitam ikal sebahu itu memperhatikanku. Begitu juga dengan diriku yang selalu bersikap ramah kepada semua siswa di sekolahan tersebut, hal ini biar para siswa senang membeli peralatan tulis di toko kepunyaan Pak Wijojo, majikanku.
Apa yang aku lakukan dengan bersikap ramah kepada mereka, sering disalah artikan oleh beberapa cewek yang belakangan diketahui menyukaiku.
Kata orang sih aku ini punya wajah cukup manis sehingga banyak dari mereka yang tak jemu dalam memandang diriku. Namun, aku menganggap biasa saja atas bentuk wajah dan tubuhku yang katanya juga atletis, sampai banyak wanita muda yang berebutan ingin menjadi pacarku.

Aku menoleh jam dinding di toko, menunjukan pukul 09.14 pagi. Sebentar lagi murid-murid itu istirahat pertama, gumamku. Benar saja, beberapa detik kemudian bell istirahat terdengar, aku pun berharap bahwa beberapa murid akan datang ke toko dan membeli peralatan tulis, maklum... sejak kemarin toko Pak Wijojo sangat sepi.
"Hei mas, ngelamun, ya?! Beli pulpen Pilotnya dong, satu,"
"I...iya mbak, silahkan. Yang ini?" Aku sedikit terkejut dengan kedatangan siswi itu. Aku menunjukan dan mengambil pena yang ia maksudkan, dia tersenyum.
"Iya mas, berapa?
Eh mas, Winda nggak masuk lho hari ini,"
"Maksud kamu, Winda siapa?
"Ah si mas ini. Itu lho... Winda temanku. Dia suka sama kamu lho mas," Ucapnya dengan mengedipkan mata.
"Oh. Memang dia kenapa nggak masuk?"
"Dia sakit, sakit cinta! Hahaaaa.
Nggak kok mas, Winda masuk kok. Tadi dia nitip salam untuk kamu mas. Dia itu suka banget sama mas Caplin.
Ya sudah, aku tinggal ya mas, bye,"
"Eits tunggu, aduh...," Sembari berlari Vivi meninggalkan toko. Aku yang sedikit penasaran pun ingin menananyai Vivi secara jelas, tapi dia malah menjulurkan lidah ke arahku dan terus berlari masuk ke sekolahan.
Sebenarnya aku sudah tahu dengan ucapan Vivi tadi, bahwa Winda suka kepadaku, hal ini aku ketahui dari gerak-geriknya yang selalu mencuri perhatian terhadapku. Bahkan sering aku perhatikan kalau Winda anak kelas II IPA itu sering menampakan raut cemburu saat diriku asik mengobrol dengan siswi lain di sekolahan tersebut.
Sebagai seorang pekerja yang ingin selalu fokus pada pekerjaan, diriku pun berkomitment untuk tidak berpacaran dengan siapa saja di toko tempat diriku bekerja. Dan kalaupun aku bercincang dengan cewek dari SMA tersebut, itu tidak lain seputaran jual beli peralatan tulis yang kami jual, selain itu tidak.

Matahari sudah di tengah, itu tandanya sudah siang benar. Aku meminum es teh yang baru dibelikan sama Pak Wijojo. Jam dinding telah menunjukan pukul 12.06 siang, sejam lagi murid-murid itu keluar kelas untuk pulang.
"Bagaimana dengan hari ini Plin?"
"Ehmm, sama seperti kemarin pak,"
"Ya sudah, terima saja dengan tetap bersabar, ya.
Ayo bu ibu...
Nanti kamu tutup sendiri tokonya ya plin. Aku mau pergi sebentar. Oh iya, ini gajimu,"
Aku hanya bisa mengangguk lemas saat menerima gaji bulan ini. Bagaimanapun juga aku merasa bersalah karena belum mampu membuat pendapatan di tokonya Pak Wijojo itu bertambah. Namun begitu, Pak Wijojo selaku pemilik toko selalu bisa bersabar atas sepinya toko dari pembeli.
Terkadang ada niat pada diriku yang ingin keluar dari pekerjaan sebagai pelayan toko alat tulis di tempatnya Pak Wijojo, tapi kemudian niat itu aku urungkan karena kulihat bahwa Pak Wijojo dan istri bisa menerima dengan ikhlas berapa pun hasil dari penjualan.

Pak Wijojo dan istrinya baru saja keluar rumah untuk sebuah keperluan. Aku dengar bell jam pelajaran di sekolahan itu telah berbunyi, sebentar lagi mereka berhamburan keluar kelas. Vivi dan Winda pasti lewat di depan toko serta meledekku, itu yang biasa Vivi lakukan terhadapku.
Benar saja, Vivi dan Winda menuju ke arahku. Mereka mampir ke toko tempat kerjaku.
"Kok sepi mas? Aduh... panasnya ini cuaca," Kata Vivi sembari mengunyah permen karet. Sementara itu kulirik, si Winda tampak senyum-senyum saja. Vivi langsung duduk di kursi depan meja etalase. Sementara si Winda terlihat bingung sendiri mau ngapain. Cewek berambut hitam lurus sebahu ini hanya mondar-mandir sambil memainkan sebuah kunci di tangan.
Diriku cuek saja dengan tingkah Winda, aku meneruskan berbincang bersama Vivi. Tiba-tiba, Winda masuk ke dalam toko lewat samping dan langsung duduk di sampingku.
"Idiiihhh Winda, kangen banget ya sama mas Caplin? Hikhikhiiiks,"
"Bangettttttttt!!!" Winda langsung mencium pipiku. Aku berusaha mengelak dari ciuman cewek yang satu ini, tapi ia cukup cerdik dan cekatan dengani merangkulku, lantas memepetkan wajahku ke mukanya.
Apa yang dilakukan oleh Winda sebenarnya nggak masalah buat diriku pribadi, tapi aku hanya malu pada Vivi dan murid-murid lain yang melintas di depan toko dan menoleh ke arah kami.
"Aduh! Winda," Tiba-tiba Winda menggigit bibirku. Edan tenan cewek satu ini, dia berani melakukan hal seperti itu dihadapan Vivi. Padahal antara dia dan aku juga tidak ada hubungan apa-apa selain saling mengenal karena seringnya ia mampir ke toko Pak Wijojo. Vivi tampak nyengir dengan kelakuan Winda.
"Winda! Huh dasar perawan semut kamu ini, main gigit seenaknya. Ayo ah kita pulang." Ajaknya Vivi kepada Winda.
Sekali lagi Winda mencium pipiku, cewek itu melemparkan senyum sebelum melangkah keluar dari toko. Aku menatap langkah kedua siswi tadi dengan tersenyum sendiri. Winda..., Winda. (*)

Baca juga, Sentuhan Satriatama.

2 Responses to "Winda Perawan Semut"

  1. мαdυмσє вlσg26 Mei 2016 pukul 07.26

    Winda Perawan Semut.
    http://zackymadumoe.mywapblog.com/winda-perawan-semut.xhtml

    BalasHapus
  2. Hahaaaa, centil juga itu Winda sama cowok keren, langsung gigit saja seperti semut hitam.
    http://madumoe.xtgem.com

    BalasHapus