~ Cerita Misteri - Keris Penyebar Maut (KPM) episode 7, Tamat ~

cerita-misteri-keris-pe.jpg<br/

"Apa itu?!" pekik si gundul saat dilihatnya ada seperti bola api berputar- putar tidak jauh dari tempatnya. Klik Di Sini <== (cerita episode 6 yang lalu).


Gundul terus memandangi cahaya seperti bola api tersebut. Semakin lama dia memandangnya, semakin tertarik dia untuk menuju kepadanya.
Gundul bangkit dari tempat duduknya, dia berjalan menuju ke cahaya tersebut.
Mendadak dia berhenti pada satu titik berdiri, wajahnya terus menghadap lurus pada cahaya itu.
Matanya tajam menatap, tidak lama kemudian terdengar suara yang ditujukan kepadanya.
"Hei tukiman,jangan kamu buang keris itu,karena nanti kamu akan memerlukannya.
Kalau sampai kamu membuang keris itu, maka kamu akan menerima akibatnya.
Satu lagi, mandikan keris itu dengan bunga dan wewangian setelah kamu sampai di rumahmu nanti," Suara itu menggema di dinding telinga tukiman atau si gundul.
"Siapa kamu?!" Tanya si gundul.
"Kamu tidak perlu tau siapa aku sekarang.
Ingat apa yang aku katakan tadi," Kemudian suara itu menghilang disusul lenyapnya cahaya tersebut.
Si gundul diam membisu, kemudian dia kembali ke tempat semula. Dia langsung merebahkan badannya di tikar yang telah basah oleh embun.
"Bangun-bangun, kita ke dalam tenda saja yuk," Kata gunawan yang terbangun dari tidurnya. Mereka lantas masuk ke dalam tenda, karena udara memang sangat dingin.
Kesepuluh tubuh anak manusia itu seperti ikan pindang saja, berjajar berbaring.
"Tadi itu suaranya siapa sih?,hemmm," Kata si gundul dalam hati.

Pagi telah tiba, mereka terbangun dari tidurnya. Setelah menggerakkan badan sebentar, mereka kemudian berkemas untuk selanjutnya pulang meninggalkan Bukit Tapak Naga.
"Ayo teman-teman, kita kemasi barang-barang ini dan pulang ke rumah," Suara Gunawan pada teman-temannya.
Tidak lama kemudian semua barang yang kemarin mereka bawa pun sudah siap dibawa pulang kembali bersama mereka.
"Ok teman-teman, siap?! Sekarang kita pulang.." Mereka langsung berjalan meninggalkan tempat bekas perkemahan. Sesekali Tukiman atau Gundul menoleh kebelakang, memperhatikan tempat dimana semalaman mereka berada.
"Ada apa Ndul? Kenapa kamu menoleh kesana terus," Tanya Rendi.
"Tidak ada apa-apa Ren," Jawab Gundul dengan mengembangkan senyum kecil.
Tiba-tiba saja keluar suara Gundul yang mengerang.
"Kenapa dengan dia?!" Gunawan langsung menahan tubuh Gundul yang mau ambruk.
"Tidak tau nih, mungkin dia kelelahan," Suara Parlan. Mereka berhenti dan memeriksa keadaan Gundul, namun tidak ditemukan tanda telah terjadinya sesuatu pada tubuh Gundul.
"Kamu tidak apa-apa kan Ndul?" Tanya Gunawan.
"Tidak apa-apa Wan," Jawab Gundul.
"Ok, kita lanjutkan perjalanan," Mereka kembali melanjutkan perjalan.
Setelah beberapa jam melakukan perjalanan jalan kaki menuruni bukit, mereka pun tiba disebuah perempatan jalan dimana salah satu jalan tersebut menuju ke arah rumahnya pak Bonggo.
"Sebentar teman-teman, aku harus kerumahnya pak Bonggo dulu," Kata Gundul. Mereka memandang wajah Gundul dengan serius.
"Apa perlu kita semua ikut kamu Ndul?" Tanya Gunawan.
"Tidak perlu, tapi kalau kalian semua mau ikut ya tidak apa-apa," Kemudian semua teman Gundul ingin ikut ke rumah pak Bonggo. Mereka pun melanjutkan berjalan ke rumah pak Bonggo.

Mereka diterima pak Bonggo dengan ramah setibanya di sana.
"Kalian? Silahkan masuk," Kata pak Bonggo yang langsung mempersilahkan mereka masuk ke dalam.
"Perkenalkan pak, mereka teman-teman kami," Kata Rendi. Pak Bonggo pun manggut-manggut.
"Bagaimana dengan kalian selama di bukit tapak naga? Kenapa dengan kamu nak Gundul?" Pak Bonggo menatap tajam wajah si Gundul, kemudian dia manggut-manggut.
Rendi dan teman yang lain kemudian menceritakan semua kejadian yang mereka alami selama di bukit tapak naga, terlebih kejadian yang menimpa Gundul.
Gundul lantas menunjukkan sebilah kerisa didapatkannya tersebut.
Pak Bonggo tampak terkejut, lantas dia mengamati keris yang di ulurkan oleh Gundul barusan.
"Hemm, ini adalah keris yang dasyat sekali. Keris ini kalau tidak salah bernama... Keris Cakra Nyawa," Kata orang setengah baya itu.
"Keris Cakra Nyawa?" Hampir semua teman si Gundul melotot.
"Kok ngeri namanya ya pak, Cakra Nyawa," Suara Rendi.
"Ya.., konon keris ini miliknya seorang Kepala Prajurit tangguh dari Mataram. Keris ini kemudian hilang dari kotak penyimpanan dan menurut cerita, keris ini telah dicuri oleh se-ekor ular naga siluman penghuni Bukit Tapak Naga.
Keris Cakra Nyawa ini sangat dasyat. Ceritanya, dulu dalam pertempuran, setelah keris ini dicabut dari warangkanya, diacungkan ke udara lantas disabetkan kearah musuh, maka musuh itu akan jatuh tergelimpang, kemudian meregang nyawa.
Dulu banyak musuh-musuh yang gentar kalau berhadapan dengan pemegang keris ini, karena kedasyatan keris ini," Ujar pak Bonggo menceritakan.
"Oh begitu ya pak. Terus apakah yang punya keris tidak mencari ke Bukit Tapak Naga dan merebutnya kembali dari ular siluman ular naga itu pak?!" Tanya Gunawan pada pak Bonggo.
"Katanya sih sudah. Kepala Prajurit itu sudah mengutus beberapa prajurit tangguh untuk melacak keberadaan keris ini dan mereka menemukannya di Bukit Tapak Naga. Namun sayang, para prajurit itu mati oleh keris ini. Hingga pada akhirnya Kepala Prajurit itu sendiri yang berusaha mengambil keris ini dari siluman ular naga itu," Kata pak Bonggo.
"Terus, apakah Kepala Prajurit itu berhasil mendapatkannya kembali pak?" Tanya Parlan.
"Tidak. Dalam pertarungan yang terjadi, Kepala Prajurit itu tewas terkena hujaman keris ini. Ini nak Gundul, kerisnya aku kembalikan kepadamu," Kata pak Bonggo dan memberikan keris itu pada Gundul.
"Kerisnya buat Bapak saja," Kata Gundul.
"Buat kamu saja nak, karena kamu yang telah mendapatkannya dan kamu yang berhak. Pesan Bapak, rawat dengan baik keris ini," Gundul pun menerima keris tersebut, kemudian Gundul mengembalikan batu yang pernah diberikan oleh pak Bonggo kepadanya.
Setelah cukup lama mereka berada di rumah pak Bonggo, mereka pun pamit pulang meneruskan perjalanan.

Gundul langsung membaringkan tubuhnya ditempat tidur setelah dia sampai di rumahnya. Sebentar kemudian dia melihat tas pinggang yang tadi di letakkan di meja dalam kamar. Dia kemudian bangkit dan langsung meraih tas tersebut.
Dengan perasaan sedikit deg deg gan, Gundul mengeluarkan keris Cakra Nyawa dari dalam tas.
"Hemm, perasaan tidak ada yang istimewa dengan keris ini. Oh iya, aku harus memandikan keris ini, tapi dimana aku mencari bunganya?" Gundul kembali memasukkan keris tadi kedalam tas. Dia bergegas keluar rumah dan mencari bunga yang diperlukan untuk memandikan keris itu. Setelah cukup lama kesana kesini, akhirnya bunga pun di dapatnya.
"Mungkin begini cara memandikan keris ini," Setelah perlengkapan sudah siap, Gundul duduk bersila, membaca do'a lantas mencelup-celupkan keris ditangan ke dalam bejana sedang yang berisi air dan bunga.
Aneh, tangan si Gundul serasa gemetaran, keris yang tadinya tampak biasa mendadak berubah seperti bernyawa, bau seperti anyir pun tercium dari dalam bejana tersebut.
"Apa yang telah terjadi pada keris ini?" Gundul kembali mencelup-celupkan keris itu ke dalam bejana. Keris tadi kemudian diletakannya di atas meja setelah dirasanya cukup memandikannya.
"Aku mau istirahat dulu ah, capek," Dia berbaring diatas tempa tidur, tidak lama kemudian dia terlelap.

Selepas siang, Gundul terbangun dari tidurnya. Dia memegangi kepalanya yang terasa sedikit berat dan tengkuknya terasa pegal.
"Aduh, kepalaku terasa berat, tengkuk juga terasa pegal-pegal," Kemudian Gundul menggerakkan badannya sebentar. Pemuda bernama Tukiman itu kemudian pergi ke kamar mandi, mencuci muka dan mandi.
Gundul yang sekarang sudah beda dengan Gundul yang dulu. Kalau dulu dia sangat peramah pada siapa saja, juga suka membantu. Namun setelah keberadaan Keris Cakra Nyawa ditangannya itu, dia kini sering menunjukkan kepongahan/sombong pada orang lain. Nada bicaranya juga sering terdengar kasar. Bahkan pada anggota keluarganya dia sudah berani menghardik.
Sekarang gundul benar-benar telah berubah, layaknya jagoan, Gundul sering mengajak berantem pada orang yang berbicara tidak enak kepadanya. Dia sering gampang emosi kalau lawan bicaranya sedikit menyentil atau menyindirnya. Hingga pada suatu hari, ada seorang anak kecil yang salah bicara pada si Gundul, dan langsung saja anak kecil tersebut ditempelengnya.
Kini Gundul juga sering bersikap arogan, congkak dan mau menangnya sendiri. Perubahan pada diri si Gundul ini mungkin ada hubungannya dengan Keris Cakra Nyawa tersebut.
Waktu terus berlalu, seiring dengan berlalunya waktu tersebut, Gundul kelimpungan ketika Keris Cakra Nyawa miliknya raib dari tempat. Dia sudah mencarinya diseluruh sudut kamar, bahkan ke seluruh isi rumah, tapi tidak ditemukannya.
Kini Gundul tidak (belum) bisa merubah perilaku buruknya pada sesama manusia. TAMAT.

2 Responses to "~ Cerita Misteri - Keris Penyebar Maut (KPM) episode 7, Tamat ~"

  1. мαdυмσє вlσg25 Juni 2015 pukul 02.16

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerita-misteri-keris-penyebar-maut-kpm-7.xhtml

    BalasHapus
  2. baru punya keris si gundul merasa sombong dan sok hebat ya

    BalasHapus