~ Cerita: Papaku Pergi Demi Selingkuhannya ~

Papaku Pergi Demi Selingkuhannya.

Sore itu selvi tampak sesungukan dengan kedua mata sembab habis menangis.
"Kamu kenapa Vi, habis mewek ya? Hahaa sudah gede kok mewek sih Vi.. Vi," Suara kakaknya, Rendi.
"Emang kenapa kalau aku menangis? Kamu saja yang cowok suka nangis kok," Kata Selvi.
"Eh siapa bilang aku suka nangis?! Enak aja," Sahut Rendi.
"Buktinya kemarin malam aku mendengar di kamarmu ada suara orang sesungukan, siapa lagi kalau bukan kakak," Selvi mengucek matanya yang gatal.
"Darimana kamu tau? Ngintip ya..? Tidak baik lho ngintip orang lain, entar mata kamu bintitan segede jengkol baru tau rasa kamu. Tangisku dan tangismu kan beda," Rendi kemudian menyalakan televisi.
"Aku tidak mengintip, suara kakak saja yang kekencengan, wuek. Memang bedanya gimana coba," Selvi lantas merebut remote ditangan Rendi.
"Wealah ini anak! Yang tadi itu kan bagus acaranya," Rendi mencoba mengambil lagi remote ditangan Selvi.
"Ini aja ah kak, drama korea, bagus. Tadi itu gimana bedanya tangisku dan tangismu kak," Kata Selvi sembari menyembunyikan remote di bawah pahanya.
"Ah drama korea lagi, bosan tau! Jadi cengeng!
Kalau tangismu kan karena cinta, sementara tangisku karena nasib," Rendi akhirnya mengalah sama adiknya dan ikut menonton drama korea tersebut.
"Emang kakak nangis karena nasib yang bagaimana? Kulihat selama ini nasibmu mujur-mujur saja tuh kak.
Mama kemana ya kak?" Selvi tampak tegang menyaksikan alur cerita drama tersebut.
"Mama ke tempat Budhe Endang.
Kelihatannya begitu, tapi kamu kan tidak tau apa yang sebenarnya aku rasakan," Rendi menghela nafas.
"Apa?" Selvi malah tersenyum.
"Yang kurasakan saat ini adalah bagaimana Papa seperti jauh dari kita," Kata Rendi. Selvi menatap kakaknya, dia terdiam sebentar sebelum melanjutkan berbicara.
"Iya kak, Selvi juga merasakan hal itu. Kira-kira ada apa dengan Papa ya kak?" Dia juga merasakan kalau telah terjadi sesuatu pada Papanya.
"Entahlah, sepertinya Papa punya wanita lain," Kata Rendi.
"Apa? wanita lain?! hiiiiii jangan sampai deh Papa menikah lagi," Selvi langsung cemberut.
"Itulah yang aku takutkan Vi," Kata Rendi.
"Lalu apa yang harus kita lakukan kak, agar Papa tidak menikah lagi? Tapi benar tidak kecurigaamu ini..," Selvi serius menatap Rendi.
"Kan baru curiga Vi, kita mesti cari tau kebenarannya dulu," Kata Rendi.
"Lalu apa yang akan kita lakukan untuk menyelidikinya kak?" Tanya Selvi.
"Sementara saat ini aku belum tau, nanti aku cari caranya.
Sebenarnya tadi kamu menangis karena apa sih Vi?" Rendi ingin tau.
"Emm, karena Dedi. Dia jahat, dia telah menduakanku dengan cewek lain," Selvi kemudian menceritakan bagaimana telah ada penghianatan cinta mereka oleh Dedi, pacarnya Selvi.
"Oh.. begitu. Ya udah, kamu tinggalin saja si Dedi," Kata Rendi simple.
"Tapi aku sangat sayang sama dia kak," Selvi menghela nafas.
"Itulah kamu, kamu harus tegas, kamu harus bisa meninggalkan dan melupakan cowok yang seperti itu, kalau tidak nanti kamu malah akan sengsara dibuatnya," Ujar Rendi pada adiknya.
"Tapi sulit kak," Sela Selvi.
"Biarpun sulit tapi kamu harus bisa meninggalkannya. Perlu kamu ketahui, Dedi itu orangnya playboy, ceweknya dimana-mana," Tegas Rendi.
"Tapi kak, aku cinta banget sama Dedi," Selvi ngotot.
"Terserah kamu saja, aku kan cuma bilangin. Tadi Mama masak apa Vi?" Rendi berdiri dan langsung ke meja makan.
"Benarkah apa yang dikatakan kak Rendi tadi?
Aku harus mencegah jangan sampai Papa kawin lagi! Tapi gimana caranya? Huh," Selvi menyusul Rendi ke ruang makan.
"Eh kak, mulai sekarang kita harus mengawasi Papa ya. Besuk aku mau bolos sekolah sebentar, mau ngawasi Papa ditempat kerjanya," Kata Selvi.
"Eh kamu jangan bolos sekolah Vi, entar malah keterusan bolosnya. Biar kakak saja yang mengawasinya," Kata Rendi disela makannya.
"Ok deh, tapi kakak harus bantu aku menyelesaikan persoalanku sama Dedi ya," Pinta Selvi.
"Ogah. Aku tidak mau dengan urusan cinta yang bertele-tele seperti itu. Kamu putusin saja dia, beres!" Kata Rendi dengan tegas.
"Iiih kakak, ya udah kalau gak mau." Selvi cemberut.

Malam itu Rendi dan Selvi tampak dingin pada Papanya yang baru pulang.
Rendi, Selvi, Mamamau mana," Suara Papanya mereka. Namun mereka berdua diam saja tidak menjawab.
"Kalian ini kenapa? Ditanya kok diam saja. Ya sudah," Papanya mereka langsung menuju ke kamarnya.
"Iya kak, tidak biasanya Papa pulang jam segini. Jangan-jangan benar kalau Papa punya wanita lain," Kata Selvi.
"Hust, jangan keras-keras, nanti Papa mendengarnya.
Kita tenang saja dulu, sambil mencari bukti kalau Papa ada wanita lain, ok!" Kata Rendi pada adiknya.
"Ok kak. Hallo Dedi," Dengan cepat Selvi mengangkat telefon dari Dedi, pacarnya Selvi.
"Iya Vi. Bagaimana dengan kamu, jadi tidak menemaniku ke mall?" Suara Dedi.
"Gak jadi Ded, lagian ini kan udah malam," Jawab Selvi.
"Ya udah kalau gak mau, bye!" Dedi menutup telfonnya.
"Iiih Dedi, langsung main tutup saja," Selvi cemberut.
"Tuh kan apa kubilang, putusin aja cowok kayak gitu. Lempar dia ke dalam bak sampah, hahaa," Suara Rendi mengejek.
"Kakak jangan gitu kali.., siapa tau aja dia bakal berubah," Selvi melemparkar hpnya ke sofa.
"Orang kayak dia itu susah berubahnya," Kedua adik kakak itu terus membahas seputar hubungan Selvi dan Dedi, juga kecurigaan pada Papanya, hingga larut malam.

Setelah yakin pada rencananya, kemudian Rendi bersiap mengintai sang Papa dengan mendatangi tempat kerja orang tuanya tersebut.
"Aku awasi dari sini saja deh, siapa tau Papa keluar sama seseorang, atau aku tanya ke Satpam itu? Ah tidak," Kata dia. Rendi. Tidak lama berselang tampak Papanya keluar dari gedung kantornya bersama seorang wanita membawa map disampingnya.
"Mau kemana itu Papa," Rendi bersiap diatas sepeda motornya. Dia mulai bergerak ketika sang Papa telah keluar dari pinti masuk gedung dan melaju di jalan raya.
Dengan tampilan beda dan sepeda motor hasil minjam punya seorang teman guna mengelabui sang Papa, Rendi terus menguntip laju mobil sedan orang tuanya.
"Busyet dah, lampu merah! Mana tadi mobil Papa? Oh itu," Rendi merangsek mendekat ke mobil sang Papa.
Rendi kemudian memepet ke mobil itu. Diperhatikannya dalam mobil meski tampak gelap.
"Ah gak jelas," Rendi menggerutu. Lampu merah telah berganti dengan lampu hijau. Mereka kemudian kembali melaju.
"Mau kemana sih Papa itu, hemm," Rendi menambah laju sepeda motornya, karena tidak mau kehilangan jejak.

Mobil yang dinaiki Papanya Rendi kemudian berhenti disebuah tempat yang begitu asing buat Rendi.
"Tempat apa itu, hemm aku tidak mengenal tempat seperti itu. Sepertinya itu tempat...," Rendi terkejut saat seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
"Mau kemana boss? Mau ke dalam ya? Silahkan masuk saja," Kata orang yang menepuk Rendi. Rendi mengangguk dan menarik gas sepeda motornya memasuki halaman tempat tersebut.
"Busyet, tempat apa ini? Kok ramai banget dengan orang-orang yang berpasangan," Setelah memarkir kendaraan dan memakai Wig, Rendi buru-buru mengejar Papanya.
Dilihat Papanya memasuki sebuah pintu ditempat itu, Rendi pun bergegas menyusulnya. Namun dia malah dihadang oleh petugas yang berdiri di depan pintu tersebut.
"Sebentar, sepertinya kamu orang baru ya? Tunjukkan kartu pelanggannya," Rendi gelagapan, karena dia tidak faham dengan maksud orang itu.
"Maksudnya?" Kata Rendi.
"Maksudnya mana kartu membermu," Kata orang itu.
"Aduh pak, kartu memberku ketinggalan di rumah deh," Kata Rendi.
"Kalau begitu kamu tidak bisa masuk ke dalam," Orang itu menatap tajam pada Rendi.
"Tolong deh pak, ijinkan saya masuk. Ini buat Bapak," Rendi memberikan selembar uang seratus ribu pada orang yang berdiri dihadapannya.
"Tapi mas," Suara orang itu dan menoleh ke kanan kiri.
"Sudah, tidak apa-apa. Sekarang ijinkan saya masuk," Kata Rendi. Orang tersebut kemudian membuka pintu, mempersilahkan Rendi masuk ke dalam.
Setelah berada di dalam ruang itu, Rendi mengambil tempat duduk di dekat pintu keluar. Kedua matanya menyapu keseluruh isi ruangan. Tatapannya kemudian tertuju pada lelaki tambun yang disebelahnya duduk seorang wanita. Rendi langsung lebih mendekat ke tempat Papanya berada.
"Awas kamu Pa kalau sampai macam-macam!" Rendi dengan cepat mengeluarkan phonsel dan mulai merekam Papanya tersebut.
"Busyet deh! Papa mencium kening wanita itu?! Benar-benar ini!" Rendi tampak tercengang dengan apa yang di lihatnya. Semakin diarahkannya kamera phonsel ke wajah mereka. Untuk menutupi kecurigaan dan akan ketahuan, Rendi pura-pura memencet-mencet keypad hp dan mengamati mereka dari layar hpnya.
"Awas kamu Pa!" Rendi semakin tidak tahan melihat adegan Papanya yang melumat bibir wanita di dekatnya. Dia mematikan kamera phonsel untuk selanjutnya pergi dari tempat itu.

"Papa benar-benar sudah gila!" Suara Rendi di depan Selvi.
"Bagaimana dengan pengintaian kakak, berhasil?" Tanya Selvi.
"Lihat ini," Rendi memberikan phonselnya pada Selvi.
"Papa! Benar-benar ini. Kita harus memberi tau ke Mama kak," Selvi bergegas hendak menemui Mamanya. Tapi tangan Rendi menahan langkahnya.
"Jangan dulu Vi. Biar nanti aku bicara dulu sama Papa." Keduanya kemudian diam.

Setelah Papanya pulang sampai di rumah. Rendi langsung nyamperin Papanya.
"Selamat malam Pa. Sepertinya Papa kecapekan ya," Rendi memperhatikan wajah Papanya.
"Iya Ren. Papa capek, lembur terus," Jawab Papanya.
"Lembur apa melemburkan diri Pa? Beda lho lembur dengan melemburkan diri," Kata Rendi.
"Maksudmu Ren?" Tanya sang Papa.
"Kalau lembur itu karena adanya pekerjaan yang menumpuk dan harus dikerjakan kan? Sementara kalau melemburkan diri itu karena adanya sesuatu hal yang membuat dirinya senang, contoh karena ada wanita di dekatnya kan?" Ujar Rendi yang asal saja. Mendadak wajah Papanya memerah, dia menatap tajam wajah anaknya tersebut.
"Jaga katamu Ren. Kamu jangan ngawur ya," Papanya sepertinya tersinggung atas ucapan Rendi.
"Kenapa Pa?
Sekarang Papa ngaku saja deh kalau Papa itu punya wanita simpanan di tempat kerja kan?
Kami sudah tau semua apa yang Papa lakukan dengan wanita itu.
Kami tidak ingin Papa menjalin hubungan sama wanita lain selain Mama. Jangan Papa buat hancur keluarga kita. Jangan buat sakit hati kami Pa, ngerti tidak sih!" Kedua mata Rendi tampak berkaca-kaca.
"Apa maksud omonganmu itu Ren, Papa tidak mengerti," Kata Papanya.
"Jangan pura-pura tidak tau Pa kalau Papa melakukannya. Lihat ini! Begitu asiknya Papa dengan wanita itu!" Rendi menunjukkan rekaman video kepada Papanya. Seperti kena tohok, Papanya Rendi melotot dan ingin merebut phonsel ditangan Rendi, tapi tangan Rendi dengan cepat berkelit.
"Berikan video itu padaku!" Keras suara Papanya Rendi.
"Tidak pa, sebelum Papa mengaku kepada kami, video ini tidak akan Rendi berikan pada Papa!" Rendi langsung meninggalkan Papanya.
Sejak kejadian itu, Papanya Rendi mulai jauh dari anak-anaknya. Papanya Rendi juga jarang pulang ke rumah. Kalau pun dia pulang, maka sikap dingin selalu ditunjukkan oleh kedua anaknya.
Karena merasa di musuhi kedua anaknya, akhirnya Papanya Rendi memilih membeli sebuah rumah dan ditempati oleh dia bersama wanita selingkuhannya. Selesai.

1 Response to "~ Cerita: Papaku Pergi Demi Selingkuhannya ~"

  1. мαdυмσє вlσg26 Juni 2015 pukul 00.08

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerita-papaku-pergi-demi-selingkuhannya.xhtml

    BalasHapus