~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 39) ~

jembatan-barelang-img.jpg<br

"Biarin kenthir Jhon. Kenthir kan sama dengan Kelingan Sing Ngenthir,yaitu duit! hehee," Zacky langsung menarik sarungnya keatas sampai menutupi kepala,dan tidur. Klik Di Sini. <== (episode ke 38 yang lalu).

Karena tidurnya sangat pulas, hingga tidak terasa pagi telah tiba.
"Uuugh, sudah pagi ternyata," Kata si Jhon di dalam kamarnya. Dia melihat jam becker lantas keluar kamar.
Dilihatnya oleh si Jhon, Zacky masih terbalut kain sarung sebagai selimut. Buru-buru si Jhon membangunkan temannya tersebut.
"Bangun Zack, sudah pagi," Suara dia, lalu si Jhon bergegas ke kamar mandi.
"Ugh, hoaaamz, sudah pagi ya? hari apa ya sekarang, uuugh..," Kataku dan menguap. Aku lihat jam di hp jadulku sudah menunjukkan pukul 05.24 wib. Bergegas aku ke kamar mandi dan ternyata pintu kamar mandinya dikunci dari dalam, mungkin si Jhon ada di dalam sana, pikirku. Aku kemudian membuka pintu rumah (pintu depan) dan langsung mengendurkan kran air guna mencuci muka dan berwudlhu.
"Lihat cowok itu, duh kerennya. Wajahnya imut banget," Terdengar lirih ditelingaku. Aku menoleh ke arah suara tersebut, ternyata ada tiga wanita sedang jalan-jalan dan memperhatikanku.
"Iya kak, wajahnya imut sekali. Lumayan kalau dijadikan gebetan, hik hiik," Kata salah seorang dari wanita itu. Aku mengulas senyum sebentar, kemudian masuk ke dalam rumah dan menjalankan dua rakaat, meski kesiangan sedikit.

"Nanti kamu ke warung biasanya ya Zack kalau mau sarapan. Aku berangkat sekarang," Kata si Jhon dan langsung menstarter kendaraan roda duanya.
"Iya Jhon," Aku menyalakan hpku, dan tidak lama kemudian bermunculan beberapa sms dari Dewi, Nur, juga Yuli.
Aku buka sms tersebut satu persatu. Diriku jadi tertawa sendiri karena sms dari Yuli yang sepertinya memang mengharapkan diriku agar menjadi pacarnya.
Aku kemudian membalas sms mereka bertiga dengan isi yang tidak sama tentunya, karena aku tidak ingin di cap orang sombong bila tidak membalas sms tersebut.
"Hemm, apa aku manfaatkan saja ya si Yuli itu, tapi.." Aku langsung mengangkat telepon dari Dewi.
"Sudah bangun ya mas? aku kira masih tidur," Suara Dewi dan membuatku jadi dag dig dug.
"Sudah Wi. Tumben nelfon, ada apa Wi?" Tanyaku dan pastinya ada perasaan senang pada diriku karena ditelfon sama cewek idamanku.
"Tidak ada apa-apa kok mas, aku cuma ingin memastikan saja kalau kamu sudah bangun, hehee," Kata Dewi disusul tawanya lirih.
"Iya Wi, aku baru bangun tadi. Masa cuma mau memastikan itu saja Wi?" Seperti biasa, aku menyambar rokok dan menyalakannya, karena memang aku perokok aktif sih.
"Iya mas, benar tidak ada apa-apa kok. Ya sudah mas, aku mau siap-siap ketempat kerja dulu ya," Lantas dia memutuskan sambungan. Aku cuma bisa menghela nafas dan berandai-andai, kalau saja aku bisa mendapatkanmu Dewi, yang pastinya akan aku jaga cinta di hati ini sampai nanti.
Hemm, kadang aku berfikir dan bertanya pada diri sendiri. Goblokkah aku ini atas ungkapan Yuli padaku, atau karena diriku yang masih punya perasaan malu, takut untuk menyambut apa yang telah di utarakan oleh Yuli padaku. Begitu juga dengan si Nur.
Aku bangkit dari tempat duduk, kemudian menuju ruang dapur dan menyeduh kopi kesukaanku.
"Hemm, besuk adalah hari rabu, semoga nanti aku ditempatkan pada pekerjaan yang ringan dan mudah. Ya semoga saja," Aku cicipi kopi didalam cangkir, kiranya kurang kental dan kurang pahit rasanya. Aku tambahkan seujung sendok makan kopi tersebut, aku seduh dan langsung membawanya ke ruang depan.
Aku nyalakan pesawat televisi, sekejap muncul di layar tv acara film kartun anak. Tanpa menunggu lama, aku langsung memindah channel.
Tulalit tulalit tulalit..! Bunyi hpku, dan langsung kupencent tombol hijaunya.
"Ya hallo, ada apa Nur?" Suaraku.
"Kamu lagi di rumah kan mas?" Tanya si Nur.
"Iya, kenapa?" Kataku.
"Tidak kenapa-kenapa kok. Nanti kamu ke warung tidak? atau aku ke rumahmu saja ya," Kata dia.
"Nanti siang saja aku ke warungnya. Ya boleh, memang ada apa Nur? seperti ada hal penting saja," Jawabku.
"Ya sudah, sekarang aku ketempatmu lho," Entah kenapa, Nur langsung mematikan telfonnya.

"Silahkan masuk saja," Kataku pada Nur yang mengetuk pintu depan. Gadis bernama Nur itu pun masuk ke dalam rumah dengan membawa tas kresek warna merah. Dia kemudian memberikan tas plastik ditangannya kepadaku, lantas dia duduk di dekatku.
Entah kenapa, mataku lama memandang si Nur. Ada kekagumanku saat itu pada gadis tersebut.
"Kenapa kamu memandangku begitu mas, ada yang aneh ya pada diriku?" Nur menatapku dengan senyuman.
"Em tidak. Oh iya, kamu sudah pamit sama Ibumu kan tadi?" Aku tidak tau harus bilang apa pada perasaanku. Tiba-tiba saja darahku seperti deras mengalir di seantero tubuhku ketika ku lihat si Nur tampak sexy di pagi itu.
"Dimakan dulu mas nasinya," Nur bangkit dari duduknya dan melangkah menuju ruang dapur. Ku amati sekali lagi dia dengan seksama, ternyata dia memang sexy.
Nur kembali dengan membawa piring, sendok dan gelas. Dia membuka karet gelang yang melingkar pada bungkus nasi di depanku, dan menempatkannya di piring. Kedua mataku melotot sebentar sebelum kubuang pandanganku ketengah piring, karena sempat kulihat belahan dadanya yang tersembul dari balik baju yang kancingnya atas terbuka.

Aku menyantap nasi bungkus yang dibawa oleh Nur tersebut. Sementara sambil melihat ke arah layar televisi, Nur sesekali memperhatikanku. Bahkan dia menyandarkan tubuhnya ke tubuhku.
Mendadak kurasakan hawa hangat menjalar di persendianku. Entahlah, saat itu aku merasakan sebuah nafsu menari erotis dalam jiwaku. Apalagi saat tangan gadis bernama Nur itu mengelap bibirku karena nasi yang menempel disitu.
"Hemm, aku harus kuat menahan semua ini!" Kataku lirih dalam hati. Sebagai manusia normal, tentu aku ingin sekali melumat bibir gadis itu, yang tampak indah apalagi disaat dia tersenyum.
"Dihabiskan dong mas makannya, ini minumnya," Kata dia yang lantas menempelkan bibir gelas ke bibirku.
Aku melirik kearahnya, lalu kusruput minuman tersebut.
Sebentar kemudian makanku selesai. Dia menatapku, lalu berkata lembut ditelingaku yang mana membuatku terperanjak kaget.
"Mas, aku sayang kamu. Aku benar-benar mencintaimu. Aku akan memberikan sesuatu yang berharga punyaku kepadamu kalau kamu memintanya. Aku akan memberikannya saat ini juga mas," Kata dia, akupun terbengong.
"Maksudmu yang berharga Nur?" Tanyaku karena tidak mengerti.
Nur terus memandangi wajahku, sebentar kemudian jemarinya menempel dipipiku dan menelusuri wajahku.
Aku tidak tinggal diam, dengan halus kupegang lengannya dan kutarik menjauh dari wajahku. Aku menghela nafas dalam-dalam, kemudian membuangnya bersama perasaan aneh yang menjalar di seantero persendianku.

(bersambung ke episode 40) ==> Klik Disini.

2 Responses to "~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 39) ~"

  1. мαdυмσє вlσg24 Juni 2015 pukul 02.42

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/novel-cintaku-merintih-di-pulau-batam-e-11.xhtml

    BalasHapus
  2. Ane baca dari awal aja yh kawan ;)

    BalasHapus