Cerpen: Anak Kecil Mengaji di Pusara Sang Bunda

anak

Langkahku terhenti dengan dada bergetar saat menoleh ke sebuah arah dimana ada seorang anak kecil sedang mengaji mendo'akan orang tuanya yang telah meninggal.
Lirih suaranya dan mampu membuatku merinding dan berdesir. Berderai air mataku melihat gadis kecil itu mengaji sendirian di pusara orang tuanya.
Dengan suara agak terbata, ia terus membaca Surah Yaasiin dengan mata berkaca. Dialah anak sholehah, selalu merindukan orang tuanya yang telah lama wafat, hampir 6 tahun yang lalu.
Berlahan aku mendekat kepadanya karena kulihat dia hanya sendirian mengaji di pusara tersebut. Dengan nada lembut aku menanyainya setelah gadis itu selesai dalam mendo'akan sang bunda.
Tak kusadari mataku berkaca-kaca melihat kepolasan yang terpancar diraut wajahnya. Perlahan dia mengusap buliran bening yang mengalir ke pipi. Gadis tersebut tampak sesungukan lirih, semakin membuatku pilu melihatya.

"Dik..., kamu mengaji sendiri, dimana kakak dan orang tuamu? Ini makamnya siapa?" Tanyaku menahan keharuan.

"Saya tidak punya kakak. Bapak lagi bekerja dan belum pulang.
Ini makam ibuku," Dia menatapku tiada rasa takut.

"Oh... begitu, lha rumahmu dimana?
Sudah berapa lama ibumu meninggal dik...?"

"Rumahku disana, itu di ujung jalan sana. Sudah 6 tahun kak.
Siti mau pulang dulu ya kak, Assalamu'alaikum...," Gadis kecil bernama Siti itu bangkit dari duduknya kemudian membetulkan hijab dan melangkah. Diriku yang terkesima dengan akhlaqnya kemudian mengikuti sampai di rumah dia.

"Tunggu sebentar dik, bolehkah kakak ke rumahmu?"

"Ke rumahku, mau apa kak?" Siti memutarkan bola matanya, kemudian menatapku tajam penuh tanya.

"Mau bertamu dik, mau bertemu sama bapakmu, boleh kan?"

"Emmmm, nggak tahu," Gadis kecil nan manis di hadapanku itu kemudian berlari meninggalkan diriku dengan buku Yaasiin di tangan kanannya. Bergegas aku menyusulnya untuk ke rumah dia karena penasaran sama gadis kecil bernama Siti tersebut.
Aku yang bukan orang kampung situ, sangat ingin mengenal Siti lebih dekat karena bila kulihat lebih mendalam lagi gadis kecil tersebut memang mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan anak-anak sebayanya di kampungku.
Dia menoleh ke arahku, lantas berbicara sama seorang pria setengah baya berpeci hitam lusuh. Aku menghentikan langkah kaki ku. Aku terus memandang ke arah mereka, sebentar kemudian aku menghampiri Siti dan pria setengah baya di sampingnya.

"Assalamu'alaikum, permisi bapak,"

"Wa'alaikumsalam..., Anda ini siapa?" Jawabnya pria di samping siti, diriku pun memperkenalkan diri.

"Nama saya Faisal. Tadi saya melihat dia (Siti) sedang mengaji di makam sana sendirian, dan saya jadi terharu melihatnya pak," Bapak itu kemudian menyebutkan namanya, beliau tersenyum. Beliau mengatakan kalau Siti (anaknya) itu memang suka mengaji di pusara ibunya yang sudah 6 tahun wafat.
Pak Hanafi (orang tuanya Siti) bilang kalau biasanya tak hanya di hari kamis sore saja Siti mengaji di pusara ibunya, melainkan jika dia kangen banget sama sang bundanya maka dia akan mendatangi pusara tersebut dan mengaji disana dan biasanya Siti akan berlama-lama di pemakaman itu.

Menurut kata pak Hanafi orang tuanya Siti, beliau senantiasa mengajarkan hal positif kepada anaknya yang semata mayang tersebut agar kelak bisa menjadi anak sholehah dan berguna buat Nusa dan Bangsa.
Diriku beranjak dari rumah pak Hanafi menjelang maghrib. Sungguh aku terharu dengan anak kecil itu. Hampir setiap hari aku memikirkan agar bisa lebih dekat dengan Siti. Setiap aku ziarah ke makam kakek pada kamis sore, selalu saja aku dapati Siti si anak kecil sedang mengaji di pusara sang bunda tercinta. Sungguh kamu anak yang sholehah Siti. (*)

?pub=lianghl@zackymadumoe&format_type=im

3 Responses to "Cerpen: Anak Kecil Mengaji di Pusara Sang Bunda"

  1. мαdυмσє вlσg27 Februari 2016 pukul 08.35

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerpen-anak-kecil-mengaji-di-pusara-sang.xhtml

    BalasHapus
  2. Sungguh si siti yang sholehah

    BalasHapus
  3. Jika saya melihat anak kecil yang pintar mengaji pun akan terenyuh gan... apalagi dia seorang yang pintar.

    BalasHapus