Cerpen: Warna Cinta Chika

warna cinta Chika

"Cewek itu sangat ceria dan pantas buatmu Jhon," Ucap Bramanto kepadaku dengan tiba-tiba. Bramanto datang dan menepuk pundakku saat diri ini tengah memandang Chika yang sedang menaburkan pupuk di pot bunga depan rumahnya.
Sore itu aku sengaja berhenti di depan rumah Chika untuk melampiaskan kerinduanku kepada gadis cantik bermata biru tersebut. Ya, sudah lama diriku mengincar Chika untuk kujadikan kekasih walau sebenarnya diri ini tak yakin akan diterimanya.
Chika adalah gadis energik diantara gadis-gadis lain yang pernah aku lihat. Wajahnya sungguh mempesona sehingga banyak teman-temanku yang juga mengincar Chika.
Aku terus memperhatikan Chika dari atas sepeda motor sebelum akhirnya dikagetkan oleh Bramanto.
Aku hanya mengernyitkan jidad mendengar perkataan temanku tersebut. Bagaimanapun aku tahu jika sebenarnya Bramanto juga menyukai Chika, hal itu aku tahu dari teman lain yang mengatakan kalau cowok berperawakan gempal di sampingku kini sangat mengidamkan Chika.

"Ah, bisa saja kamu bro. Mungkin dia malah cocok buatmu," Kataku yang lantas cemberut. Melihatku bermuka masam, Bramanto malah terkekeh seolah melihat hal lucu.

"Bener kok Jhon, Chika pantas untukmu, aku mengalah deh...," Bramanto kembali menepuk pundakku. Mendengar perbincangan kami, Chika menoleh. Gadis energik bernama lengkap Chika Prameswari Ayunda itu kemudian menghampiri kami berada. Memang, antara Aku, Chika, Bramanto memang telah mengenal sedari dua bulan yang lalu dimana gadis itu baru sehari tinggal di rumahnya setelah kepindahan mengikuti orang tuanya dari sebuah kota kecil di pinggiran Jakarta Selatan.

"Hei Jhon, Bramanto, sedang apa kalian disitu?" Dia melangkah ke arah kami dengan energiknya, kami pun mendekat. Perbincangan ringan terjadi diantara kami. Chika yang baik tersebut mempersilahkan kami masuk untuk duduk di beranda rumahnya.
Berulangkali kulihat Bramanto mencuri pandang ke arah Chika, begitu juga denganku yang berkali-kali memperhatikan wajahnya.
Ada banyak hal yang kami bicarakan dalam kesempatan sore itu. Chika begitu ceria dengan adanya Aku dan Bramanto di dekatnya.
Tak disangka, gemuruh perasaan di dadaku begitu kuat dan akhirnya mencuat keluar dengan berbentuk kata-kata walaupun sempat terbungkam sebentar karena Bramanto pun membuka suaranya bersamaan denganku, jadi kemudian kami saling pandang dalam kata tertahan. Melihat apa yang terjadi pada kami, Chika mengernyitkan dahi untuk kemudian tersenyum.

"Chika, aku...," Suaraku tertahan karena Bramanto pun mengeluarkan kata yang sama denganku.

"Wuidih, kenapa kita bareng dan sama kalimatnya Jhon...?! Aduh...," Bramanto menginjak kaki ku pelan.

"Hikhikhiiik, kalian ini lucu. Kalian mau ngomong apa sih?" Chika terkikik. Aku terdiam, Bramanto kemudian mengatakan apa yang ingin ia katakan. Sangat jelas kata-kata Bramanto di telingaku kalau dia mengutarakan isi hatinya kepada Chika.

"Huh, dasar kamu Bram! Katanya Chika untukku, tapi nyatanya?" Gerutuku dalam hati. Mata Chika melotot memandang wajah si gempal Bramanto. Tak mau kalah dengan teman, lantas aku pun mengunggkapkan perasaan kepada Chika dan lantas melirik ke arah Bramanto.
Mendengar apa yang aku katakan, wajah Bramanto tampak memucat. Aku tahu jika Bramanto takut kalah saing denganku karena dia lebih jelek dariku. Sementara itu Chika tersenyum dalam sipu, dia tediam dengan tajam melotot ke arah kami.

"Kalian ini apa-apaan sih..., aduh....! Kan sudah aku bilang kalau kita cukup berteman saja, selebihnya tidak," Kata Chika yang mengingatkan diriku pada kata-katanya dua minggu yang lalu saat aku mengutarakan perasaan kepada dia.
Mendengar apa yang Chika katakan, kami saling pandang. Sejurus kemudian Bramanto mengajak undur diri. Mengingat Bramanto adalah temanku yang baik, aku pun mengangguk dan pamit pulang. Namun ada satu hal yang membuatku penasaran pada Chika, dia mengedipkan satu matanya kepadaku.

Sesampainya aku di rumah dan belum sempat duduk, phonselku berdering, sebuah panggilan dari Chika.
Dalam kekagetan kemudian aku mengerti kalau Chika juga suka kepada diriku, hal ini ia katakan dengan jelas via phonsel.
Gadis bermata biru tersebut bilang jika dirinya tak mungkin menjawab cintaku di hadapan Bramanto yang juga menaruh rasa kepadanya. Tentu saja hatiku senang karena cintaku diterimanya.
Chika bilang kalau dua minggu yang lalu tak menjawab apa yang aku ungkapkan, itu karena dia masih ada hubungan dengan seorang cowok, tapi kini sudah putus. Apapun yang Chika katakan tidak aku persoalkan, dan yang terpenting cintaku diterimanya.

Belum juga Aku menikmati enaknya cinta dengan Chika, gadis bermata biru tersebut telah membuatku bingung dan bimbang. Bagaimana tidak? Ternyata Chika juga mengatakan hal yang sama kepada Bramanto, yakni ia menerima cintanya Bramanto dan hal ini aku ketahui karena dia yang bilang kepadaku kalau Chika menerima cintanya sehari yang lalu.
Aku terbengong mendengar apa yang Bramanto katakan. Aku diam dan tidak mengatakan kalau Chika menerima cintaku.

"Awas kamu Chika! Kamu tidak seperti yang aku duga selama ini.
Ternyata cintamu kepada laki-laki begitu banyak warnanya!!!" Tanganku mengepal dalam geram. Aku yang tak ingin larut dalam baluran warna cinta Chika kemudian mundur teratur dan tak mau mengenalnya lagi, begitu juga dengan Bramanto, akhirnya dia tahu kalau cintanya Chika kepadanya hanyalah permainan saja. Kami sama-sama geram dan kecewa terhadap Chika dengan warna-warni cintanya. (*)

?pub=henrykusumaputra@ZackyMadumoeID&for

4 Responses to "Cerpen: Warna Cinta Chika"

  1. мαdυмσє вlσg17 Februari 2016 pukul 11.06

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerpen-warna-cinta-chika.xhtml

    BalasHapus
  2. Intinya itu Chika tidak berpendirian pada rasa cintanya, ya gan? Dan mungkin itu cewek ingin mempermainkan si Jhon dan Bramanto.

    BalasHapus
  3. Ceritanya bagus boss..., tapi ada yang kurang nih... yaitu adegan menegangkan antara ketiga tokoh. Tapi secara alurnya sangat bagus.
    Terus nulis ceritanya ya...

    BalasHapus
  4. Waduh Chika, segitunya sama cowok, hahaaa.
    Apa yang dilakukan Chika pada dua cowok itu sebenarnya lumrah dan sering kita jumpai. Ceritanya bagus kok gan.

    BalasHapus