~ gadis bunga ilalang ~

a


Suasana mall ramayana saat itu tidak begitu ramai, mungkin karena tanggal tua yang mana untuk sebagian orang memilih untuk berbelanja di pasar biasa (tradisional). Akan tetapi tidak demikian dengan niken, gadis cantik berkulit kuning langsat nan tinggi semampai dengan rambut hitam lurus dan panjang sebahu.
Mbak niken, begitu aku memanggilnya. Dia keluar dari mobil sedan berwarna silver yang begitu wow di mataku (maklum, aku hanya orang desa yang udik).

" saya nitip gerobak ya mas " kata mbak niken dengan senyumnya yang khas, dan aku pun hanya terbengong dan mengangguk saja." wew.. mobil begitu kinclong kok di bilangnya gerobak " ujarku dengan lirih, lantas aku mengatur letak sepeda motor biar rapi (maklum, aku juru parkir, hehehee).

Mbak niken sering datang ke mall ramayana kalau tidak salah 4 kali dalam sepekan, entah apa yang di cari di dalam mall tersebut.
Aku sendiri kenal dengan mbak niken sudah hampir 2 bulan sejak aku bersibuk diri jadi juru parkir di area mall tersebut.
Untuk menjadi juru parkir di sebuah mall ternyata tidak mudah, harus memiliki tinggkatan pendidikan dan ijazah yang di sodorkan ke personalia mall.


" Mas, kamu lagi apa ? bantuin saya dong.. " terdengar suara cewek seperti bertanya kepadaku, lalu aku pun menolehnya.

" eh mbak niken, bantu apa mbak ? " kataku.

" tolong bantu memasukkan barang-barang ini ke bagasi ya " kata mbak niken sambil membuka bagasi mobilnya. Aku pun mengiyakan dan langsung bergerak cepat layaknya anggota tim buser yang lagi mengendus target.

" nanti kamu pulang jam berapa mas ? " tanya dia kepadku.

" biasa mbak, pulang jam 5 sore " jawabku sambil memasukkan barang belanjaan mbak niken.

" oh, aku kira sebentar lagi, kan kita bisa pulang bareng " kata mbak niken, lantas dia mengikat rambutnya.

" tidak mbak, lagian arah kita tidak sama kan ? " kataku yang sudah selesai memasukkan barang-barang tadi.

" ya tidak apa-apa, nanti kan bisa memutar. eh kapan-kapan kamu main ke rumahku ya.
ini mas buat beli es cendol di pojok sana itu, hehehee " kata mbak niken yang sedikit membuatku kaget, dan dia memberikan uang 20.000,- kepadaku. Dalam hati, sudah cantik, kaya, baik hati juga.

" terima kasih mbak, tapi aku kan tidak tau alamat rumahmu mbak, hehee " jawabku dengan sedikit nyengir, lalu aku lihat dia mengambil kartu nama dari dalam mobil dan memberikannya kepadaku.

" ini mas. ya sudah, aku tinggal dulu ya. bye bye.. " kemudian dia masuk ke dalam mobilnya, aku pun memberikan aba-aba dengan peluit menempel di bibir. tidak lama kemudian dia menghilang bersama laju mobilnya.



Hari-hari aku lalui dengan rutinitas yang sama. Rasa malu aku buang jauh-jauh demi sebuah impian.
Aku duduk di sebuah jok sepeda motor yang terpakir. Sejenak aku terdiam, lantas aku teringat sama mbak niken yang beberapa hari ini tidak kelihatan datang ke mall.
Aku tarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Aku ambil alamat mbak niken yang tersimpan di dompet kulit dengan warna yang sudah memudar. Aku amati alamat tersebut, " emmm, kemana ini mbak cantik ? " kataku lirih, dan terbersit bahwa aku akan pergi ke rumahnya nanti.

Aku kemudian meminta ijin pada atasan untuk pulang lebih awal.
Setelah aku mendapatkan ijin, aku langsung meluncur menuju rumah mbak niken dengan menaiki sepeda kayuh/onthel.
Lumayan jauh juga rumah mbak niken dari tempatku kerja dan nafas pun jadi ngos-ngosan tidak karuan.
Kira-kira ada satu jam aku mengayuh sepeda dengan kecepatan sedang.
Sesampai di sana, aku pun turun dari sepeda dan langsung mengetuk pintu pagar rumah tersebut yang terlihat mentereng/mewah.

" permisi.., tok tok tok, permisi.. " kataku sembari aku mengetukkan uang koin 500,- pada kerangka pintu pagar yang terbuat dari besi stainles.
Kemudian muncul dari dalam seorang wanita setengah baya menuju ke arahku.

" maaf, siapa ya ? dan ada keperluan apa " tanya wanita tersebut dengan mimik tanda tanya.

" maaf bu, namaku rudi, saya mau bertemu sama mbak niken. apa mbak nikennya ada ? " jawabku sambil menggaruk-garuk kulit kepala karena gatal.

" oh sebentar ya " kemudian wanita itu kembali masuk ke dalam.rumah. Tidak lama kemudian, aku lihat mbak niken keluar dari dalam rumahnya dan menuju ke arah pintu pagar.

" oh kamu mas, silahkan masuk mas " kata dia setelah membuka pintu pagar.
Dengan perasaan minder, akhirnya aku melangkahkan kakiku ke dalam rumah mentereng tersebut.

" silahkan duduk mas. aku kira kamu tidak mau datang ke gubug ini mas. oh ya, kamu mau minum apa ? " kata dia.

" emmm apa saja mbak " kataku, kemudian mbak niken masuk ke dalam, dan tidak lama kemudian dia balik lagi dengan membawa minuman dan makanan kecil.

" silahkan di cicipi mas.
maaf, tadi kamu kesini naik apa mas ? " kata dia.

" aku naik sepeda kayuh mbak, hehehee " jawabku.
Kami pun mengobrol tentang banyak hal, kami pun tertawa dalam canda, hingga pada suatu gerakan secara tidak sengaja.. tanganku menyentuh tangannya saat aku hendak mengambil kue yang mbak niken sajikan. Mbak niken tersenyum, aku pun tersenyum.

" kita mencari udara segar yuk mas " ajaknya kepadaku, aku hanya terdiam dalam desir perasaan yang tidak aku mengerti, entahlah ! , kemudian aku jawab dengan " ya ".
Aku dan mbak niken kemudian keluar dari ruang tamu rumah tersebut.


Kami memasuki mobil lalu melaju dengan pelan, sementara itu sepedaku aku onggokkan begitu saja di halaman rumahnya.

" kamu tidak kerja ya mas ? " tanya si cantik kepadaku.

" kerja mbak, cuma tadi aku minta ijin untuk pulang lebih awal " jawabku dengan tidak henti memperhatikan wajahnya.

" oh begitu..! eh mas, jangan begitu dong kalau memandangku, biasa saja kenapa ? hehehee " suara dia dan langsung membuatku tersipu dan gugup.

" maaf mbak.
eh mbak, kenapa beberapa hari ini aku tidak melihatmu ke mall ? " tanyaku dengan cekatan untuk menutupi gugupku tadi.

" iya mas, aku lagi malas saja datang ke mall.
Maaf mas rudi, kamu tinggal di mana sih ? " tanya mbak niken kepadaku.

" aku tinggal di kontrakan mbak " jawabku dan menjelaskan alamatnya.

" oh.., sama siapa di kontrakan ?. kamu asli orang mana mas ? " dia terus bertanya sampai detail, hingga menanyakan tentang pacar segala, aku pun menjawabnya dengan lugas, jujur dan terpercaya (hahahaa seperti motto surat kabar saja).


Kami terus melaju, dan berhenti pada sebuah taman yang belum pernah aku ketahui sebelumnya. taman itu sepertinya tidak terurus dan banyak tumbuh ilalang di sekitarnya.

" tempat apa ini mbak ? kok seperti tidak terurus dan banyak ilalang liar tumbuh di sini " tanyaku kepada dia, sambil mengamati sekitar.

" emmm, ini adalah sebuah taman yang dulu memberikan inspirasi buat aku mas.
dulu aku sering menghabiskan waktu bersama keluarga di taman ini.
dulu keluarga kami tinggal di dekat taman ini sebelum akhirnya pindah ke rumah yang sekarang mas " begitulah mbak niken menjelaskan kepadaku.

" terus ? " tanyaku.

" kami pindah karena merasa tidak nyaman saja mas.
lihat di sana, dulu di sana itu adalah bukit yang indah nan hijau dengan pepohonan yang rimbun. kemudian tanahnya di ratakan untuk pembangunan pabrik-pabrik yang kami rasa cukup mengganggu, selain bising karena suara mesinnya, juga limbahnya sangat bau menyengat hidung. limbah pabrik-pabrik tersebut juga tidak di olah sesuai standar industri dunia " mbak niken menjelaskan panjang lebar kepadaku, aku pun hanya manggut-manggut saja.



" kok kamu cuma manggut-manggut saja sich mas. itu kan bau limbahnya sampai sini. hehee " sambil dia menepuk punggungku. aku pun kaget dan hanya bisa nyengir di buatnya.

" i...iya mbak " kataku, lalu aku lihat dia berjalan mendekat ke arah semak ilalang yang ada di dekat kami. dia tersenyum sambil mencabut batang bunga ilalang tersebut, lalu kembali kearahku.

" buat apa bunga ilalang itu mbak ? " tanyaku yang tidak mengerti.

" emmm, buat apa yach ?
apa kamu akan menerima pemberianku ini ? meski hanya bunga ilalang ?! " aku hanya terdiam, aku tidak tau maksud dari mbak niken. Dalam hatiku " ah si embak, bunga yang cantik dan bagus kan ada di tempat ini, masak ngasih bunga ilalang sich !, hahahaa ".

" kok diam mas ? pasti kamu tidak mau kan ?! " suara dia yang kemudian menyadarkanku dari manyunnya hatiku.

" mau kok mbak.. " jawabku kemudian.

" ah yang benar..?
tidak semua orang mau menerima pemberian sebagai ungkapan, apalagi hanya sebuah bunga ilalang lho mas " katanya, yang mana semakin membuatku tidak mengerti.

" maksudnya mbak ? " tanyaku dalam ketidak mengertian.

" tidak ada apa-apa mas. aku hanya ingin sedikit berbeda dari pada yang lain.
kan banyak itu yang mengungkapkan perasaannya pada orang dengan bunga-bunga yang cantik dan harum, lalu dia bilang i love you.
kalau aku... " lalu dia berlari kecil menjauh dariku setelah bunga ilalang tersebut berada di tanganku.
Aku hanya tertegun sejenak, kemudian aku pun berlari menyusul dia dengan perasaan yang tidak aku mengerti.
Ada getar-getar asmara yang kini bersemayam di relung hatiku yang paling dalam terhadap mbak niken, namun aku tidak berani mengungkapkannya karena perbedaan kami yang sangat jauh.
Kemudian kami pulang kerumah mbak niken, sementara itu aku tidak berlama-lama di rumahnya, aku langsung pamit pulang karena sebentar lagi gelap (malam).


Waktu terus berlalu, mbak niken yang telah membuat aku menjadi dewasa dalam pemikiran dan tindakanku, kini tidak pernah muncul lagi di hadapanku.
Dia telah pindah keluar kota bersama keluarganya, sementara aku hanya bisa menyimpan bunga ilalang dalam hatiku, sendiri !. SEKIAN.



tag: gadis bunga ilalang

0 Response to "~ gadis bunga ilalang ~"

Posting Komentar