Cerpen: Di Sebuah Gubuk

di-sebuah-gubuk.jpg

"Tidak kok kak Reni, aku tinggal di sebuah gubuk,"

"Di sebuah gubuk? Tapi..., ah nggak mungkin," Gumam Reni.
Reni tidak percaya kalau Rino tinggalnya di sebuah gubuk seperti yang lelaki itu jelaskan kepadanya. Secara penampilan, Rino seperti anak muda kebanyakan dengan pakaian trendy dan tutur bahasanya pun menunjukkan jika ia seorang yang berpendidikan. Jadi mana mungkin dia tinggalnya di sebuah gubuk?

"Kenapa kak Reni, tidak percaya?"

"Iya Rino, aku nggak percaya kalau kamu tinggalnya di sebuah gubuk. Kamu bercanda kan Rino?" Tajam Reni menatap mata Rino. Lelaki di hadapannya tersenyum simpul, lantas mengibaskan rambutnya yang sepundak. Rino kemudian menceritakan kenapa dirinya tinggal di sebuah gubuk reot yang jauh dari hiruk pikuk orang-orang.
Dua tahun silam, tepatnya saat bapaknya Rino masih hidup. Rino, Ibu, Bapaknya, tinggal di sebuah kawasan perumahan elite di tengah kota Jakarta. Keluarga itu hidup damai penuh bahagia sebelum bencana mendera.
Kemewahan yang mereka miliki dengan cepat berubah menjadi kemiskinan. Bapaknya Rino teledor dan terjebak dalam permainan bandar judi oleh bujukan seorang teman.
Bapaknya Rino menjadi bandar judi qq dengan bermodalkan seluruh aset yang dimiliki, rumah, pekarangan, tempat usaha (butik), dan semua kendaraan mewah yang biasanya terpakir gagah di depan rumah.
Pada awalnya Bapaknya Rino banyak meraup untung dari bandar judi qq tersebut, tapi kemudian tmannya berbuat jahat dengan membawa lari semua uang yang di dapat oleh bapaknya Rino, padahal saat itu dirinya harus membayar lunas semua pemasang taruhan yang menang. Akibat perbuatan temannya, bapaknya Rino kelabakan. Para pasang taruhan marah besar karena kemenangan mereka tidak segera dibayar.
Para pemenang taruhan melabrak bapaknya Rino dengan mendatangi rumahnya karena kebanyakan dari pemasang taruhan judi qq itu sudah mengetahui tempat tinggal bapaknya Rino. Mereka tidak mau tahu dengan segala alasan bandar judi yang menangguhkan pembayaran buat pemenang taruhan. Mereka ingin agar kemenangannya segera dibayar dengan cepat sesuai jumlahnya.
Akhirnya bapaknya Rino tidak bisa berbuat banyak saat para pemenang taruhan judi qq terus mendesak untuk membayar lunas. Dalam kekalutan tersebut dan di bawah tekanan ancaman para pemenang judi, bapaknya Rino mengorbankan semua yang dimilikinya, rumah beserta pekarangan, mobil mewahnya, habis dijualnya dan uangnya dibagi rata kepada para pemenang taruhan judi qq.
Tidak berapa lama bapaknya Rino jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia.
Bencana keluarga tersebut membuat Rino terpukul, terlebih ibunya. Tidak tahan dengan omongan dan cercaan serta makian dari orang-orang di sekitar, Rino dan ibunya kemudian meninggalkan hiruk pikuknya kehidupan di kota itu dan memilih hidup di lereng perbukitan yang jauh dari keramain.

Rino termenung sendiri di kala senja. Dia memikirkan bagaimana agar bisa menghidupi diri serta sang ibu yang mulai sering sakit-sakitan.
Pada pagi harinya setelah berpamitan sama ibu tercinta, Rino pun melangkah dengan bekal seadanya menuju kota untuk mencari pekerjaan. Beruntung bagi Rino, ia kemudian bertemu kawan-kawannya di kota dan menceritakan keadaan dirinya dan ibu di pinggiran hutan.
Teman-teman Rino terenyuh dengan nasib kawannya itu. Mereka kemudian menampung Rino bergantian. Merasa tak baik berlama-lama mengharap belas kasih dari teman, Rino lantas mencari pekerjaan seadanya asal halal dan bisa mencukupi kebutuhan. Adalah Doyok yang kemudian mengajak Rino ke sebuah tempat dan menanyakan pekerjaan disana.

Rino yang biasanya hidup enak dengan semua fasilitas yang diberikan oleh bapaknya, kini ia harus rela berjibaku dengan oli dan debu. Rino diterima bekerja di sebuah bengkel kecil sepeda motor di pinggir ruas jalan.

Sepuluh hari pekerjaan itu dijalani Rino dengan rasa bertanggung jawab. Pada hari ke tiga puluh dimana ia bekerja, Rino pun mendapatkan bayaran.
Tak pernah disangka oleh Rino kalau Pak Budi sang pemilik bengkel mempunyai seorang anak gadis seumuran Rino, yakni bernama Reni. Anak Pak Budi itulah yang saat itu menyerahkan amplop berisi gaji sebulan kepada Rino.
Rino yang cakep itu telah mampu membuat Reni berdesir. Gadis cantik tersebut sangat betah di dekat Rino. Mereka berdua berbincang-bincang hingga Reni bertanya tentang tempat asal-usul si Rino.

"Aku tinggal di sebuah gubuk bersama ibu, di pinggiran hutan, di lereng bukit yang jauh dari sini, kenapa kak?" Jawabnya Rino pada Reni. Gadis di dekat Rino itu terdiam mendengar jawaban pria tersebut. Rasa penasaran ingin tahu akan tempat tinggalnya Rino membuat Reni meminta kepada Rino agar mengajak ke tempat tinggalnya.
Sesuai permintaan Rino kepada Pak Budi sebelum dia mulai bekerja, bahwa setelah menerima gaji, dirinya akan menengok ibunya sebentar, dan Pak Budi mengijinkan permohonan pegawainya itu.
Hari itu Rino bersama Reni meluncur ke tempat dimana ibunya pria tersebut menunggu kedatangan anaknya setiap hari. Menjelang sore mereka berdua sampai di sebuah gubuk reot di pinggiran hutan.
Rino langsung memeluk tubuh sang ibu yang semakin hari kian kurus. Dia memperkenalkan Reni kepada wanita setengah baya itu. Agak ragu Reni berjabat tangan dengan ibunya Rino. Cewek anak majikannya Rino tersebut tak percaya jika itu benar tempat tinggalnya mereka berdua. Tatapan mata Reni menyapu ke seluruh sudut gubuk, hatinya terenyuh melihat perabot dapur berserakan di tanah.
Gadis cantik itu tak bisa membayangkan jika keluarganya yang tinggal di gubuk reot di hadapannya kini, pastinya ia akan sangat menderita dengan keadaan tersebut.
Rino dan ibunya mempersilahkan Reni untuk masuk kedalam. Tak ada barang mewah di dalam gubuk. Hanya dua buah tikar pandan lusuh membentang di lantai tanah.
Reni sangat prihatin dengan keadaan keluarganya Rino. Reni berjanji akan membicarakan sama orang tuanya agar dapat membantu Rino dan Ibunya. Reni tak tega melihat kedua orang itu tinggal di sebuah gubuk tak layak huni yang jika hujan deras pasti tak nyenyak tidur. (*)

?pub=lianghl@zackymadumoe&format_type=im

1 Response to "Cerpen: Di Sebuah Gubuk"

  1. мαdυмσє вlσg12 Maret 2016 pukul 12.56

    http;//zackymadumoe.mywapblog.com/cerpen-di-sebuah-gubuk.xhtml

    BalasHapus