Cerpen: Surat Untuk Bu Ani

surat-untuk-bu-ani.jpg

Surat untuk Bu Ani itu disimpannya sama Rudi dibalik lembar buku tulis bersama sebuah surat cinta untuk seorang gadis di kampungnya, lantas pemuda kurus tersebut berbaring di tempat tidur. Tak berapa lama Rudi pun terlelap.
Pagi harinya Rudi tampak sibuk sendiri. Dia yang biasanya bangun pukul 6 pagi, hari itu tumben jam 4.30 pagi sudah membuka kedua matanya dan langsung bersiap diri untuk menuju ke sebuah tempat nantinya.

"Jhiaaaahhhh, tumben jam segini sudah berdandan rapi kak, mana baunya harum lagi. Mau kemana nih kakak?" Cerocos Nia pada Rudi dan hampir menubruk kakaknya.

"Mau ke pesta Nit. Kemarin sore dibilangi Bagas kalau Aku juga di undang Pak RT untuk hadir di pesta itu pagi-pagi. Oh iya Nit, tolong ini nanti diberikan Bu Ani, ya. Ini surat ujin tidak masuk sekolah, paham?!" Ucap Rudi sembari mengancingkan baju. Disodorkannya surat ber-amplop putih kepada Nita.

"Cuma karena mau ke pesta Pak RT kak Rudi nggak masuk sekolah? Gila benar kamu kak,"

"Hust, jangan bawel! Awas lho kalau nggak diberikan sama Bu Ani, kakak jitak kepala kamu. Ya sudah, kakak mau ke rumah Bagas," Rudi langsung nyelonong keluar rumah setelah ia menyambar sepucuk surat lain yang tergeletak di atas meja.
Tidak berapa lama Rudi sampai di tempat Bagas dengan muka cengengesan.

"Wuih.... ganteng dan rapi banget kamu Rud, memangnya kamu mau kemana?" Tanyanya Bagas rada heran.

"Lho, kamu ini bagaimana sih Gas, bukannya pagi ini kita ke rumah Pak RT untuk menghadiri undangan pesta seperti yang kamu katakan sore itu?" Rudi bingung. Bagas bengong memelototi sobatnya tersebut.

"Emang aku bilang pesta begitu? Bukan pesta Rud... tapi kita disuruh Pak RT untuk menata taman rumahnya. Ah kamu Rud, dasar telingamu soak. Ya sudah, kita ke tempat Pak RT sekarang, mumpung masih pagi," Bagas menarik lengan si Rudi, keduanya langsung meluncur ke tempat Pak RT dengan sepeda motor butut.

"Eh ada mas Rudi, mas Bagas. Silahkan mas," Seorang gadis jelita anak Pak RT menyambut kedatangan kedua pemuda tersebut.

"Hei Ani, bapakmu ada kan?"

"Bapak lagi rapat di Kelurahan mas. Oh iya, tadi sebelum berangkat, bapak berpesan sama Ani supaya memberi tahu bagian mana saja taman yang harus mas berdua perbaiki. Mari mas, Ani tunjukkan," Ujar gadis itu dan menunjukkan kepada Bagas juga Rudi, taman yang harus mereka perbaiki strukturnya.
Bagas dan Rudi saling pandang. Sejurus kemudian Rudi merogoh saku celana dan memberikan sebuah amplop kepada Ani.

"Apa ini mas Rudi?" Ani menerima sepucuk surat itu dan membukanya. Gadis itu tersenyum sendiri oleh isi surat tersebut. Bagas terbengong menatap Ani, Rudi tampak malu-malu kucing dan sangat berharap kalau Ani suka dengan apa yang ditulisnya kemudian mau menerima cintanya.

"Oh..., jadi mas Rudi ijin tidak masuk sekolah karena sakit, ya?" Ani senyum-senyum sendiri setelah membaca surat yang diberikan oleh Rudi.

"Bukan itu An, aduh...," Rudi garuk-garuk kepala. Kiranya Rudi salah ambil dalam memberikan surat kepada adiknya di rumah. Surat yang seharusnya untuk Ani malah diberikannya kepada Nita untuk selanjutnya diberikan kepada Bu Ani sebagai wali kelasnya. Kebetulan wali kelasnya Rudi bernama Ani, cewek yang disukai Rudi pun bernama Ani anaknya Pak RT.

Jika Ani anaknya Pak RT tersenyum dan tertawa kecil karena surat ijin tidak masuk kelas dari Rudi, maka lain lagi dengan Bu Ani yang sedang duduk di kursi dalam kelas itu. Bu Ani tidak menyangka kalau akan mendapat surat cinta dari muridnya, yakni Rudi. Kebetulan Bu Ani masih berstatus lajang dan single meskipun umurnya sudah 35 tahun. Bu Guru itu senyum-senyum sendiri sehingga murid-muridnya pada heran melihatnya.

"Oh My Good, so sweet....," Suara Bu Ani lirih di ujung bibir. Bu Guru itu terpesona, terkesima, dan merinding dalam perasaan senang membaca surat dari Rudi yang penulisannya sangat syahdu mendayu-dayu.

Di rumahnya Pak RT, Rudi jadi gelisah dan merasa malu karena surat yang seharusnya untuk Ani anaknya Pak RT malah sampai di tangan Bu Ani sebagai guru dan wali kelasnya, akibatnya Rudi tidak konsentrasi dalam pengerjaan pembenahan taman tersebut. Tamannya bukan semakin bagus ditangani kedua pemuda tersebut, tapi malah semakin amburadul.

"Waduh kalian, kenapa jadi begini tamannya....!!!" Pak RT pulang dari Kelurahan karena rapatnya tidak jadi. Pak RT melotot dan menepuk jidad. Bagas terdiam ketakutan. Rudi melongo karena kepikiran surat untuk Bu Ani itu. (*)

?pub=lianghl@zackymadumoe&format_type=im

1 Response to "Cerpen: Surat Untuk Bu Ani"

  1. мαdυмσє вlσg11 Maret 2016 pukul 01.03

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerpen-surat-untuk-bu-ani.xhtml

    BalasHapus