Cerpen: Lelaki Penyawer Itu Mati

lelaki-penyawer-itu-mati.jpg

Angin membelai kami di malam itu. Aku dan Caplin terus memandangi sebuah tubuh nan elok terbungkus pakaian warna biru muda. Wanita itu terus melenggak-lenggok di atas panggung hiburan dengan gayanya yang terbilang sexy dan syur.
Aku melirik ke deretan para tamu undangan yang duduk di kursi, mereka juga terlena oleh tontonan tersebut. Seorang lelaki berperawakan gempal kulihat berdiri dari tempat duduknya. Sebelum dia melangkah naik ke panggung, kulihat tangan lelaki tadi menyapu ujung rambut kepala sembari tersenyum. Dengan gagah lelaki yang akrab di sapa pak Brewok itu melompat naik ke atas panggung, tepuk tangan bergemuruh dari banyak orang atas diri pak Brewok yang memang ditunggu-tunggu.
Pak Brewok bukanlah seorang penyanyi, melainkan dia seorang penjual Bakso yang sering mangkal di ujung jalan Kecamatan. Seperti yang sudah-sudah, pak Brewok memang suka naik ke atas panggung hiburan dangdut dalam sebuah acara pernikahan yang digelar oleh warga.
Setiap kali pak Brewok naik ke atas panggung hiburan dan menggoda penyanyi dengan banyolannya, maka gelak tawa dan tepuk tangan penonton riuh membahana. Maklum... pak Brewok ini juga dulunya seorang pelawak grop Ketoprak di desa kami, tapi kemudian grop Ketopraknya bubar lantaran tidak adanya dana untuk menyokong kelangsungan grop tersebut.

Sundari atau lebih tenar dengan nama Nikita Deswita bersama grop musiknya itu terus mendendangkan lagu dangdut berirama rancak. Sesekali Sundari tersenyum melihat pak Brewok karena dari tampang pak Brewok sendiri terlihat lucu walau lelaki itu brewokan.
Tidak mau disuruh ataupun diminta oleh banyak orang, pak Brewok merogoh saku celananya. Dikeluarkannya lembaran uang Rp.50.000,- yang kemudian di iming-imingkan kepada Sundari. Sepertinya penyanyi sexy tersenut sudag tahu benar dengan apa yang akan dilakukan oleh pak Brewok, Sundari menggelengkan kepala sembari memonyongkan bibir ke arah pak Brewok. Sundari tahu jika ia menggeleng maka sebentar kemudian lelaki penjual bakso tersebut pasti akan mengeluarkan lembaran uang 100.000,- dan biasanya uang tersebut akan diselipkan oleh pak Brewok di dada Sundari.
Benar saja, pria brewokan berbaju rapi tersebut kembali merogoh saku celana untuk kemudian memamerkan lembaran uang 100.000,- dan menyelipkannya di dada sang penyanyi.
Tanpa dikomando, tepuk tangan riuh untuk pak Brewok.

"Ah kamu ini Nduk tahu saja kalau aku punya ini. Ini buat beli bedak kamu nanti, asik.....," Pak Brewok menyelipkan uang seratus ribu di dada Sundari, lantas lelaki tadi mencolek bokong penyanyi tersebut dan memutarkan tubuhnya meraih mike yang terselip di ujung Tripot, pak Brewok kini berduet dengan penyanyi sexy bernama Sundari asal kampung sebelah yang memang uhuy.

Alunan musik dangdut kian menggema di malan itu dan goyangan erotis para biduan mampu menahan para penonton untuk beranjak pergi, seperti halnya diriku dan Caplin yang terus memelototi setiap gerakan mereka.
Dari arah samping kanan panggung kulihat beberapa orang berpenampilan sangar dengan wajah memerah merangsek untuk naik ke panggung, tapi dengan cekatan beberapa orang mencegahnya. Sempat terjadi adu mulut antar kedua kubu dan dua orang anggota Kepolisian yang memang dimintai menjaga keamanan itu kemudian melerai.
Orang-orang itu pergi dengan rasa geram tak terpuaskan karena niatnya naik ke atas panggung hiburan tak di ijinkan. Sebuah kalimat ancaman terlontar dari salah seorang dari mereka dan terdengar jelas olehku.

"Awas kamu Brewok! Kamu harus mati biar tak mengganggu Sundari!" Ucap lelaki bertubuh jangkung dengan tangan mengepal dan aku yang mendengar itu hanya mengernyitkan dahi.

Aku yang tidak perduli dengan orang-orang sangar itu tetap terus mengikuti alunan irama dangdut yang semakin lama terasa merdu dan mengasikkan.
Pak Brewok telah turun dari panggung dengan senyum mengembang. Beberapa orang menepuk pundak pak Brewok yang lantas berlanjut dengan ledekan, tapi lelaki itu santai saja menerima ledekan dari teman-temannya.
Tepat pukul 21.00 WIB, pak Brewok pamit kepada teman-temannya untuk pulang duluan karena mungkin ingin mengurus dagangan baksonya yang tadi pasti diserahkan kepada karyawannya. Apapun yang dilakukan oleh pak Brewok itu tentunya bukan urusanku, jadi aku tak perduli beliau mau pulang apa tidak, toh dia juga tidak perduli denganku.

Baru saja aku beralih pandang dari langkah pak Brewok, tiba-tiba terdengar suara kesakitan melengking. Di ujung jalan segerombolan orang berlari dengan cepat dari tempat tersebut. Oleh karena ingin tahu apa yang terjadi, bergegas diriku melangkah ke arah suara dengan menarik kaos si Caplin.
Orang-orang di kursi tamu pun pada menoleh ke asal suara tersebut, suara itu terdengar jelas karena dentuman musik pas sedang berhenti.
Aku, Caplin dan yang lain terperangah kaget mendapati pak Brewok bersimbah darah dengan tubuhnya terkapar di tanah.
Aku mendekat dan memegang tangan lelaki penjual bakso tersebut, lirih suaranya mengatakan kalau yang melakukan penusukan di perutnya adalah Santoso, orang yang selama ini sangat menyukai Sundari dan sering terucap dari mulutnya bagi siapa saja yang berani mendekati dan nyawer pada biduan dangdut itu, maka orang tersebut akan dibunuhnya. Ucapan Santoso tidak main-main dan pak Brewok menjadi salah satu korbannya.
Dua Polisi yang berada di tempat itu langsung mengejar pelaku penusukan. Pak Brewok sendiri kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di tempat tersebut.
Orang lucu yang suka nyawer di acara hiburan dangdut itu kini telah tiada. (*)

Cerpen lain: Dia Yang.

?pub=lianghl@zackymadumoe&format_type=im

5 Responses to "Cerpen: Lelaki Penyawer Itu Mati"

  1. мαdυмσє вlσg30 Maret 2016 pukul 08.21

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerpen-lelaki-penyawer-itu-mati-2.xhtml

    BalasHapus
  2. Kasihan juga si pak Brewok, ancaman si santoso ternyata gak main-main bung! :lol: mantap cerpennya!

    BalasHapus
  3. Awal ceritanya seru main sawer menyawer. Di endingnya pak brewok si penjual bakso tewas dg tragis

    BalasHapus
  4. мαdυмσє вlσg30 Maret 2016 pukul 12.46

    @Countelez MWB,
    Hahaaaa, itulah gan buah dari rasa cemburu berlebihan dan menyebabkan nyawa orang lain melayang.

    BalasHapus
  5. мαdυмσє вlσg30 Maret 2016 pukul 12.47

    @Andriyanz,
    Santoso telah gelap mata oleh kecemburuan terhadap Sundari gan...

    BalasHapus