Satria Lidi Jadi Jutawan . Episode : 8

" iya om , sama - sama om.. , wa'alaikumsalam.. " jawab ibu satria. kemudian ibu satria kembali menikmati acara televisi dan menikmati nasi kenduren tersebut bersama si satria anak tercinta tentunya.
<<=== (cerita episode 7 yang lalu)



Satria Lidi Jadi Jutawan. Episode : 8 (cinta lama bersemi lagi)



Malam sudah larut , kemudian televisi pun di matikannya.
kemudian ibu satria masuk ke dalam kamar bersama si satria yang sudah dari tadi terlelap tidur.
di baringkannya tubuh si satria ke tempat tidur yang kasurnya sudah tidak empuk lagi itu.
kemudian beliau sendiri juga membaringkan tubuhnya.
di cobanya untuk terpejam.. tapi kelopak mata sepertinya belum mau terkatup.
pikirannya masih kesana kesini tidak karuan.
kemudian beliau menghela nafas dalam - dalam , di pandangnya di sudut kamar.. di mana ada sebuah meja kecil yang sudah pudar warna peliturnya.
di ambilnya sebuah pesawat radio yang tergeletak di atas meja tersebut.
radio pun di nyalakan , tombol tuning di putar ke kanan ke kiri , mencari siaran yang cocok di hati.
KREEEK.. KREEEK.. KREEEK.. , radionya yang memang sudah uzur dan error sering mengeluarkan suara seperti itu.
kalau pun radio itu di reparasi.. mungkin tidak ada lagi onderdilnya , hahahaaa.
setelah putar ke kanan dan keri , akhirnya jarum tuning radio berhenti di angka 103.6 MHZ .
sebuah stasion radio swasta yang sedang mengudara dengan acaranya.
di dengarnya suara penyiar radio tersebut dengan seksama.
ibu satria senyum - senyum sendiri karena suara penyiar yang kocak tersebut.
sebuah lagu pop nostalgia lama pun terdengar mengudara menghibur para pendengarnya , dan ibu satria pun menikmati lagu tersebut.


~ widuri - bob tutupoly ~

Di suatu senja di musim yang lalu
Ketika itu hujan rintik
Terpukau aku menatap wajahmu
Di remang cahaya sinar pelangi
Lalu engkau tersenyum
Ku menyesali diri
Tak tahu apakah erti senyummu


Dengan mengusap titik airmata
Engkau bisikkan deritamu
Tersentuh hati dalam keharuan
Setelah tahu apa yang terjadi
Sekian lamanya engkau
Hidup seorang diri
Ku ingin membalut luka hatimu

Widuri
Elok bagai rembulan... oh sayang
Widuri
Indah bagai lukisan... oh sayang
Widuri
Bukalah pintu hati untuk ku
Widuri
Ku akan menyayangi

Sekian lamanya engkau
Hidup seorang diri
Ku ingin membalut luka hatimu

Widuri
Elok bagai rembulan... oh sayang
Widuri
Indah bagai lukisan... oh sayang
Widuri
Bukalah pintu hati untuk ku
Widuri
Ku akan menyayangi

Widuri
Elok bagai rembulan... oh sayang
Widuri


suara lagu nostalgia lama itu cukup menghibur hati ibu satria di malam itu , tapi pikirannya masih melayang - layang tidak karuan akan pertemuan beliau dengan mas dadang tadi siang.
lagu dengan judul widuri yang di nyanyikan oleh bob tutupoly pun telah selesai.
iklan jeda radio pun muncul beberapa menit , lalu sang penyiar radio kembali menyapa para pendengarnya.
kemudian lagu pun di putarnya lagi , tapi radio tadi di matikannya , lalu ibu satria tidur karena rasa kantuknya yang teramat sangat.


Malam semakin hening dan seperempat malam sudah mendekati.
angin pun berhembus dengan tenangnya.
ibu satria terbangun dari tidurnya , di tariknya nafas dalam - dalam , dan di lihatnya jam becker yang duduk manis di meja kecil dalam kamar itu.
jarum jam sudah menunjukkan pukul 02.35 wib (pukul 2.35 pagi). kemudian beliau beranjak dari ranjang yang memang sudah jelek dan selalu berbunyi (berderit) bila di naiki beban ataupun sekedar di goyang - goyang tangan.
lantas beliau melangkah menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil , juga mengambil air wudhu.
di basuhnya muka dan anggota badan yang mana membuat syah wudhu itu.
ibu satria pun bermaksud hendak menuju kamar dan melaksanakan sholat malam (tahajjud) , namun tiba - tiba beliau kaget , terkejut.. ketika beliau melihat sebuah bayangan putih lewat di depan matanya , tepatnya di pojok kamar mandi tersebut.
ibu satria terpekik (menjerit tapi di tahannya) , kemudian beliau buru - buru lari masuk ke kamarnya.
namun bayangan itu seperti mengikutinya dari belakang.
setelah sampai di kamarnya.. beliau kembali menarik nafas , mencoba mengatur nafas yang tersengal - sengal.

" ya allah gusti.. , bayangan apakah itu tadi ? " kata beliau tapi lirih.
kemudian setelah irama nafas sudah teratur.. beliau pun mengenakan mukena (rukuh) dan melaksanakan sholat malam (tahajjud). dan seperti biasanya.. setelah melaksanakan sholat , beliau selalu berdo'a untuk dirinya , anaknya , dan buat banyak orang , juga buat kehidupannya.
kemudian ibu satria kembali ke ranjang tempat tidur untuk melanjutkan tidurnya.
di betulkannya kain selimut si satria yang sudah terpisah dari tubuhnya.
di lihatnya.. rupanya si satria mengompol , dan beliau pun mengganti celana si satria yang basah itu.
setelah menganti celana si satria , beliau pun tidur kembali.



Pagi pun datang dan cuaca sedikit mendung dengan awan hitam tipis menyelimuti ruang langit.
Beliau bangun , lalu ibu satria melakukan aktifitas seperti biasanya , lantas mengajak jalan - jalan anaknya.

" hey satria.. , mau kemana ? " tanya si jabrik yang lagi menjemur ayam jago kesayangannya di depan rumah.

" tidak mau kemana - mana kok mas jabrik , cuma mau jalan - jalan saja. " jawab ibu satria.

" oh begitu.. , silahkan mampir dik satria.. nanti aku kasih ayam dech.. " kata si jabrik.

" yang bener mas jabrik.. ? heheheee.. biasanya kamu cuma guyon/ bercanda saja kok. " kata ibu satria sambil tertawa kecil.

" iya bener bu satria.. , serius kok. " kata si jabrik menimpali/menambahi kata - kata ibu satria tadi.

" ok dech mas jabrik , tapi awas lho.. kalau kamu bohong , nanti aku cubit hatimu.. hehehee.. " kata ibu satria dengan bercanda.

" tenan kok bu.. / beneran kok bu.. " kata si jabrik serius.
kemudian ibu satria mampir ke tempat si jabrik.

" sekarang satria sudah ada di sini mas jabrik.. , mana ayamnya.. " kata ibu satria tersenyum.

" sebentar ya bu saya ambilkan ayamnya.. , eh dik satria mau 1 apa 2 ayamnya.. ? " kata si jabrik pada si satria sambil tangannya mencolek pipinya satria , lalu dia pergi mengambil ayam itu.

" ibu.. kok baunya tidak enak sih bu.. ? " kata si satria kepada ibunya.

" iya nak , kok baunya seperti telek ayam/ tembelek ayam ya.. " kata ibu satria menambahkan , lalu beliau mencari - cari asal bau tadi.
" wew.. alaaaa , dasar itu mas jabrik , awas kamu mas.. ! " kata ibu satria dengan sedikit sewot , karena sumber bau telek ayam/tembelek ayam itu berasal dari pipinya si satria , hahahahaaa.. mungkin tadi saat si jabrik mencolek pipinya si satria.. tangannya si jabrik ada telek ayam/tembelek ayam yang menempel di tangannya dan dia belum sempat membersihkannya...

" ini ayamnya dik satria , om kasih 2 ayamnya.. tapi masih kecil - kecil.. " kata si jabrik sambil menunjukkan ayam yang masih kecil seukuran kepalan tangan orang dewasa itu.

" eh mas jabrik... , lihat ini pipi anakku , tadi kamu colekin telek ayam ya.. ?! , sekarang mana air.. , air buat membasuh muka anakku. " kata ibu satria dan mencubit lengan si jabrik. kemudian beliau tertawa kecil dengan kejadian itu , dan si jabrik pun tertawa setelah mengaduh kena cubitan di lengannya.

kemudian muka si satria pun di bersihkan dengan air bersih yang ada di kran depan rumah si jabrik.

" terimakasih mas jabrik atas pemberian ayam ini , dan sekarang kami akan pulang dulu ya.. " kata ibu satria.

" wew.. kenapa langsung pulang.. ? main di sini dulu kenapa sich bu.. ?! " kata si jabrik.

" kapan - kapan lagi saja mas.. , ada sesuatu yang harus aku kerjakan di rumah. " jawab ibu satria.

" ok , terserah ibu saja dech.. " kata si jabrik dengan nyengir kuda.

si satria pun kembali ke rumahnya dengan membawa 2 ekor ayam pemberian si jabrik itu.


(bersambung ke episode 9)



tag: Satria Lidi Jadi Jutawan . Episode : 8 . Satria. Jutawan. Lidi. Sapu Lidi. Novel. Satria Lidi

0 Response to "Satria Lidi Jadi Jutawan . Episode : 8"

Posting Komentar