Cerita Misteri: Penghuni Sumur Tua

penghuni-sumur-tua.jpg

Rasa merinding tiba-tiba menjalar diseluruh tubuhku, saat aku lewat di dekat sumur tua yang katanya dikenal angker oleh warga sekitar.
Dengan memegang tekuk, aku berhenti dan memandangi sekitar. Gelap memang daerah tersebut, apalagi sumur tua itu jauh dari pemukiman penduduk.
Aku terus memandang, memeriksa. Sekelebat bayangan kutangkap dengan mata telanjangku.

"Apa itu," Aku pun terkejut dan hendak berlari. Namun satu telapak tangan memegang pundakku. Dadaku berdegup kencang. Aku menoleh kebelakang. Ternyata seorang lelaki berperawakan kerempeng berdiri di belakangku.

"Sedang apa kamu disini?!" Kata lelaki itu yang sudah melepaskan telapak tangannya di pundakku.

"A anu pak. Saya lagi lewat saja. Bapak ini siapa?" Aku menatap lelaki tersebut dengan dada yang masih berdegup.

"Aku Parmin, pak Parmin. Aku penjaga daerah ini," Lelaki itu menatapku dengan tajam.
Sepertinya ada kecurigaan pada lelaki itu terhadapku.

"Oh pak Parmin,"

"Iya. Kamu ini siapa malam-malam disini?!" Tanyanya.

"Saya Syarif, penduduk kampung sebelah. Saya hanya lewat saja pak," Aku menatapnya dengan tajam pula. Namun karena suasananya gelap, aku jadi tidak tau persis wajah dari pak Parmin.

"Oh, aku kira," Pak Parmin tidak melanjutkan ucapannya.

"Aku kira bagaimana pak?"

"Aku kira kamu orang-orang itu," Lanjut ia.

"Maksud bapak?" Tanyaku tidak mengerti.

"Maksudku orang-orang yang sering datang kesini mau minta nomer dan lain-lain," Pak Parmin kembali diam. Belia menoleh kesamping kanan, karena ada sekelebatan bayangan dibalik pepohonan dan aku juga melihat bayangan itu.

"Apa itu tadi pak, orangkah?" Tanyaku.

"Bukan. Dia penunggu kawasan ini juga.
Ya sudah kalau kamu hanya lewat saja. Hati-hati, karena di depan sana ada tempat yang lebih gawat," Kata-kata pak Parmin barusan membuatku berkidik. Aku memandang ke depan sana. Gelap dan memang serasa anker, lebih angker dari tempatku berada kini.
Aku bingung seperti terjebak pada wilayah yang mengerikan buatku.
'Gedebuk! Srak srak sraaak!' tiba-tiba saja terdengar seperti benda jatuh disusul bunyi benda seperti diseret.
Seketika aku merinding. Aku menatap pak Parmin, dia tampak tenang saja.

"Itu tadi bunyi apa pak?"

"Itu penghuni sini yang lagi bermain-main.
Kenapa kamu masih disini?" Kata beliau.

"Saya takut pak. Disana gelap sekali. Aduh.. bagaimana ini," Aku semakin merinding saja saat pandanganku kembali ke arah ujung sana.

"Kalau kamu takut, ya kamu balik arah saja atau mau menemani aku disini?"

"Tidak pak. Saya tidak mau menemani bapak disini, seram sekali.
Emmm, antar saya dong pak," Kataku.

"Antar pulang? Maaf, saya banyak urusan malam ini," Jawabnya.

"Tolong pak. Tolonglah antarkan saya pulang. Sampai melewati tempat itu deh pak. Antarkan saya ya," Pintaku dengan memelas. Namun pak Parmin diam. Aku terpekik ketika kulihat sesosok makhluk berdiri di depanku. Persendianku terasa lemas, lidah pun serasa kelu. Aku ambruk terkulai ke tanah. Aku pinsan. Aku tersadar dari pinsanku ketika tercium bau minyak angin yang di oleskan oleh pak Parmin di hidungku.

"Kamu sudah sadar," Suara pak Parmin.

"I..iya pak,"

"Kamu melihat apa tadi?" Tanyanya pak Parmin.

"A...anu pak. Tadi saya melihat makhluk menyeramkan," Kataku sambil sesekali memegangi kepala yang terasa sakit karena terbentur ke tanah tadi.

"Makhluk apa? Rupanya seperti apa coba," Lantas beliau menyulut rokok.

"Bentuknya serem. Tubuhnya kerdil," Kataku.

"Ya. Memang tempat ini banyak dihuni oleh makhluk-makhluk seperti itu.
Sekarang kamu pulang saja. Mari aku antar sampai di ujung sana," Aku dan pak Parmin berjalan menyusuri kegelapan malam.
Sepanjang perjalanan aku merasakan hawa mistis yang teramat kuat. Aku merinding, bulu kuduku berdiri ketika tampak sebuah bayangan berkelebat tidak jauh dariku.

"Apa itu pak," Tunjukku ke arah pepohonan pada pak Parmin.

"Biarkan saja. Selama ada aku di dekatmu, makhluk itu tidak akan mengganggumu," Begitu kata pak Parmin.
Akhirnya kami sampai di ujung jalan. Pak Parmin mengantarku sampai disitu, kemudian beliau kembali ke arah tempat tadi. Sementara itu, aku langsung mempercepat langkahku agar cepat sampai di rumah.
Belum juga aku jauh dari ujung jalan. Terdengar suara raungan keras tidak jauh dari tempatku. Sekonyong-konyong aku berlari sipat kuping dan tidak menoleh ke belakang.

Aku terus berlari dengan kecepatan tinggi. Hingga aku merasa sudah jauh dari tempat tadi.
Dengan terengah-engah, aku berhenti dari lariku. Aku menoleh ke kanan kiri dan belakang. Aneh, sepertinya aku masih di tempat tadi, di ujung jalan waktu terakhir aku diantar pak Parmin.

"Aneh! Kenapa aku masih disini?! Apa itu? To..to..to tolong....!!!" Aku mengambil langkah seribu. Dengan nafas yang masih ngos-ngosan aku terus berlari sekencang-kencangnya.

'Gedubraaak!' aku menabrak gerobak yang melintas, hingga aku pun tersungkur.

"Hei kamu! Tidak punya mata ya!!!" Suara si pendorong gerobak yang juga ikut berguling ke tanah karena juga tersungkur.

"Aduh...!!! Sial bener sih aku!" Kataku sambil mencoba berdiri.

"Hei! Tuli ya! Kenapa kamu menabrakku hah?!" Orang itu berdiri dari tersungkurnya. Dia menatapku tajam.

"Maaf pak. Tadi saya tidak melihat bapak,"

"Maaf-maaf dengkulmu apek! Kamu harus mengganti gerobakku, tau!!!" kata orang itu dengan berkacak pinggang.

"Huh sial bener aku! Sudah ditakuti sama hantu, menabrak gerobak itu, eh malah disuruh mengganti kerusakan gerobaknya. Dari pada aku pusing, mending kabur....!"

"Woy jangan lari! Huh dasar! Awas kamu setan!!!" kata orang itu. Aku langsung berlari kencang meninggalkan orang yang tertabrak olehku karena aku tidak mau rugi dengan mengganti gerobaknya. Lagian aku juga tidak kenal dengan orang tersebut.
Setelah aku rasa sudah jauh dari orang tersebut, aku pun berhenti. Huh, nafasku ngos-ngosan, nyawa serasa mau lepas. Pandangan mata serasa gelap, kepala pun terasa berputar-putar. Akhirnya aku menjatuhkan diri ke tanah. Aku bersandar pada sebatang pohon di dekatku.
Aku baru bangkit dan menuju rumah setelah nafas-nafas tidak tersengal-sengal.

Aku menyusuri jalanan pinggir kampungku. Sepi, tidak ada orang yang lewat di jalanan itu kecuali aku.
Aku terus berjalan hingga sampai di depan pintu rumah. Namun aneh, hawa merinding masih saja aku rasakan.
Aku membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Sebelum ke kamarku, terlebih dulu aku membasuh muka di kamar mandi. Aneh, lagi-lagi bulu kudukku berdiri. Tampak sekelebatan bayangan hitam melintas di sampingku.

"Apa sih itu?! Hiiiiiiiii," bergegas aku masuk ke kamar. Langsung menarik selimut karena rasa takut menyelebungiku.

"Arghhhhh le..lepaskan," tiba-tiba leherku seperti ada yang mencekik. Kemudian aku melihat makhluk yang tadi muncul di dekat sumur tua bersama pak Parmin.
Makhluk itu tampak menyeringai dengan tangannya terus mencekeram leherku. Aku meronta dengan mata memejam karena takut.
Aku merasakan, semakin kuat cengkeraman makhluk itu di leherku. Sekuat tenaga aku melawannya. Aku membaca ayat-ayat suci meski lirih di ujung bibir. Akhirnya makhluk itu sirna dengan meninggalkan rasa sakit di leherku.
Sejak kejadian itu, aku sering melihat makhluk-makhluk penghuni wilayah sumur tua itu. Mereka sering datang ke rumahku dan menggangguku. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, karena aku cepat-cepat meminta bantuan pak Kyai guna meruqyah rumah dan diriku. Alhamdulillah, makhluk itu tidak pernah lagi menyatroni diriku, sampai sekarang. (*)

13 Responses to "Cerita Misteri: Penghuni Sumur Tua"

  1. мαdυмσє вlσg9 Agustus 2015 pukul 11.47

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/cerita-misteri-penghuni-sumur-tua.xhtml

    BalasHapus
  2. Wihh menyeramkan pengalaman mistis yg dikisahkan dicerita diatas, tp jika kita menemui hal sprti itu percaya saja kita sbg manusia lebih mulia dr mereka jin2 dan syetan yg sering mengganggu dan menyesatkan manusia..

    BalasHapus
  3. мαdυмσє вlσg9 Agustus 2015 pukul 12.00

    @Info&Review Musik,
    Iya gan. Namun sebagai manusia yang awam terhadap makhluk-makhluk seperti itu, kita pastinya takut kalau melihat perwujudan mereka.

    BalasHapus
  4. apa yg di lakukan si Parmin sampai hantunya gak berani ganggu ? anehkan ? Ok, ini aneh pertama :mrgreen: dan terakhir... ;-)
    Nah saya yakin si Parmin itu raja dedemitnya, kalau gak mana mungkin tau kalau orang² yg datang kesitu minta togel

    BalasHapus
  5. мαdυмσє вlσg9 Agustus 2015 pukul 12.37

    @Singgih Tutorial,
    Pak Parmin adalah juru kuncennya di tempat itu. Jadi pantas kalau para makhluk disana tidak mengganggunya.

    BalasHapus
  6. Cukup menyeramkan gan,

    BalasHapus
  7. kira2 siapa ya itu pak parmin... Jangan.. Jangan..

    BalasHapus
  8. мαdυмσє вlσg9 Agustus 2015 pukul 17.07

    @иgaL11,
    Pak Parmin, dia seorang juru kuncen di tempat itu.

    BalasHapus
  9. мαdυмσє вlσg9 Agustus 2015 pukul 17.08

    @Alhusaini7lapan,
    Hihihihiiii, hahaaa. Iya gan.

    BalasHapus
  10. Seputar Acara Dan Iklan Televisi9 Agustus 2015 pukul 17.32

    Ceritanya menyeramkan gan. Bagaimana rasanya dicekik makhluk itu gan?

    BalasHapus
  11. мαdυмσє вlσg9 Agustus 2015 pukul 18.52

    @Seputar Acara Dan Iklan Televisi,
    Rasanya sesak di leher gan. Sampai susah bernafas.

    BalasHapus
  12. Setan mah gitu makhluknya. Suka mengganggu.

    BalasHapus
  13. мαdυмσє вlσg10 Agustus 2015 pukul 06.54

    @Dwi sukma permana,
    Hehee, iya gan. Dimana-mana setan itu suka mengganggu manusia kok ya.

    BalasHapus