~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 48) ~

jembatan-barelang-img.jpg<br

Gludak! "Aduh..!" tampak sebuah kardus kosong dilemparkan seseorang dan mengenai wajah karyawati tersebut. Aku yang melihat dia mengaduh, hanya menahan senyum dan berkata 'rasain elu' lirih. ( episode 47 yang lalu).

Dalam kesibukanku mengecek barang itu aku tersenyum. Aku menoleh ke arah si pelempar kardus tersebut yang ternyata seorang cewek yang juga karyawan.
"Woi semprul! Kenapa kamu melempar wajahku dengan kardus ini hah!" cewek itu langsung membalas lemparan tadi. Ia melemparkan kardus ditangannya ke arah cewek si pelempar. Suara gaduh kemudian terjadi, saling lempar tidak bisa dihindarkan.
"Hentikan! Apa-apaan kalian ini?! Baru ditinggal sebentar sudah seperti pasar," suara seorang laki-laki berperawakan kurus tinggi. Mereka pun pada terdiam. Tampak wajah ketakutan terpancar dari mereka.
"Kenapa kalian ramai, ada apa?!" tanyanya laki-laki itu. "Anu pak, dia melempar wajahku dengan kardus itu," jawab seorang yang tadi pertama kena lempar.
"Habis dia berisik sih pak," kata cewek satunya.
"Sudah sudah. Aku tidak mau tau alasannya, sekarang kalian lanjutkan bekerja. Awas kalau kalian ribut lagi, kalian akan dapat sanksi nanti, mengerti!" laki-laki itu lantas memandang ke semua line ruangan.
"Kamu karyawan baru tampaknya. Bagian QC, ya?" tanyanya laki-laki itu kepadaku setelah menghampiri aku.
"Iya pak," aku menoleh ke arahnya.
"Siapa namamu? Oh.. Zacky Pratama. Kamu orang mana," laki-laki di dekatku itu kemudian mengenal namaku dari badge yang tergantung di saku baju bagian luar.
"Saya dari Jawa," "Jawa? Jawane ngendhi?" "Kendal, Jawa Tengah," kataku dengan memandang wajahnya.
"Oh Kendal. Aku juga dari Jawa. Aku dari Jogja," kata laki-laki itu yang lantas memperkenalkan diri.
"Namaku Kusno," kata dia. "Iya pak Kusno," Sebenarnya aku takut juga bekerja sambil berbincang-bincang, apalagi baru sehari ini aku bekerja dan pastinya ada mata-mata yang menguntitku. Setelah pengecekan di line itu selesai, aku langsung beralih ke tempat lain.

"Bagaimana dengan barang-barang di line 4 itu Zack?" leaderku menanyakan barang yang tadi aku cek.
"Bagus pak,"
"Semua sudah selesai kamu cek?"
"Yang di line 4, sudah. Tapi yang di line lain, belum pak,"
"Ok, sekarang kita cek barang di line 5,6, dan 7. Mari," ajak leaderku. Dengan bersemangat, aku mengikutinya.
"Nah, sekarang kita cek quality barang-barang ini," leaderku yang bernama pak Wibowo itu kemudian membuka lakban kardus dan mengeluarkan isinya. Satu persatu kami cek barangnya.
"Busyet deh. Bisa mati klenger aku kalau harus membuka semua kardus dan mengecek isinya yang berjumlah puluhan pices," kataku dalam hati.
"Di cek dengan teliti, ya Zack," kata pak Wibowo.
"Iya pak,"
"Kamu saudaranya si Jhon, ya?" tanyanya pak Wibowo tiba-tiba.
"Iya pak. Kenapa pak?"
"Tidak kenapa-kenapa. Si Jhon itu seorang karyawan yang baik dan cukup disegani disini, itu saja,"
"Bapak mengenal si Jhon, ya," tanyaku.
"Bukan hanya mengenal, tapi sudah seperti saudara sendiri,"
"Oh begitu ya pak,"
"Iya. Coba kamu buka yang itu,"
"Yang ini pak?" aku membuka kardus disampingku.
"Iya benar.
Kamu sudah punya pacar apa belum Zack," tiba-tiba pak Wibowo menanyakan hal itu.
"Belum pak. Mereka pada tidak mau aku pacari,"
"Oh, hahaa. Tenang saja Zack, mereka pada umumnya gampang untuk di dekati dan di pacari kok,"
"Benarkah pak?"
"Iya. Nanti kamu bisa membuktikannya, apalagi wajahmu kan lumayan ganteng,"
"Ah bapak bisa saja," Aku dan leaderku mulai terlihat akrab. Rasa sungkanku padanya berlahan mulai hilang. Kami sering bercanda, ngomongin apa saja tapi bukan hal yang jorok, karena pak Wibowo sendiri tidak suka akan hal itu.

Kini setiap hari aku berkutat dengan pengecekan barang di pabrik tersebut. Wajah-wajah dari mereka pun sudah akrab buatku.
"Yang ini dicek dulu mas, karena sebentar lagi akan dikirim," suara seorang wanita di belakangku.
"Yang mana," aku membalikkan badan. Aku berdebar-debar saat mataku beradu dengan matanya. Sungguh, wanita di depanku itu cantik luar biasa menurutku.
"Yang ini. Tolong dicek, ya," kemudian ia berjalan meninggalkan tempat dimana aku berdiri.
"Hemmm, siapa dia? Cantik banget maaaaaaak," ucapku dalam hati. Aku pun mengerjakan apa yang dimintanya tadi.
"Sudah ya mas?" wanita itu kembali lagi dengan mengagetkanku.
"Oh, sebentar lagi," dia memandangku. Entah mengapa, aku merasakan malu karenanya.
Pengecekan sudah selesai, dan telah aku bubuhi stampel Best Quality pada sisi kardus pembungkusnya.
"Terima kasih banyak mas," wanita itu membawa barang tersebut. Dengan tersenyum, dia kemudian melangkah meninggalkan aku.
"Hemmm, siapa dia, ya. Datang tiba-tiba, meminta tolong mengecek lalu pergi dengan membawa barang itu. Ah sudahlah," Aku melanjutkan pekerjaanku.

*

Waktu istirahat siang pun sudah tiba. Seperti halnya karyawan yang lain, Aku juga ke Kantin untuk mengisi perut.
Entah cuma perasaanku yang over atau apa, mereka yang berada di kantin pada melihat ke arahku, kebanyakan mereka para karyawati yang memenuhi Kantin.
Aku menyodorkan kertas karcis pengambilan makanan, setelah itu duduk di paling pojok di Kantin tersebut.
Kulihat dua karyawati di dekatku senyum-senyum, entah karena apa mereka tersenyum.
"Hei cowok," suara seorang wanita tidak jauh dariku. Aku menoleh, lantas melanjutkan makanku.
"Hei, kok diam saja sih. Hati-hati nanti keselak lho," suara wanita lagi. Aku tersenyum meski lagi mengunyah makanan tersebut.
"Kelihatannya kamu anak baru, ya?" tanyanya wanita itu kepadaku.
"He'em," jawabku.
"Iiih hanya dijawab he'em, hikhikhiik," wanita tersebut malah terkikik.
"Iya Dil, sepertinya ia anak baru.
Kamu di gedung apa mas?" tanyanya.
"Di gedung satu," jawabku yang tidak mau sombong dengan tidak menjawabnya.
"Gedung satu? Sepertinya kamu anak QC, ya?"
"Iya mbak,"
"Oh.., wah enak dong QC,"
"Tidak juga kok," kataku dan lantas meminum air putih di gelas plastik warna biru.
"Dari pada kami yang di produksi, kan lebih enak anak-anak QC,"
"Kok bisa bilang begitu lho. Di produksi juga enak kan?"
"Enak QC-lah. Eh mas, kita boleh kenalan sama situ dong, hehee,"
"Boleh," jawabku. Aku langsung bangkit dari dudukku dan keluar dari Kantin sebelum kami saling berkenalan. Setengah berlari, aku mengejar si Jhon yang baru saja melintas di depan Kantin.

(bersambung ke episode 49).

Klik ini dong kang mas, diajeng!

5 Responses to "~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 48) ~"

  1. мαdυмσє вlσg29 Agustus 2015 pukul 11.27

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/novel-cintaku-merintih-di-pulau-batam-e-21.xhtml

    BalasHapus
  2. Ceritanya sangat menarik.
    'Aku' sepertinya menjadi primadona baru di tempat kerjanya nih.

    BalasHapus
  3. Bagaimana kabarnya Dewi gan? Sudahkah dia putus dengan pacarnya?

    BalasHapus
  4. мαdυмσє вlσg29 Agustus 2015 pukul 15.31

    @PIRING LAGU,
    Kabarnya Dewi baik-baik saja. Insya Allah pada episode 49 nanti, Dewi akan kembali ditampilkan.

    BalasHapus
  5. мαdυмσє вlσg29 Agustus 2015 pukul 15.32

    @LOTRE MP3,
    Iya itu gan. 'Aku' menjadi primadona yang digandrungi banyak cewek.

    BalasHapus