~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 50) ~

jembatan-barelang-img.jpg<br

"Iya sudah, permisi," Dessy lantas berlalu dari hadapanku, tampak di wajahnya ada rasa kecewa. Dingin aku memandang langkahnya. <== (episode 49 yang lalu).

Jam pulang kerja sudah tiba. Aku bersiap hendak keluar dari ruang QC, tapi langkahku terhenti ketika pak Wibowo mencolek pundakku.
"Eh bapak. Ada apa pak?" Tanyaku dengan sedikit terkejut.
"Tidak apa-apa. Kamu pulang kemana?" Tanyanya.
"Saya pulang ke Sukajadi,"
"Oh Sukajadi. Pulang sendiri?"
"Pulang bareng si Jhon pak,"
"Ya sudah, aku kira tidak ada barengnya, kan kita bisa pulang bareng," Kata pak Wibowo.
"Lha bapak tinggal dimana?"
"Aku tinggal di Nagoya, satu arah dengan Sukajadi.
Ok Zack, aku tinggal dulu, ya," Pak Wibowo kemudian melangkah meninggalkan aku. Aku pun langsung keluar dari ruangan tersebut.
"Aku tunggu si Jhon di area parkir saja deh," Aku melangkah ke area parkir. Sepintas aku melihat Dessy lewat di dekat gedung A. Dia setengah berlari menuju gedung itu. Tidak berapa lama, ia tampak berjalan ke area parkir kendaraan.
"Hei mas, ngapain?" Tanyanya kepadaku.
"Nunggu teman,"
"Oh nunggu teman. Siapa temanmu?" Dia memperhatikanku seperti ada yang aneh pada diriku.
"Si Jhon," Jawabku.
"Si Jhon? Maksudmu Jhon Andriansyah anak store?"
"Iya,"
"Oh. Kamu apanya si Jhon?" Dessy kemudian duduk di atas jok sepeda motor yang terparkir.
"Aku temannya,"
"Temannya..
Eh mas, jadi tidak kita pulang bareng,"
"Pulang kemana? Aku kan tidak tau dimana rumahmu mbak," Bila diperhatikan dengan seksama, Dessy hampir mirip dengan artis Novia Kolopaking (istrinya Ainun Najib/Cak Nun) tapi kulit si Dessy ini putih mulus, kalau Novia Kolopaking kan berkulit sawo matang.
"Pulang ke rumahku toh, hahaa. Tidak mas, justkidding.
Berarti mas Zacky tinggal di daerah Sukajadi, ya?"
"Iya mbak,"
"Nah itu si Jhon," Kata Dessy. Aku menoleh, tampak si Jhon berjalan ke arah kami.
"Hei Dessy, kamu apakan temanku," Si Jhon langsung duduk disampingku.
"Dia? Aku cepok Jhon, hahahaa," Wanita bernama Dessy itu tertawa ngakak.
"Awas ya kalau sampai terjadi apa-apa dengan temanku ini. Kamu tidak lembur Dess," Kata si Jhon.
"Tidak. Malas lembur terus,"
"Kok malas?" Si Jhon mengeluarkan hpnya.
"Iya lah. Lembur bikin badan serasa remuk. Lagian banyak uang lembur juga tidak bisa beli rumah, hahaa," Dessy kembali tertawa.
"Ah kamu bisa saja Dess. Eh, kamu sudah kenal sama temanku yang ganteng ini kan?" Kata si Jhon dengan menepuk-nepuk pundakku.
"Belum. Dia tidak mau dikenal katanya. Biasalah, kalau orang ganteng kan berlagak, hehee," Kata Dessy. Aku tau kalau Dessy cuma bercanda.
"Benarkah? Ah masa sih Dess. Iya Zack?" Kata si Jhon.
"Dianya yang tidak mau dikenal kok Jhon," Aku pun tersenyum pada mereka.
Kami terus bercanda. Kami kemudian keluar dari area pabrik. Di jalan depan pabrik kami berpisah dengan Dessy, karena memang arah menuju rumah masing-masing tidak searah.

*

"Bagaimana dengan kalian kemarin Zack?"
"Maksudmu Jhon?" Aku tidak mengerti maksud dari pertanyaan si Jhon.
"Maksudnya, kamu sama Dewi itu,"
"Oh itu. Baik kok, tapi Dewi lagi ada masalah sih,"
"Masalah? Lagi ada masalah apa dia," Si Jhon memperlambat laju sepeda motornya. Tampak ia menggagapi saku celananya, lantas mengeluarkan handphone di sakunya.
"Pacarnya Dewi katanya main dengan cewek lain,"
"Oh, bagus itu Zack,"
"Kok bagus?"
"Lha iya bagus. Berarti kan ada kemungkinan hubungan mereka akan putus, dan kamu bisa leluasa mendapatkan Dewi, iya kan?
Hallo, anu dik, aku mengantar Zacky dulu sampai rumah, baru aku ke tempatmu, ok?!"
"Siapa Jhon yang nelpon?"
"Yuli, dia minta agar aku ke tempatnya," Kata si Jhon. Aku hanya manggut-manggut saja.

Setelah hampir satu jam kami menuju rumah, akhirnya sampai juga di depan rumah. Si Jhon langsung memutar kendaraannya, katanya mau ketempat sang pacar, yakni Yuli.
"Ughh, capek juga kerja," Ku hempaskan tubuh ke sofa. Rasa lelah aku rasakan, apalagi baru sehari kerja di tempat itu.
Hp dikantong berbunyi, dengan cepat kurogoh kantong celana.
"Hallo, mas Zacky. Lagi apa mas?" Suara seorang cewek yang kutahu itu adalah Dewi.
"Iya Wi. Ini habis pulang kerja. Ada apa Wi?" Kataku, yang pastinya aku berdebar-debar saat kutahu penelphon itu adalah Dewi.
"Emm, kangen sama kamu mas,"
"Kangen sama aku?"
"Iya mas. Bolehkan kalau aku kangen kamu?"
"Oh boleh. Memang hal apa yang membuatmu kangen Wi?" Dadaku dag dig dug tidak karuan. Aku tidak nyangka saja kalau Dewi kangen sama aku, karena sebelumnya aku lah yang sering kangen sama dia.
"Mas, kapan kamu ke tempatku lagi?" Suaranya di ujung telphone. Aku terdiam sejenak, seakan aku merasakan kedekatannya yang mulai menjalar di hatiku.
"Lho, kemarin aku kan dari tempatmu Wi," Kataku, yang pura-pura menyembunyikan rasaku kini.
"Iya sih. Tapi...," Dia tidak meneruskan ucapannya.
"Tapi kenapa Wi?" Kataku jadi penasaran.
"Tapi aku mengharap kamu mau datang lagi ke tempatku mas, sekarang kalau bisa,"
"Sekarang? Emmm, sepertinya ada hal penting nih," Kataku.
"Iya begitulah mas. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan sama mas,"
"Hal apa itu Wi?"
"Nanti saja aku jelaskan kalau mas Zacky sudah disini. Eh, tadi mas masuk kerja, ya?" Tanyanya.
"Iya Wi. Tadi aku kerja.
Eh Wi, kenapa kamu ingin membicarakan sesuatu denganku? Kamu tidak takut apa, sedangkan aku bukan apa-apanya kamu," Kataku dengan sedikit memancingnya.
"Tidak, karena hanya kamu temanku cowok," Kata dia.
"Yang benar,"
"Iya mas, benar.
Beneran lho mas, nanti datang ke tempatku, ya," Nada suaranya seperti ada kesan sangat mengharapkan ke datanganku ke sana.
"Iya. Insya Allah nanti aku datang ke tempatmu. Lha kamu sendiri sekarang dimana,"
"Aku di rumah mas, habis pulang kerja juga,"
"Ok. Sebentar aku mandi dulu, nanti terus ke tempatmu," Kataku.
"Benar ya mas, aku tunggu lho,"
"Iya benar. Aku mandi dulu, ya," Percakapan kemudian kami sudahi. Bergegas aku mandi. Selesai mandi, aku langsung meluncur ke Dormitori dimana Dewi tinggal disana.

"Hallo Jhon, aku mau ke tempatnya Dewi," Kata pada si Jhon melalui phonsel.
"Wah wah wah..., giat banget nih yang lagi jatuh cinta, hahaa," Kata si Jhon.
"Ya harus dong Jhon..! Ya sudah Jhon, kita sambung nanti lagi," Aku menutup pembicaraan dengan si Jhon. Kembali kusandarkan tubuhku pada kursi di dalam mobil Taxi yang kutumpangi. Aku tersenyum, namun dalam aku tersenyum tersebut, ada satu pikiran yang membuatku masih bingung akan diterimanya apa tidak aku nanti, seandainya aku mengatakan lagi pada Dewi kalau aku mencintainya.

Mobil Taxi yang kutumpangi melaju dengan cepat, karena memang waktu itu adalah jam-jamnya para karyawan pabrik yang lembur 2 jam akan pulang. Sebentar saja aku sudah sampai di Muka Kuning, yakni daerah perindustrian dan tempat tinggal para pekerja, seperti halnya Dewi.
Perjalanan untuk sampai ke tempatnya Dewi, aku teruskan dengan menaiki ojek.
"Ini bang ongkosnya. Terima kasih, ya," Setelah aku menyodorkan ongkos ojek yakni 1.500. Aku langsung melangkah menaiki tangga Dormitori.
Sebentar saja aku sudah berada dihadapannya Dewi. Kebetulan memang saat itu Dewi berada di depan rumah bersama Lina, temannya Dewi.
"Hei Wi, Lin," Kataku menyapa.
"Aku kira tidak jadi datang kamu mas, hehee," Dewi tersenyum.
"Wew mas Zacky, apa kabar mas," Kata Lina.
"Kabar baik Lin.
Jadilah Wi," Aku langsung duduk di bangku panjang itu.
Aku pandangi kedua cewek di dekatku sambil mengatur nafas. Setelah berbasa basi sebentar, Dewi masuk ke dalam, mungkin mau mengambil air minum untukku, pikirku.
"Hei mas, ada apa kamu kesini lagi," Tanyanya Lina.
"Main saja Lin,"
"Main apa main, hikhiik," Lina terkikik. Aku rasa Lina ini sudah tau akan maksud kedatanganku, karena ia kan teman dekatnya Dewi, yang pasti sedikit banyak Dewi sudah bercerita pada Lina.
"Iya, bener main," Kataku.
"Halaaah..., aku sudah tau kok, hehee," Kata Lina.
Dewi kemudian muncul dari dalam rumah dengan minuman dan kue di napan kecil.
"Silahkan mas. Lina ambil sendiri di dalam, ya, hehee," Dewi menawarkan apa yang dibawanya barusan.
"Yeee, mbak Dewi. Ok deh, nanti aku ambil sendiri," Kata Lina. Kami kemudian ngobrol-ngobrol ringan sebelum akhirnya Lina pamit mau masuk ke dalam rumah.
Lina memang teman yang ngerti akan teman, dan seharusnya memang begitu, kataku dalam hati.
"Emmm, Wi. Ada apa sehingga kamu memintaku untuk datang kemari," Aku pandang wajahnya yang manis tidak membosankan tersebut, karena memang itu yang pertama membuatku jatuh hati kepadanya.
"Sebenarnya tidak ada apa-apa kok mas. Aku hanya butuh teman untuk menemani kesedihanku, yaitu kamu mas,"
"Kok bisa aku gitu lho, kan ada Lina," Kataku.
"Iya juga sih, tapi aku lebih nyaman kalau berbagi kesedihanku denganmu mas," Kami saling pandang sebentar.
"Terus kesedihan apa yang akan kamu bagikan ke aku? Tapi ingat juga, nanti bagikan duitmu ke aku, ya. Hahaa," Kataku.
"Ah kamu mas, iiihhh," Satu cubitan kecil Dewi daratkan ke lenganku, dia kemudian tertawa.

(bersambung ke episode 51).

Temukan kejutanmu disini!

9 Responses to "~ novel: cintaku merintih di pulau batam (episode 50) ~"

  1. мαdυмσє вlσg2 September 2015 pukul 13.50

    http://zackymadumoe.mywapblog.com/novel-cintaku-merintih-di-pulau-batam-e-23.xhtml

    BalasHapus
  2. Salam gan!
    Kayaknya kisah nyata ya gan. Di Batam memang daerah industri. Oya gan, ongkos ojeknya murah banget 1500. Disini mana bisa semurah itu. Bagus ceritanya. Jadi penasaran cerita selanjutnya antara Zacky dan Dewi. :)

    BalasHapus
  3. мαdυмσє вlσg2 September 2015 pukul 18.05

    @mumuhayusu,
    Iya gan. Ceritanya saya angkat dari kisah nyata.
    Hehee, ongkos 1.500 itu buat jarak tempuh dekat kok gan, dan ojeknya berada di Kawasan Industri Batamindo (KIB) waktu itu.

    BalasHapus
  4. whehehe, ini cerpen udah 50 aja, jadi ke inget cerita dia dia dia sempurna yang ada di kaskus, tapi kayaknya ini lebih simple ya. oh ya gan. itu karya siapa toh?

    BalasHapus
  5. Gue lum pernah ke btam gan

    BalasHapus
  6. мαdυмσє вlσg3 September 2015 pukul 08.07

    @Arvind gupta,
    Kenapa belum pernah ke Batam gan? Masih sekolah, ya?

    BalasHapus
  7. мαdυмσє вlσg3 September 2015 pukul 08.11

    @Anggiyana,
    Dia dia dia sempurna memang booming ya waktu itu. Entahlah gan itu karya siapa.
    Iya gan, sudah sampai episode 50 ini, hehee.

    BalasHapus
  8. tahun brp tu ojek 1500?aq dlu prnh ke batam..naik trnskib cma 1000

    BalasHapus
  9. мαdυмσє вlσg1 November 2015 pukul 01.36

    @lee,
    Tahun 1997'an gan. Dulu ongkos ojek untuk jarak tempuh dekat cuma 500,- dan naik transkib waktu itu masih 1000,- untuk jarak tempuh jauh dari Simpang Dam ke Blok R ujung.

    BalasHapus